29/12/11

Monster... Tou-san!!!!

Title : Monster.. Tou-san!!!!
Author : Nobi Ururi
Genre : PWP, Hardcore, lemon
Rating : NC21
Band(s) : NEGA
Disclaimer : saya hanya meminjam.
Warning! : gak saya edit, abal-abal, sorry aye ngetiknya lewat hp seperti biasa~

A/N : dicerita ini Ray lebih tinggi daripada Yuu.

***

''Ngh..'' desah Yuu saat lidah Ray dengan liarnya menjilati serta mengulum leher jenjangnya. Tangannya mencengkram erat bantal yang ada dibelakangnya.

''RAY!!'' jeritnya saat dirasanya sebuah jari masuk kedalam dirinya. Yu menggeliat tak nyaman. Ia lalu beralih meremas rambut Ray dengan erat.

''Yuu~ '' panggil Ray. Bibirnya dengan setia masih menempel di leher Yu.

''A-ya? Ngh~ ''

''Kau cantik sekali malam ini.'' bisiknya ditelinga Yu dengan suara yang berat. Tak lupa ia juga sedikit menggigit telinga Yu.

''Nnh~ Ra-Ray, jangannhh~ meng-ah godakuuh~'' Yu memejamkan matanya menikmati sentuhan dari laki-laki yang ada di atasny.

''Baiklah, baiklah!'' Ray terkekeh pelan. ''Kalau begitu mari kita mulai,'' Ray bersiap memasukan penisnya, ia menggesek-gesekan terlebih dahulu miliknya sebelum merasuki Yu.

DUK! DUK! DUK!!!

''KAA~'' panggil seseorang dengan suara cemprengnya.

Yu melebarkan matanya, ''Jin?''

DUK! DUK! DUK!!!

''KAA~'' panggilnya sekali lagi dengan terus mengetuk pintunya dengan tidak sabar.

''Grr..'' Ray menggeram kesal.

''SEBENTAR, JIN!!!'' Yu mendorong tubuh Ray. Ia lalu turun dari kasurnya dan dengan cepat mengambil dan memakai baju yang tercecer dilantai dengan asal. ''Gomen, Ray,'' Yu tersenyum paksa merasa tidak enak dengan laki-laki yang masih terbaring diatas kasur.

''Aku akan kembali,'' setelah itu Yu berlari kearah pintu kamar mereka.

''KAAA~'' teriaknya yang mulai diiringi dengan isak tangis.

''Sebentar, Jin!''

''Damn! Akan ku balas nanti,'' ujar Ray dengan seringai kejam.

''Err.. Tapi, sepertinya malam ini aku harus main sendiri.''

****

Ckrek!!

Yu membuka pintunya dengan pelan dan dibalas dengan tangan erat yang kini melingkar di pinggangnya.

''Kaa~'' isaknya. Laki-laki cantik itu menutup kembali pintu kamarnya. Ia lalu berjongkok, mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh mungil milik anaknya tersebut.

''Ada apa?'' tanyanya dengan suara lembut.

''Ungh~ Monster~ mimpi.. Hiks..tou-san,'' ujarnya ditengah isak tangisnya.

Yu mengelus rambut pendek milik Jin, ''Kenapa dengan Tou-san?''

''Tou..hiks.. Dia.. Dia...''

''Tou-san kenapa? Ayo ceritakan pada Kaa-san,'' Yu tersenyum lembut dan mengusap air mata yang mebasahi pipi chubby milik anaknya.

''Tou-san berubah menjadi monster, tou-san lalu menculik Kaa-san dariku huaa...'' Jin memeluk erat tubuh Yu.

''Eeeehh! Hahaha.. Kau ini, itu kan hanya mimpi. Ayo kembali ke kamar. Kaa-san akan menemanimu tidur.''

''Un..'' angguk Jin yang masih dalam pelukan Yu.

****

Tek! Tek! Tek!

Jari-jari panjang Yu dengan lincah memotong-motong setiap bahan masakan yang akan dimasaknya. Sesekali ia menyilak poni rambutnya yang menutup pandangannya. Ia tampak cantik dengan celemek pink yang sedang dipakainya. Celana hotpans yang dipakainya membuat kaki putih jenjangnya juga terekspose dengan indahnya.

''Tadaimaa~'' ujar seseorang.

''Okaeriii~'' Yu menoleh ke asal suara. Ia tersyum saat dilihatnya suami(?) tercintanya datang dengan keadaan yang cukup berantakan.

''Tumben pulang cepat?'' tanyanya. Agak aneh memang karena biasanya Ray akan datang saat dia dan anaknya telah duduk manis diatas kursi meja makan. Namun kini ia datang lebih cepit daripada biasanya.

''Aku sedang malas, jadi kuputuskan untuk pulang cepat.'' jawabnya. Ia lingkarkan tangannya kepinggul Yu, membenamkan wajahnya dilekuk leher sang terkasih dan menghirup baunya.

''Ray, sebaiknya kau mandi dulu.''

''Tidak!''

''Ray!''

''Apa Jin ada disini?'' Yu melirik Ray yg masih terus saja menenggelamkan wajahnya.

''Tidak, Jin sedang dirumah tetangga.''

''Oooh~'' tanpa Yu tau bahwa seulas senyum jahil terukir dari bibir sexy milik laki-laki yang sedang memeluknya tersebut.

Tangan kananya dengan pelan ia turunkan kearah paha mulus milik Yu. Sedangkan tangan kirinya ia selipkan kedalam celemaknya.

''RAY!!!'' pekik Yu. ''Apa yang sedang kau lakukan?'' dengan cepat Yu mencoba menarik tangan jahil milik suaminya, namun percuma.

''Hehe..'' kekeh Ray wajahnya masih ia selipkan diantara lekukan leher milik 'istrinya'. Ia malah dengan berani membuka kancing baju, dan tangannya masuk mencari nipple.

''Ngghh~'' Yu melenguh pelan saat dirasanya bukan hanya cubitan nakal milik Ray yang sedang memainkan nipple-nya. Namun tangan nakal Ray yang sebelah kiri kini juga sedang mengelus kejantanannya.

''Cotto~ R-Ray... Khh~'' desah Yu, ia mencengkram tangan kiri Yu dengan erat. ''Nanti Jin datangh~ ba-bagai..ah mana ack!!!''

''Biarkan saja.'' Ray mulai mengecup, menjilati dan menggigit leher putih milik Yu. Ia tak peduli jika Jin, anaknya melihat ini. Yang dipikirkan olehnya adalah bagaimana cara agar gairahnya bisa terpuaskan.

''Ngh..''

''Ini juga sebagai pembalasan beberapa hari yang lalu,'' dengan nakal Ray mulai membuka resleting celana milik Yu, membuatnya menahan nafas. Yu sedikit mendorong bahan masakan yang tadi sudah ia persiapkan.

''A-AH!!'' Ray sedikit mendorong tubuh kurus milik Yu, membuatnya sedikit membungkuk. Tangan kanan milik Ray kini beralih dari nipple ke arah mulut sang istri.

''Hisap,'' ujarnya. Tanpa banyak protes laki-laki yang ada dibawah Ray menghisap jari jemari miliknya.

''Kita akan melakukannya dengan cepat,'' bisikn Ray dengan nada sedukatif di telinga Yu. Ia menjilati dan mengulum telinga Yu.

Yu menggenggam erat tangannya, saat dirasanya sebuah jari masuk kedalam dirinya. Ia tak tau sejak kapan celana hotpants-nya kini telah melorot sampai ke mata kaki. Satu, dua, dan tiga jari milik Ray kini telah masuk kedalam dirinya. Yu bisa merasakan bahwa jari-jari itu kini sedang membentuk gerakan menggunting untuk mempermudah Ray saat penetrasi.

''NGHHH~''

'Bingo!' Ray tersenyum senang, akhirnya ia mendapatkan apa yang dicarinya tadi yaitu sweet spot milik istrinya. 'Damn! Aku benar-benar tidak tahan,' rutuknya dalam hati.

Dengan serampangan Ray membuka releting celananya sendiri. Kesejatiannya kini sudah mengacung dengan sedikit percum yang mulai keluar, ia benar-benar terangsang dengan desahan yang dikeluarkan oleh Yu. Jari tangannya yang diapit oleh dinding anus milik Yu membuat libidonya terasa menaik.

Sebelum ia memulai masuk, Ray dengan sengaja mengoles precum yang keluar dari penisnya untuk mempermudahnya. Ia menggesekan terlebih dahulu dan..

''A-AAAH!!!'' pekik Yu. Dengan hanya sekali sentakan Ray berhasil merasuki Yu.

Dengan gerakan perlahan Ray mulai gerakan in-outnya. Pelan, pelan namun lama-lama menjadi cepat. Yu terus meracau tak jelas membuat gairah Ray semakin meningkat.

''Ngh.. Ray~ ce-cepaatnnh..''

''Wait~''

''A-akuhh~ ma-mau kelu ah..rr~ Ray!''

''Sebentar sayang nnh~ kau sempit sekali!!!''
''Rayhh~''

''Ne.''

''A-aku, RAAYY!!!'' jerit Yu. Cairan putih kental keluar dari dirinya lalu disusul dengan Ray yang juga organism(?) didalam dirinya. Yu merasa bahwa dirinya penuh dengan milik Ray. Tubuh Yu dengan perlahan merosot kebawah, namun dengan cepat Ray menangkapnya.

''Cepat bantu aku, jangan sampai Jin melihat ini,'' ujar laki-laki cantik tersebut.

''Baiklah!''

***

Jin memandang dengan mata berkaca-kaca pada apa yang baru disaksikannya. Sebuah pemandangan yang dibilang tak cocok untuk anak seumur dirinya. Dengan sedikit gemetar Jin merosotkan tubuh mungilnya.

''Monster.. Tou-san..'' bisiknya.

***

OMAKE

Jin menenggelamkan dirinya pada pelukan sang ibu. Dengan tubuh gemeter dan isak tangis yang sejak tadi tidak berhenti, membuat sang Ayah mengacak rambutnya, frustasi.

''Monster.. Tou-san.. Huee....'' tangis Jin.

''Jin, ayah bukan monster, sayang!'' Yu mengelus kepala Jin dengan mimik wajah bercampur antara malu, panik, cemas, dan kesal.

''Jin, ayah hanya..'' Ray tampak bingung apa yang harus dijelaskan pada anak semata wayangnya ini. ''Ah, iya! Ayah hanya sedang membuat adik baru untukmu.''

OWARI

****

A/N : saya tau ini penulisannya kacau ^^;)a ano.. Ini hasil satu bulan lebih saya gak bikin ff -___-) seperti kata mba Meiy LUPA RUMUS BIKIN FANFIC!!!!!!

05/12/11

Remember Me? -chap 1-

Title : Remember Me? -chap 1-
Author : Nobi Ururi
Genre : Romance, fluff, slight angst
Rating : PG13
Pairing : ToraSaga (main), ShouHiroto
Disclaimer : pengen ngakuin Tora sebagai papah saya tapi gak bisa T^T cerita dibawah ini milik sya :D
Warning : MPREG, dan beberapa OC
A/N : cerita ini terinspirasi dari drama korea 18 vs 29

***

''Tora-san, apa kau mau meng-cancel semua jadwalmu?'' tanya sang manager, Nomi yang sedang meletakan vas bunga yang terlebih dahulu telah diisi air keatas meja kecil yang ada disamping ranjang yang sedang ditiduri oleh Saga.

''Tidak, biarkan saja,'' ujar laki-laki yang dipanggil Tora yang kini sedang memandang tanpa ekspresi kearah luar jendela rumah sakit.

''Apa kau yakin?'' tanyanya lagi memastikan.

''Hm.. Ya, aku yakin.'' ia masih tetap memandang keluar jendela, entah apa yang dilihatnya.

''Tapi..'' Nomi melirikan matanya kearah Saga. ''Siapa yang akan menjaga Saga?''

''Kau,'' ucap Tora cepat. Ia membalikan tubuhnya memandang Nomi sang manager.

''Eh, aku?'' Nomi menunjuk dirinya sendiri dengan tampang bodoh.

''Ya, kau! Memang siapa lagi?''

''Apa kau yakin?''

''Aku sangat yakin. Jika aku perlu sesuatu, aku akan segera mendatangimu. Kita bisa melakukan komunikasi lewat telpon, atau jaringan internet.''

''Mmm.. Baiklah jika itu maumu.''

==*****==

''Hiks..'' Hiroto mengusap airmata yang jatuh kepipinya. Hatinya begitu sakit mengetahui kenyataan bahwa suaminya-Shou orang yang selama ini ia cintai ternyata telah membohonginya. Ia begitu sakit mengetahui kenyataan bahwa sesungguhnya Shou hanya mencintai Saga bukan dirinya. Jadi, untuk apa kata-kata manis yang sering Shou ucapkan pada dirinya selama ini?

Kata yang sering keluar dari mulut Shou yang membuatnya begitu terbuai dan terpesona dibuatnya. Kata yang saat ini juga membuatnya begitu sakit jika mengingatnya.
Jadi, untuk apa kebersamaan antar dirinya dan Shou satu tahun ini? Hanya sebagai pelampiasan diri Shou akan diri Saga? Demi Tuhan, ia tak pernah berpikir bahwa pernikahannya akan seperti ini, hancur dalam sekejap.

Hiroto mengambil kopernya memasukan baju-bajunya kedalam koper tersebut dengan asal. Hal yang terbaik untuk dirinya adalah menghindar dari Shou. Menjauh dari kehidupan lelaki tersebut untuk sementara waktu. Ya, hal itu lebih baik.

Dengan langkah gontai Hiroto menarik kopernya keluar dari kamar tersebut. Isak tangis masih terdengar jelas keluar dari bibirnya.

Ckrek! Kriet!

Hiroto berdiri mematung, terkejut dengan kedatangan seseorang.

''Kau mau kemana?'' tanya orang tersebut dengan dingin.

''A-aku..'' Hiroto menggigit bibir bawahnya untuk menahan tangisnya. Tiba-tiba saja rasa pusing dan sakit diperutnya datang menyergap. Ia meremas perutnya menahan rasa nyeri yang tak tertahankan.

''Ack!'' Dan setelah itu kegelapanlah yang menyelimutinya.

==*****==

''Tora-san, Tora-san...''

''Bagaimana kondisi istri anda sekarang?''

''Tora-san tolong berikan penjelasan atas kecelakaan yang menimpa istri anda,'' pertanyaan demi pertanyaan terus saja terlontar dari mulut para wartawan dan itu membuatnya merasa risih(?).

Tora berhenti sejenak, ''Saga baik-baik saja dia hanya merasa shock,'' ujar Tora. Ia lalu kembali berjalan menuju mobilnya yang terparkir di tempat parkiran rumah sakit.

''Tora-san bisa tolong dijelaskan secara rinci lagi?''

Tora menghela nafasnya pelan ketika ia akan membuka mobilnya, ''Ia hanya luka ringan dan sampai sekarang dia masih pingsan. Akan saya kabari lagi jika dia sudah sadar.'' Setelah itu ia menutup pintu mobilnya dan meninggalkan kerumunan para wartawan tersebut.

=****=

Hiroto membuka matanya dengan perlahan, rasa pusing masih menyergapnya. Ia memijit pelipis kepalanya untuk mengusir rasa pusing tersebut.

''Gugurkan janin yang ada didalam perutmu itu,'' mata Hiroto melebar, dengan cepat ia alihkan pandangannya kearah tempat duduk yang ada di sebelah kanannya. Ia menatap nanar kearah pemuda tinggi nan manis yang sedang duduk di atas sofa putih rumah sakit.

''Kau tau? Kenapa?'' tanyanya pelan.

''Kau akan memberikan beban untukku,'' jawabnya.

''Ti-tidak.. Kumohon jangan,'' laki-laki yang ada di atas ranjang tersebut mulai terisak. ''Aku tidak mau.. Kau boleh menceraikanku tapi tolong jangan suruh aku untuk menggugurkannya hiks..''

''Aku akan menjauh dari kehidupanmu. Aku akan menyiapkan semua surat-surat perceraian kita. Tapi, sekali lagi tolong jangan suruh aku untuk mengugurkannya,'' ujarnya sambil terisak.

Shou hanya diam mendengarkan pernyataan dari Hiroto. Ia masih belum bergeming dan hanya memandang Hiroto dengan raut muka yang tak bisa terbaca.

''Hiks..'' sedangkan pemuda yang ada di hadapan Shou hanya bisa terisak.

''Baiklah, aku setuju dengan pernyataanmu itu,'' dan setelah itu ia berdiri dan berjalan keluar dari kamar bernuansa putih tersebut.

Hiroto menenggelamkan wajahnya ke selimut putih yang sebagian menutup tubuhnya. Lebih baik seperti ini daripada ia harus merelakan anak yang dikandungnya. Ia rela jika Shou tak mengakui janinnya. Ia rela jika Shou tak mau mengasuh anaknya. Ia rela. Karena Hiroto yakin Tuhan akan selalu memberikan hal terbaik untuknya. Memberikan kebahagian walau awalnya begitu menyakitkan.

=***=

Sudah 3 hari sejak kejadian kecelakaan yang membuat Saga terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Dan sudah 3 hari pula Tora tak berkunjung ke rumah sakit namun sekali-kali ia masih tetap menelpon managernya, menanyakan keadaan Saga kepadanya.

Jika Tuhan mengijikan, Tora berharap agar Saga terus tak sadarkan diri. Ia rela jika Saga harus terus berbaring diatas ranjang bersprei putih milik rumah sakit itu terus menerus. Karena jika pemuda cantik itu terbangun berarti perceraian lah yang akan ia hadapi, dan Tora tak mau itu terjadi.

Hampir 2 tahun ia mencoba bersabar atas pernikahan ini. Bersabar akan tak ada balasan cinta dari Saga. Berharap bahwa selama itu ada benih-benih cinta yang tumbuh dihatinya, ruang yang dapat ia masuki. Namun ternyata tak ada tempat baginya, tak ada ruang dihati Saga yang dapat ia tempati.

Sakit..

Sangat sakit hati ini. Sesak. Dada ini begitu sesak jika ia mengingat bagaimana sikap Saga terhadapnya selama ia menikah dan tinggal serumah dengannya.

Begitu dingin dan kaku.

Ya, tak ada kehangatan. Senyumpun mungkin jarang Saga perlihatkan padanya.

Tora mengepalkan jari-jarinya erat. Dada ini begitu sesak saat mengingat beberapa hari sebelum kecelakaan Saga dengan tegas memintanya bercerai dengannya. Dan hari itu adalah dimana mereka mengalami pertengkaran hebat dan berakhir dengan ucapan lantang Saga yang mengatakan bahwa dirinya hamil. Kau tau selama hampir 2 tahun mereka menikah tak pernah Tora menyentuh tubuh Saga. Jangankan memeluknya, menyentuh tangannya saja ia sudah begitu takut. Tora takut Saga akan membencinya.

Tora menghela napasnya. Pemikiran akan tentang diri Saga membuat dirinya merasa terbebani. Bukan hanya fisik tapi secara mentalpun ia merasakannya.

=****=

Semilir angin masuk kedalam ruangan bernuansa putih saat jendela bercat putih itu dibuka oleh seorang wanita. Ia merentangkan tangannya menghirup udara pagi yang masuk.
''Pagi yang cerah,'' gumamnya. Ia lalu berbalik dan berjalan kearah sofa putih yang ada disebelah ranjang yang kini sedang tergolek lemah. Ia mendudukan dirinya diatas sofa tersebut.

''Saga-san cepatlah bangun,'' gumamnya. Ia menatap kearah tubuh laki-laki milik 'istri' dari artisnya tersebut. ''Kau harus memberikan kepastian untuk Tora-san. Aku benar-benar tak tega melihatnya. Harusnya kau tau bahwa ia sangat mencintaimu.''

Nomi menopangkan dagunya keatas tangannya. Ia sedikit mengerucutkan bibirnya. Sudah 3 hari ia menunggu Saga, namun tampaknya laki-laki manis tersebut masih belum mau bangun dari alam bawah sadarnya. Jujur ia sangat kesal dengan Saga. Ia merasa kalau laki-laki tersebut tidak tahu diri. Tora begitu mencintainya, tapi entah kenapa ia malah berpaling pada orang lain. ''Dia memang laki-laki bodoh,'' gumamnya.

Nomi tiba-tiba saja membulatkan matanya, saat ia tak sengaja melihat sedikit gerakan jari milik Saga. Dengan cepat ia mengambil handphonenya untuk menghubungi seseorang.

''Cepatlah angkat telponnyaa..'' rutuknya.

''Ah, TORA-SAANN!!!!'' teriaknya.

TBC

A/N : tidak sesuai dengan harapan. yasutralah *peluk Kisaki*

01/10/11

Play With Me

Title : Play With Me
Author : Nobi Ururi
Genre : PWP, Lemon, Romance
Rating : NC17, NO CHILDREN!!!!!
Pairing : ToraxSaga
Disclaimer : milik Nobi Ururi, Tora sma Saga cuman minjem doang!
WARNING : Saya tidak bertanggung jawab dengan hal-hal yang akan terjadi setelah membaca ff ini.

***

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

A/N : Sorry, saya tidak akan mempost fanfic NC disini XDD demi keamanan bersama. Jadi yang mau baca fanficnya silahkan liat di note facebook saya ;D terimakasih.

23/09/11

Always Be With You

Title : Always Be With You
Author : Nobi Ururi
Genre : fluff, family
Rating : PG
Pairing : DinoxHibari aka D18
Disclaimer : Katekyo Hitman Reborn milik Amano Akira-sensei T^T kenapa Hibari ama Dino cakep banget sih? Aku kan jadi tergila-gila sama mereka T__T dan cerita dibawah ini milik saya .
A/N : fanfic pertama saya yg menggunakan chara anime, abis keracunan doujinshi yaoi DinoxHibari sama anime Katekyo Hitman Reborn, REBORN-SAAAAAN!!!!! *dibekep*

***

Tap.. Tap.. Tap..

BRAK!!!!

''KYOUYAAA!!!!'' sapa sebuah suara milik seorang lelaki berdarah italia. Sedang kan Hibari-yang dipanggil namanya tetap duduk di meja kerjanya tanpa memperdulikan suara tersebut.

''Kyouya aku rindu padamu,'' ujarnya sambil mencium puncak kepala Hibari. ''Apa kau tidak merindukanku?'' tanyanya.

''Tidak,'' jawab Hibari singkat.

''Jahatnya.. Padahal kita sudah tidak bertemu selama 5 bulan dan kau tidak merindukan suamimu ini?''

''Haneuma, kau tidak lihat aku sedang sibuk?'' Hibari melirik sang Haneuma atau lebih tepatnya Dino yang sedang berdiri sebelahnya.

''Baiklah aku tidak akan mengganggumu,'' Dino berjalan menuju sofa hitam yang ada diruangan tersebut. Ia lalu duduk diatas sofa tersebut dan menyenderkan punggungnya yang lelah ke sofa. Hibari melirik sebentar kearah Dino.

Hening.

''Aku lapar, kau sudah makan belum?'' tanya Dino tiba-tiba.

''Sudah, jika kau lapar kau bisa minta ke Kusakabe.'' jawabnya tanpa berpaling dari kertas-kertas yang sejak tadi dikerjakannya.

''Baiklah,'' sebelum Dino pergi keluar dari ruangan Hibari, ia mencium terlebih dahulu puncak kepala 'istri'nya tersebut.

BLAM!!!

Hibari mengalihkan pandangannya kearah pintu ruang kerjanya, senyum tulus terukir diwajahnya.

''Aku juga merindukanmu..''

***

''Kyouya...'' panggil Dino dengan suara lirih. Ia memeluk tubuh telanjang Hibari dengan erat dalam dekapannya.

Ya. Bercinta adalah ritual yang biasa mereka lakukan. Kesibukan Dino sebagai Decimo Cavallone yang membuatnya harus bolak-balik Italia-Jepang dan Hibari sebagai Cloud Guardian Vongola lah yang membuat mereka jarang bertemu. Dan hal terbaik untuk melepaskan rasa rindu mereka adalah dengan cara bercinta. Hibari memang tak pernah mengucapkan rasa cintanya secara langsung pada Dino. Tapi, Dino tau bahwa Hibari 'istri'nya sangat mencintai dirinya hanya dengan melihat dari ekspresi Hibari saat ia mencapai puncak klimaksnya.

''Hm..'' responnya, Hibari menenggelamkan wajahnya ke dada bidang milik Dino. Membalas pelukan Dino dengan erat pula.

''Apa kau tidak lelah dengan hubungan kita ini?'' Dino mengecup kepala Hibari dengan agak lama.

Hibari mendongakan kepalanya, ''Apa maksudmu?'' ia menatap tajam kearah Dino.

''Yah, aku takut kau lelah dengan hubungan kita. Dalam setahun aku hanya bisa bertemu denganmu 3 kali atau bahkan tidak sama sekali.'' ia menundukan kepalanya, aura sedih terpancar dari tubuhnya.

Hibari menghela nafasnya pelan, ia lalu mengusap wajah Dino dan mengecup bibir milik sang Decimo dengan lembut. ''Kita, aku dan kau sudah bersaksi dibawah ikatan pernikahan...'' Hibari memandang cincin yang terpasang dijari kanannya. ''Dan itu berarti aku serius, Dino.'' lanjutnya.

Ya. Dino dan Hibari sudah mengikat perjanjian ikrar sehidup semati. Mereka menikah sekitar 5 tahun yang lalu saat Hibari masih berusia 19 tahun. Dan itu bukanlah waktu yang singkat bagi mereka.

Dino tersenyum lembut, ia lalu mencium bibir Hibari dengan lembut namun lama-lama ciuman tersebut berubah menjadi ganas.

''Sepertinya akan ada ronde selanjutnya,'' ujar Dino. Dan setelah itu desahan-desahan nikmat kembali bergema di kamar itu.

OWARII~

A/N : OOC? I dont know. tadinya mau bikin short fanfic kaya ff Sleeping Beauty tapi kayanya ini panjang ==a ya sutralah~ yang penting gua puas bangeet XDD

10/09/11

Beautiful Maid -chap 1-

Title : Beautiful Maid -chap 1-
Author : Nobi Ururi
Genre : fluff
Rating : PG13
Pairing : ToraxSaga
Disclaimer : Tora dan Saga adalah milik mereka masing-masing(?) sedangkan dibawah ini milik saya.
Warning : mpreg, OC!Yuu as Saga son, typo, sorry aye ngetiknya dari hp lagi =w=)a abal-abal dst

Saga POV's

Aku adalah seorang single parents di umurku yang masih tergolong muda. Asal kalian tau umurku masih 25tahun dan aku bercerai dengan mantan suamiku sekitar 2 tahun lalu. Pernikahan kami memang tidak direstui oleh pihak keluarganya. Bagaimana kami bisa bercerai? Ceritanya rumit sangat rumit untuk kujabarkan, ah sudah lah lupakan masalahku ini. Yang jelas kini aku harus mengurus anak laki-lakiku satu-satunya. Ia masih berumur 5 tahun, namanya Yuu Kazamasa. Ia memakai marga ayahnya yang bernama Shou Kazamasa.

''Hai~ '' sapanya saat aku membuka pintu apartemenku dan tanpaku suruh dia akan masuk kedalam apartemenku yang jelek ini. Aku memutar bola mataku bosan. Ya, aku bosan melihatnya karena hampir setiap hari ia selalu datang ke apartemenku tanpa aku undang.

Dulu saat dia baru pertama datang kesini, aku sering sekali mengusirnya berkali-kali. Tapi itu percuma, dia akan terus kembali tanpa memperdulikanku.

Dia itu adalah seniorku waktu sekolah dulu. Namanya Amano Shinji atau teman-temannya biasa memanggilnya dengan Tora. Dia selalu mengejar-ngejarku dan itu membuatku muak. Aku berkali-kali menolaknya, dan sebaliknya pula dia berkali-kali menembakku. Aku benar-benar muak dibuatnya. Dan saat perpisahan sekolah kami, aku mengatakan padanya bahwa aku sudah memiliki seorang kekasih dan akan segera menikah. Aku masih ingat senyum getirnya, dan entah mengapa saat itu dadaku tiba-tiba saja terasa sesak. Aku juga masih ingat kata-kata apa yang dia katakan saat itu padaku.

''Aku tidak akan mengganggumu lagi,'' ujarnya sambil menepuk kepalaku. ''Maaf untuk selama ini, semoga kau bahagia dengan pilihanmu,'' dan setelah itu dia pergi meninggalkanku sendiri.

Seperti janjinya padaku, dia benar-benar menghilang. Kabar terakhir yang aku dengar adalah dia kuliah di luar negeri. Hanya itu yang ku tahu. Dan kini dia kembali lagi, dia memang seorang pembohong ulung.

Aku tidak tau bagaimana caranya ia bisa sampai menemukanku. Tapi, aku yakin dia pasti menggunakan jasa detektif untuk mencariku. Aku yakin itu. Orang seperti dia pasti mempunyai uang yang banyak. Lihat saja sekarang dia datang dengan menggunakan mantel mahal yang dibaliknya ada jas berwarna hitam rapih dipadu dengan sepatu hitam yang mengkilap.

''PAMAN SHINJIIII~ '' teriak Yuu.

Aku bingung bagaimana laki-laki ini bisa mengambil hati anakku, Yuu. Setiap dia datang ke sini pasti dia akan datang kearah anakku mengelus kepalanya. Dia layaknya seorang ayah bagi anakku.

Aku tau Yuu sekarang masih membutuhkan sosok seorang ayah untuknya. Tapi, aku rasa bukan sekarang waktunya. Aku masih belum sanggup melupakan pernikahanku dengan Shou yang berujung pada kegagalan. Aku takut jika harus ditinggalkan lagi, aku masih belum sanggup. Bukan maksudku untuk mengorbankan perasaan Yuu. Aku tau aku memang egois. Aku tau itu.

End Saga POV's

''Hey, jagoan kecil,'' Tora mengangkat tubuh mungil Yuu kedalam dekapannya. Diangkatnya tubuh itu dalam gendongannya lalu ia berjalan ke arah dapur.

''Paman mau makan bersamaku?'' tanya Yuu polos saat Tora meletakannya keatas kursi makan.

''Um.. Bagaimana ya?'' ia melirik kearah Saga yang sedang berdiri Tak jauh dari tempatnya.

''Yayaya.. Terserah kau!'' Jawab Saga sinis. Percuma jika ia melarang Tora, karena Yuu akan merajuk padanya, memohon agar paman kesayangannya tersebut bisa makan bersamanya.

''Yey!'' seru Yuu senang. Sedangkan Tora, tersenyum geli dengan tingkahnya. Saga lalu duduk disebelah Yuu. Tanpa banyak bicara ia mengambil makanannya.

''Paman kau tau tadi malam aku bermimpi menjadi superhero dan paman menjadi monsternya,'' ocehnya.

''Hah, kenapa paman yang jadi monsternya?'' tanyanya sambil tersenyum.

''Aku tidak tau,'' ia menggelengkan kepalanya. ''Yang aku tau, paman mencoba untuk menculik ibuku,'' jawabnya polos.

BRUASSSSHH!!!

''Uhuk.. Uhuk.. '' Tora cepat-cepat mengambil minumnya.

''Kau benar nak, dia mencoba untuk menculik Ibu,'' ujar Saga dengan nada sarkatis. Ia masih tetap memakan makanannya tanpa perduli dengan keadaan Tora.

''Paman kau tidak apa-apa?'' tanya Yuu cemas.

''AAHH~ aku tidak apa-apa dan jangan perdulikan apa yang ibumu katakan.''

''Sudah Yuu, cepat habiskan makanmu dan segera berangkat sekolah,'' Saga beranjak dari duduknya, mengambil piring kotor yang tadi Saga gunakan untuk makan.

Tanpa banyak bicara Yuu memakan makannya. Begitu pula dengan Tora yang diam menikmati masakan Saga.

''SELESAII~ '' teriak Yuu, saat makanan yang ada di piringnya telah habis.

''Hup! Hati-hati jagoan kecil,'' kata Tora yang membantu Yuu turun dari kursinya. ''Ayo bantu ibumu,'' ia menyodorkan piring kotor ke Yuu, dan Yuu dengan cepat berjalan kearah Saga. Tora tersenyum melihat tingkah polos anak tersebut.

'Seandainya dia anakku,' ia menghela napasnya dengan berat namu cepat-cepat ia menggelengkan kepalanya. Menghilangkan pikiran tersebut darinya.

=***=

Saga berjalan dengan lemasnya diantara deretan toko yang berjejer rapih di jalanan pusat kota Tokyo. Wajahnya tampak lesu tak bersemangat, entah sudah keberapa kali ia menghembuskan napasnya dengan berat. Saga benar-benar kesal saat ini, ingin sekali rasanya ia berteriak sekeras-keras mungkin.

''Hhh~ '' desahnya.

Saga mengacak rambutnya pelan. Oke, ini entah sudah keberapa kali ia dipecat dari pekerjaannya hanya gara-gara sifat cerobohnya itu. Ini benar-benar sebuah masalah baginya dan juga Yuu. Jika tak ada pekerjaan berarti tak ada pemasukan. Dan itu berarti ia tidak bisa membeli keperluannya dan juga anaknya. Hell noo~ Saga menggeleng-gelengkan kepalanya, mecoba untuk tetap berfikir jernih.

''Aish!!!! Kenapa aku jadi panik begini sih?'' gumam Saga.

''Ya ampun!!!!'' pekik Saga, dilihatnya jam tangan berwarna hitam miliknya yang melingkar ditangan kirinya. ''YUU~ '' dan setelah itu Saga berlari dengan kencangnya.

=*****=

''Paman kenapa kesini?'' tanya Yuu saat dilihatnya kini paman kesayangannya sedang berdiri dihadapannya.

Tora berjongkok, mensejajarkan tingginya dengan anak laki-laki yang ada dihadapannya, lalu mengacak rambutnya pelan. ''Apa paman tidak boleh kesini?'' tanya dengan wajah yang dibuat sedih.

''Ah, tidak kok! Malah aku senang.''

''Mana ibumu?'' Tora melirikan matanya kesekitar.

''Ibu belum datang,'' Yuu mengerucutkan bibirnya sebal.

''Tumben sekali,'' gumam Tora.

''AH, YUU~ '' teriak seseorang dari arah belakang Tora, membuatnya berbalik berdiri menghadap kearah orang yang memanggil Yuu, tentu saja orang itu adalah Saga, ibu sekaligus Ayah bagi Yuu.

''Ibu lama sekali..'' Yuu berlari kearah ibunya dan memeluk pinggul Saga erat.

''Maaf, Yuu! Ibu ada urusan, jadi ibu terlambat menjemputmu,'' ujar Saga, ia mengelus lembut rambut Yuu. Saga mengalihkan perhatiannya kedepan dan sedikit mengernyit heran saat dilihatnya kini Tora sedang berdiri dihadapannya.

''Sedang apa kau ada disini?'' tanya Saga dengan nada sarkatis.

''Aku hanya sedang lewat dan kebetulan melihat Yuu sedang bermain disini,'' Tora menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

''Oh~ Yuu, ayo kita pulang- ''

''Biarku antar kalian,'' tawar Tora.

“Tidak, kami—“

“Ibu aku ingin pulang dengan naik mobilnya paman Shinji bolehkan?” potong Yuu dengan wajah polosnya. Saga terdiam sejenak, sedangkan Tora hanya berharap-harap cemas sambil terus memandang wajah Saga.

Saga menghela nafasnya dengan berat, percuma jika ia menolak keinginan Yuu. Karena anak ini akan terus merengek jika keinginannya belum dituruti. “Baiklah, tapi kau—“ tunjuknya pada Tora “—jangan berpikir macam-macam.”

“Ayoo!!”


Bersambung~~~~~

A/N : ini niatnya mau dibikin tiga chapter semoga bisa jadi yah! xDDD

06/09/11

My Story -Reita Mind-

Title : My Story -Reita Mind-
Author : Nobi Ururi
Genre : Romance
Rating : PG
Pairing : Reituki
Disclaimer : punya sayaaaa , pokoknya punya saya.
Warning : OC!Reiki as Reituki’s son Genderswitch!Ruki as female.
A/N : sorry, no edit saya males ngeditnya :p maaf kalo banyak typo karena ini diketik lewat hp.

YO! My name is Reita lebih tepatnya Reita Suzuki aku berumur 21 tahun. Ups— apa aku terlalu narsis? Haha.. Aku akan menceritakan sesuatu pada kalian. Kisah cintaku –tentu saja. Hal yang menarik didunia ini adalah kisah cinta, bukan hanya terhadap 2 insan manusia yang berjodoh tapi pada seluruh manusia. Sedangkan kisahku ini antara sepasang manusia yang berlainan jenis, antara laki-laki dan perempuan. Tapi, jujur kisah ini seperti Drama yang sering kau tonton— apa kalian pikir aku akan menonton drama? Jawabannya tidak, aku yakin kaum hawa sering menontonnya di tivi-tivi. Aku terlalu sibuk untuk hanya sekedar menonton hal seperti itu.

Jadi ceritanya seperti ini. Pada suatu hari—oke, aku memang tak pandai dalam bercerita seperti ini.

Dulu aku adalah seorang berandalan, aku suka sekali kebut-kebutan dijalan, minum-minuman ber-alkohol , dsb tapi aku tak tertarik dengan Narkoba dan juga sex bebas. Aku adalah seorang pemimpin geng ternama di kota Tokyo. Ayahku sampai geleng-geleng kepala melihat kelakuanku ini. Aku juga sering berurusan dengan polisi, tapi karena pengaruh ayahku, aku dengan mudah keluar. Ayahku adalah pemilik sebuah perusahan ternama di Jepang, dan ku kira perusahaan ayahku adalah salah satu perusahaan berpengaruh di Jepang. Ayahku ingin sekali melihatku tumbuh sebagai laki-laki 'normal' maksudnya dia ingin aku menjadi anak yang manis -___- kalian jangan berpikir macam-macam ya? Aku ini masih menyukai perempuan.
Back to story, pada suatu hari aku tidak sengaja memperkosa anak orang. Yang kuingat adalah pagi saat aku terbangun ada suara tangisan dari pojok kamarku dan itu bukan hantu. Saat aku lihat ada sesosok perempuan bertubuh mungil memakai baju yang robek disana sini sedang memeluk tubuhnya.

''Oh, shit!'' umpatku. Aku langsung menghampirinya namun ia malah beringsut menjauhiku, mungkin ia masih takut karena kejadian semalam. Kuperhatikan dirinya, -eh, tunggu Pizza. Mataku langsung melotot, jadi aku telah memperkosa seorang pengantar Pizza?

Ewh~ Kalau kuperhatikan sih! Dia memang manis, bibirnya merah, rambutnya coklat panjang, pipinya chubby. Aku rasa gadis secantik ini tidak cocok jadi seorang pengantar Pizza. Dan sekarang yang jadi masalahnya adalah APA YANG HARUS AKU LAKUKAN? Aku menjambak rambutku, frustasi. Oke, tenang Reita kau pasti bisa menyelesaikannya.

''Hey..!'' panggilku, namun dia malah semakin beringsut menjauhiku.

''Err.. Bolehku tau siapa namamu?'' tanyaku.

''Aku.. Aku akan bertanggung jawab jika kau hamil tenang saja.. Kau tak usah takut padaku.'' Dan setelah itu aku melihat dia agak sedikit mengangkat wajahnya.

''Ruki.. Namaku Ruki,'' jawabnya dengan suara kecil.

''Oke, Ruki. Jika kau hamil aku akan bertanggung jawab. Ku harap kau bisa melupakan kejadian ini.'' err.. Sepertinya aku salah bicara. Aku menggaruk belakang kepalaku.

Pada saat itu aku benar-benar sangat bingung apa yang harus kulakukan. Aku langsung saja memberikan alamat perusahaan ayahku dan bilang kepada dirinya bahwa aku adalah anak dari pemilik perusahaan tersebut. Aku berusaha untuk meyakinkannya.

2 bulan berlalu sejak kejadian tersebut. Aku tidak bisa melupakan kejadian hari itu. aku sampai memutuskan keluar dari geng yang selama ini aku pimpim dengan alasan aku ingin meneruskan perusahaan yang dipimpin oleh ayahku. Selama 2 bulan itu aku berubah dari sosok Reita yang berandal menjadi Reita yang penurut. Ayahku saja samapi kaget dibuatku.

Aku masih menunggu sosoknya, aku tak mau lari dari masalahku sendiri. Aku tidak ingin disebut sebagai lelaki pengecut. Dan pada sore hari rabu dia datang ke apartemenku sambil membawa surat dan juga testpack(?) dengan muka yang menyiratkan rasa kekhawatiran. Mungkin dia khawatir jika aku akan tidak mau bertanggung jawab. Langsung saja aku menggeret tangannya, dia sempat panik karena kelakuanku. Tapi, dengan segera aku menjelaskan bahwa aku ingin menemui ayahku.

Aku menggenggam tangannya dengan erat saat kami berdua duduk dihadapan ayah dan juga ibuku. Aku menceritakan semuanya pada ayahku. Apa yang kulakukan pada malam itu dengannya. Aku sempat cemas dengan reaksi ayah. Tapi ternyata dia hanya tersenyum sambil berkata..

''Ayah bangga sekali padamu, Rei..''

Dan setelah itu satu minggu kemudia aku menikahinya.

Kau lihat sudah hampir 5 tahun kami, aku dan Ruki menikah. Dan kami sudah mempunyai anak laki-laki yang bernama Reiki. Dia anak yang aktif serta ceria. Aku juga suka sekali menggoda Ruki hahaha... Yah, walaupun kami menikah karena ada unsur tanpa sengaja. Tapi, kurasa aku memang sudah mulai jatuh cinta padanya saat pertama kali aku melihatnya.

Owariiii~

27/08/11

Short Fanfic : Sleeping Beauty

Title : Sleeping Beauty
Author : Nobi Ururi
Rating : PG
Disclaimer : ini punya saya :p

Hiroto memandang seksama laki-laki yang sedang tertidur dihadapannya ini. Bibirnya yang sedikit terbuka, mata bulat yang kini tertutup, warna rambutnya yang kini bercat hitam. Oh, GOD! Laki-laki yang ada di depannya memang bisa dikatakan sempurnya. Tidak hanya dari fisiknya namun hatinya juga.

Sangat berbeda dari pertama kali ia bertemu dengannya. Err... Lebih tampan, gentle, manly- tunggu.. Apa manly sama dengan genlte? Oke, lupakan bagian itu. Yang jelas laki-laki yang dihadapannya ini benar-benar lelaki. Tak ada sisi feminin yang menonjol dari dalam dirinya. Begitu menggoda.

Hiroto menyibak helaian rambut yang jatuh menghalangi wajah tampan Shou. Tangannya lalu mengelus bibirnya, sebentar.

''Shou-yan bangun..!!!'' bisiknya, ia lalu mengguncangkan tubuh Shou pelan. Hiroto mengembungkan pipinya sedikit kesal karena lelaki yang ada dihadapannya ini masih tertidur.

''Ah, aku tau!'' ia lalu mencondongkan wajahnya kearah wajah Shou.

Cup!

Seperti kisah Sleeping Beauty dengan perlahan Shou membuka kelopak matanya. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya dengan lucu. Namun sedetik kemudian...

''UWAAAAAAAAA~ '' teriak Hiroto. Dan beberapa menit kemudian hanya terdengar suara desahan.

A/N : sorry, sengaja pendek XDDv

16/07/11

Remember Me

Title : Remember Me
Author : Nobi Ururi
Genre : Romance, fluff, slight Angst
Rating : PG13
Pairing : ToraxSaga *seperti biasa =w=)d * ShouxSaga *jangan protes* ShouxHiroto
Warning : MPREG!!!!!!!!

TIIIINNNN~

''Inikah akhir dari segalanya?''

BRAAKKK!!!!!!!

======ooo======

''News flash hari ini, telah terjadi kecelakaan beruntun dipusat kota Tokyo. Diinformasikan bahwa 1 orang tewas sedangkan 5 lainnya mengalami kritis dan telah dibawa ke rumah sakit terdekat. Dalam kecelakaan tersebut pula, terdapat istri(?) dari aktor sekaligus musikus terkenal yang sedang naik daun saat ini yaitu, Takahashi Sakamoto istri dari Amano Shinji. Ia mengalami luka yang cukup kritis...''

BLITZ!!!

''TORA-SAN, TORA-SAN~'' panggil seseorang.

Laki-laki yang dipanggil Tora tersebut segera membalikan tubuhnya, menghadap keasal suara.

''Ya?'' tanyanya, ia menaikan salah satu alisnya. Tidak mengerti dengan maksud dari sang manager-nya.

''Apa kau sudah lihat berita untuk hari ini?'' tanyanya gelisah.

Tora menggelengkan kepalanya pelan. ''Memangnya ada apa?''

''Saga-san,'' jeda sebentar. ''Saga-san kecelakaan dan kondisinya kritis saat ini,'' serunya panik.

''Apa kau yakin?'' Tora memegang pundak wanita yang cukup manis tersebut, dan mengguncangnya cukup keras. Ia benar-benar panik dengan kondisi Saga.

''Saya yakin, Tora-san! Tadi saya melihatnya sendiri ditelevisi.''

''Nomi-san, kau tau dia ada diman?'' tanyanya cemas.

''Hai' aku tau~''

= * * * =

Tap.. Tap.. Tap..

''Maaf tuan bisakah anda tidak berlari di koridor, ini rumah sakit,'' tegur seorang suster. Tapi ia tetap tak memperdulikan perkataan suster tersebut. Yang ada dipikirannya saat ini adalah Saga, Saga, dan Saga.

''2031,'' gumamnya.

''2029, 2030, dan ah, ini dia! 2031,'' serunya.

Namun saat dia akan membuka kenop pintu yang bercat putih tersebut, keluarlah seorang dokter yang berumur sekitar 40thn-an dan dibelakangnya ada 2 orang suster.

''Sensei, apa istri saya baik-baik saja?'' tanya Tora panik.

''Tenang Tora-san, dia baik-baik saja sekarang dia pingsan karena mengalami shock akibat kejadian ini. Selebihnya dia tak mengalami apa-apa. Tak ada patah tulang, atau luka serius lainnya,'' dokter itu menepukan tangannya ke bahu milik pemuda tampan yang ada di depannya.

''Apa aku boleh melihatnya?''

''Ah, ya! Anda boleh melihatnya,'' senyum tipis terukir di bibir milik dokter tersebut. ''Ah, dan satu lagi, maaf saya tak bisa menyelamatkan janin yang ada di kandungan istri anda. Saya permisi dulu tuan.'' Dan setelah itu sang dokter beserta 2 orang suster tersebut pergi meninggalkannya.

Tora terpaku didepan pintu bercat putih dan bernomor 2031 tersebut. Ia mendesis, serta mengepalkan tangannya hingga kuku jarinya memutih. Raut wajahnya bercampur antara kesal, sedih dan kecewa. Ia tak menyangka jika harus berakhir seperti ini.

Tora menghela napasnya pelan. Mencoba menenangkan dirinya dari gejolak rasa yang bercampur aduk didalam pikirannya. Sebaiknya ia cepat-cepat masuk kedalam dan melihat keadaan Saga.

Ckrek!

Blam!

Tora melangkah mendekati tubuh Saga yang tergolek lemah diatas ranjang yang bersprei putih tersebut. Dilihatnya istrinya kini sedang tergolek lemah, dikepalanya terdapat perban dan infus mengalir ke tangan kanannya. Ia dudukan dirinya diatas kursi yang ada disebelah ranjang yang sedang ditiduri Saga. Pemuda tampan tersebut mengaitkan tangan kanannya dengan tangan milik Saga, menggenggam tangannya erat. Sedangkan tangan kirinya meraba perut datar milik Saga.

''Seharusnya yang ada disini adalah milikku, bukan dia,'' bisiknya pilu.

''Tak bisakah kau melihatku sebagai sosok suamimu?''

''Kau tak pernah mencoba... Aku sudah berusaha untuk mencoba mengerti dirimu, aku belum pernah menyentuhmu,'' tangan kiri Tora kini berpindah ke bibir pucat Saga, lalu mengelus bibirnya pelan.

''....bahkan aku belum pernah merasakan bibir ini. Aku begitu mencintaimu. Oke, aku jujur aku tidak mau kehilanganmu. Saat kau bilang ingin cerai dariku, itu membuatku terguncang.''

''Jika sekarang perceraian adalah keinginanmu...'' Tora menghentikan ucapannya sejenak, mengambil napas untuk menenangkan dirinya. ''...aku akan melakukannya. Aku berjanji jika kau sudah sadar nanti, kita akan bercerai.'' Dikecupnya tangan Saga. Setetes air mata jatuh keatas lengan Saga. Ini bukan air mata akting yang biasa ia lakukan di drama-drama yang sering ia bintangi, ini adalah air mata dari rasa sedih dan kecawanya.

Tora melepaskan genggaman tangannya, diambilnya telepon genggam yang ada di saku mantelnya. Tangannya dengan lincah mencari nomer telpon yang sudah disimpannya.

''Yujiro-san, bisa tolong urusi dokumen perceraianku dengan Saga?''

''.....''

''Ah, ya! Terimakasih.''

==....==

Ckrek!!

Tora mengalihkan pandangannya dari jendela rumah sakit. Ia memandang tanpa ekspresi pada seseorang yang baru saja datang.

''Apa dia baik-baik saja?'' tanyanya cemas.

''Ya, dia baik-baik saja. Dia hanya pingsan,'' ucap Tora dengan nada dingin. Ia melangkahkan kakinya, menghampiri laki-laki tersebut.

''Aku ingin bicara denganmu,'' Tora melangkah keluar dari kamar tersebut dan langkahnya diikuti oleh laki-laki yang baru saja masuk kedalam ruang inap Saga.

''Kau pasti sudah tau,'' desis Tora tanpa membalikan tubuhnya kearah pemuda yang ada dibelakangnya.

''Maksudmu?''

''JANGAN PURA-PURA BODOH!!!'' teriaknya dengan cepat ia membalikan badannya. ''Kau pasti tau Saga sedang hamil...''

''Haha...'' pemuda yang ada dihadapan Tora tertawa dengan Nada mengejek. ''Ternyata ketahuan ya?''

''Kau berengsek Shou. Aku tau apa yang kalian lakukan dibelakangku dan Hiroto. Aku tau, kau telah 'menyentuhnya'.'' seru Tora.

''Apa itu salah jika aku menyentuhnya?''

''Kau...'' Tora menarik kerah baju Shou. ''ARGHH!!!!!'' Tora menyentakan tangannya. Ia berbalik kesamping, namun gerakannya terhenti saat dilihatnya sesosok pemuda mungil yang sedang mematung. Matanya terlihat berkaca-kaca.

''Hiroto..'' gumamnya. Shou dengan cepat melihat kearah sosok yang dipanggil tersebut.

''Apa itu benar Shou-kun? A- Apa yang dibilang oleh Tora-kun itu benar?'' Hiroto menutup mulutnya, menahan tangis. Namun sekeras apapun Hiroto berusaha tapi tetap saja, isakan itu keluar.

Hening..

Shou menutup matanya, dan membukanya kembali. ''Ya, itu benar!''

Pluk!

Hiroto menjatuhkan buket bunga yang dibawanya. Lalu berbalik meninggalkan kedua lelaki yang sedang berdiri didepan kamar bernomor 2031, dengan langkah pelan. Tora meringis tak tega melihat kondisi pemuda mungil tersebut. Ia begitu terguncang dengan hal ini. Lalu ia lirikan matanya ke Shou. Pemuda tersebut hanya terdiam tanpa ekspresi.

''Dan asal kau tau, Saga mengalami keguguran.'' Dan setelah itu Tora masuk kedalam kamar inap Saga.

=****=

''Apa Saga baik-baik saja?'' tanya seseorang dari seberang sana.

''Dia hanya mengalami luka-luka di kepalanya, bu! Dia hanya merasa shock saja,'' Tora melirikan matanya kearah tubuh Saga.

''Syukurlah..''

''Bu...''

''Ya?''

''Aku ingin bercerai dengan Saga...''

''...''

OWARIIIIIIIIIIIII~
RALAT!!!!
TBC~ maksudnya XDDD

A/N : *goyang tipi (?)* thanks buat GO XDD tuh kan kalo gua sibuk mikirin pelajaran pasti ilham datang.

21/06/11

Tak Akan Berakhir

Title : Tak Akan Berakhir
Author : Nobi Ururi
Genre : Fluff, slight Angst
Rating : PG15
Pairing : JurixLeda
Disclaimer : Cerita dibawah ini milik saya.
Warning : typos bertebaran dimana, bahasa kacau tanpa di edit karena sya ngetiknya lewat hp lagi -__-v


=*****=

Juri berdiri diatas balkon apartemennya. Menghirup udara pagi kota tokyo di hari pertama musim semi. Ia merentangkan tangannya sambil memejamkan matanya. Menikmati angin pagi yang berhembus menerpa tubuhnya.

Dengan perlahan ia membuka mata coklat hazel miliknya. Ia lalu melirik kearah sesosok tubuh milik pemuda cantik yang sedang tertidur di atas ranjang kamarnya sambil menghela napasnya pelan. Ia menggelengkan kepalanya pelan melihat kebiasaan sang kekasih.

Juri lalu melangkahkan kakinya masuk kembali kedalam apartemennya. Dan duduk disamping ranjang Queen Size-nya. Memandang pada sesosok pemuda yang kini sedang tertidur dengan nafas yang teratur.

Tangannya terjulur keatas kepalanya dan mengusap rambut pirang milik pemuda tersebut. Seulas senyum terukir dari bibir tipisnya. Betapa ia sangat beruntung memiliki kekasih seperti pemuda tersebut. Cantik, bibirnya merah merekah yang membuat ia ingin selalu menyesap manisnya bibir tersebut, dan satu hal lagi sifatnya. Ya, Juri suka sekali dengan sifat pemuda tersebut polos, jujur dan apa adanya. Juri bukan tipe orang yang akan memperdayai orang lain. Tapi, memang dia sangat menyukai tipe uke seperti pemuda cantik tersebut.

''Ngh~ '' tubuh didepan Juri menggeliat kecil namun tidak sampai terbangun. Juri tersenyum lalu menjulurkan kepalanya kedekat telinga pemuda tersebut.

''Hei, cantik,'' bisaknya, ''ayo bangun~'' lalu mengecup dahi pemuda tersebut. Namun tak ada reaksi, pemuda tersebut tetap diam.

Cup.

Juri mencium sekilas bibir merah merekah milik pemuda tersebut. Bagaikan putri salju. Pemuda tersebut lalu membuka matanya secara pelan. Ia lalu mengerjap-ngerjapkan matanya, membiasakan cahaya matahari yang masuk ke dalam rertina matanya.

''Juri-kun, ohayou~'' serunya. Juri hanya tertawa pelan saat tangan tersebut melingkar, memeluk lehernya.

''Ohayou, ayo mandi! Sebentar lagi kita akan pergi ke studio,'' ujarnya.

''Baik,'' pemuda tersebut langsung melepaskan tangannya yang tadi melingkar di leher Juri. Ia lalu beranjak ke arah kamar mandi. Juri memandang dibalik punggung pemuda tersebut, lalu menghela napasnya sekali lagi sambil memandang sendu.

=======

''Aku lelah sekali,'' ujar Leda. Ia mendudukan dirinya diatas kursi yang ada distudio, dan diikuti oleh Juri yang juga duduk disebelahnya.

''Jangan manja seperti itu,'' kata Juri sambil mengusap kepala Leda dengan lembut. Leda memanyunkan bibir merahnya.

''Apa kau tidak merasa sakit tenggorokan? Sejak tadi kau bernyanyi selama 2 jam,'' Leda memiringkan kepalanya. Tubuhnya ia miringkan sedikit untuk mengahadap ke arah Juri.

Juri tersenyum sambil menggelangkan kepalany, ''Tidak.''

''Kau ini,'' Leda meninju bahu pemuda yang ada disampinya sambil tertawa. ''Juri-kun, setelah latihan selesai kita kemana?''

''Mm... Aku tak tau.''

''Masa tidak tau sih?'' Leda mengernyitkan dahinya.

''Akan ku pikirkan nanti.''

''Baiklah terserah kau.''

''Hei, kalian ayo cepat latihan lagi,'' teriak Aggy.

''Ah, iya!!!'' Juri lalu beranjak dari duduknya, namun baru beberapa langkah ia berhenti dan kembali membalikan badannya.

''Ayo, kita harus latihan,'' ia menjulurkan tangannya kearah Leda dan itu mau tak mau Leda menyambut tangan tersebut.

''Aku lelah,'' keluhnya.

''Jangan mengeluh,'' ujarnya. ''Aku juga lelah,'' sambil mengecup dahi Leda.

====******====

Leda mendudukan dirinya diatas kap mobil sedan milik Juri. Matanya menerawang kearah hamparan hijau rumput ilalang yang ada didepannya. Senyum manis terukir diwajahnya. Sedangkan disebelahnya ada seorang pemuda tinggi nan tampan dengan tatapan yang sulit diartikan.

Sepoy-sepoy angin musim semi menerpa tubuh mereka. Suara desiran angin yang bagaikan melody ditelinga mereka bagaikan latar belakang yang tak terpisahkan. Tak ada suara selain desiran angin. Mereka terlalu terbuai dengan pemandangan yang ada disekita mereka.

Leda menutup matanya. Menikmati angin yang menerpa tubuhnya. Raut wajahnya yang cantik semakin terlihat dengan senyuman manis yang ia sunggingkan.

''Leda..'' panggil sebuah suara. Pemuda yang bernama Leda pun cepat-cepat membuka matanya dan menolehkan wajahnya kearah sampingnya.

''Ya?''

''Apa besok akan menjadi terakhir bagi kita?'' tanyanya.

''Maksudmu?'' Leda mengernyitkan dahinya bingung.

Pemuda tinggi yang ada disebelah Leda menghela nafasnya pelang lalu mengalihkan pandangannya kearah pemuda cantik yang ada sebelahnya.

''Besok adalah terakhir bagi Deluhi,'' jeda sebentar sebelum ia kembali mengucapkan bicaranya, ''Apa kita juga akan berakhir sama?'' Leda memandang bola mata hazel itu, lalu seulas senyum manis ia sunggingkan. Ia mengenggam tangan Juri.

''Apa kau menginginkan kisah kita berakhir disini?'' Juri menggelengkan kepalanya.

''Kalau begitu aku juga tidak,'' Leda mengeratkan genggaman tangannya begitu pula dengan Juri.

''Aku ingin kita selalu bersama, aku mencintaimu Juri-kun,'' diusapnya wajah Juri dengan salah satu tangannya yang tidak mengenggam tangan Juri. ''Aku tak mau kisah kita harus berhenti hanya karena Deluhi. Kisah kita tak ada hubungannya dengan Deluhi. Kita akan selalu bersama hingga takdir memisahkan kita.''

Juri memandang kekasih cantiknya dengan lekat. Diusapnya pipi Leda saat air mata itu jatuh dari kelopak matanya. Lalu mendakatkan dirinya, menarik lembut tengkuk Leda. Ciuman manis mendarat di bibir merah milik Leda. Namun lama kelamaan Juri menghisap bibir tersebut, menggigit lembut bibir yang terasa manis baginya.

''Ya, kita akan selalu bersama, tak peduli jika Deluhi harus bubar atau tidak, kita akan selalu bersama apapun yang terjadi kau tetap milikku,'' bisik Juri. Ia lalu menggigit dan mengulum telinga Leda.

''Ngh~'' desah Leda. Juri lalu mendorong tubuh Leda lembut, menidurkan tubuhnya ke atas kap mobil.

Kecupan-kecupan manis mendarat diwajah Leda. Tak peduli jika kini mereka ada ditempat yang tak semestinya untuk mereka lakukan. Yang ada dipikiran mereka hanyalah bagaimana cara bahwa untuk meyakinkan satu sama lain. Hanya ada cinta...

...antara merka berdua.

Selamanya...

18/06/11

Diary of Love -Destiny and Love-

Title : Diary of Love -Destiny and Love-
Author : Nobi Ururi
Genre : Romance, Fluff?
Rating : PG13
Disclaimer : papah Tora bukan papah asli saya, ana zuzur xDD
A/N : biasa typos bersebaran dimana-mana, bahasa kacau karena sya ngetiknya di hp LAGI .

Tora POV's

Amano Shinji, umur 24 tahun direktur dari Amano corp yang bergerak dibidang property. Ya, diumurku yg masih muda ini menjabat sebagai seorang direktur. Aku adalah seorang workholic. Aku bisa seperti ini karena orangtuaku memberikan pendidikan spesial padaku. Maksudku orangtuaku menyekolahkanku saat masih berusia 5 tahun. Saat aku SMP aku mengikuti kelas akselerasi begitu pula saat SMA. Dan aku adalah lulusan Harvard Univercity dengan predikat cumlaud. Aku tergolong anak jenius.

Aku memang jenius untuk urusan bisnis namun tidak untuk urusan cinta. Aku selalu saja payah pada urusan hati. Dan itu membuatku malas untuk berhubungan dengan orang.

Sekarang keluargaku menginginkan aku segera memberikannya cucu tapi, sayangnya aku tak punya calonnya. Dan jalan pintas yang terbaik adalah mencari tunangan untukku. Sebenarnya aku merutuki cara ini. Tapi, mau bagaimana lagi jika melihat ibuku dengan wajah memelas datang kepadaku. Aku sangat menyayangi ibuku. Jadi, kuputuskan untuk menuruti saja perkataan mereka.

Aku ditunangkan dengan seorang pemuda manis nan cantik, menurutku. Ia berasal dari grup Sakamoto Corp yang bergerak dibidang retail. Sesungguhnya aku curiga dengan pertunanganku ini dengannya ada maksud bisnis dibaliknya. Namun aku tepis semua itu lagian sesungguhnya ayahku dengan ayah pemuda cantik itu adalah sepasang sahabat. Wajar saja kalau mereka mungkin punya keinginan untuk saling berbesan.

Oke, sekarang aku berpikir sudah tidak mempersalahkan hal itu lagi. Biar mereka saja yang mengurusnya. Aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku. Namun semua itu sirna, kupikir akan berpikirkan seperti itu. Tapi ternyata tidak. Aku terjebak akan err.. Apa yah? Mungkin cinta pada pandangan pertama.

ARGH!!! Aku bingung dengan semua ini. Aku berusaha untuk mengacuhkan keberadaannya. Menampik semua rasa yang muncul tiba-tiba saja di benakku. Tapi itu tidak bisa.

Sampai aku menikah dengannya pun sepertinya rasa ini tidak mau menghilang. Dan malah rasa itu semakin menjadi. Aku berusaha untuk menahan rasa yang tak bisa kutampikan ini. Tapi, sepertinya semua itu percuma.

Perlahan-lahan aku mulai membuka diriku. Berusaha untuk tidak terlalu kaku atau mengacuhkannya. Kupikir seperti ini lebih baik daripada harus menghapusnya maksudku menganggap dia tidak ada dan membuatku tersiksa.

Aku suka sekali dengan sifat malu-malunya padaku. Ingin sekali ku goda dia. Tapi, aku sadar aku masih canggung. Aku takut dia menolakku.

Kami memulai sebuah hubungan dari pertunangan yang tidak kami inginkan. Dan itu terasa aneh bagiku. Hanya untuk sekedar menyentuh tangannya, aku sudah merasa gugup. Aku takut menyakitinya.

Namun kau tau. Suatu malam entah itu kapan-aku lupa adalah sebuah titik balik antara hubunganku dengannya. Aku pulang kerumah dengan keadaan mabuk berat. Kau tau kan bagaimana orang mabuk. Aku kehilangan kontrol atas diriku sendiri. Dan terjadilah mm... hal yang tak kuduga. Aku menidurinya.

Oke, ini bukan kasus pemerkosaan. Mengertilah wajarkan jika kami-sudah menikah melakukan hal itu, melakukan 'hal' yg seharusnya?

Yang kutau ketika aku terbangun, aku dalam keadaan telanjang dibalik selimut tebal ranjangku, begitupula dengan dia. Aku merutuki akan kejadian malam itu. Aku takut aku telah menyakitinya.

Dan rasa bersalah itu terus menghantui sampai ketika aku melihatnya sedang mencoba mengeluarkan isi perutnya namun itu sia-sia saja. Itu membuatku sangat cemas. Aku takut sekali terjadi sesuatu padanya.

Esoknya ia dengan senyum manis datang ke kantorku dan mengucapkan, ''Shinji-kun, aku hamil.''

Aku langsung saja berdiri dari kursiku dan menatap shock kearahnya. Aku tidak salah dengarkan? Tapi, sepertinya dia langsung menyadari akan kebodohanku ini dan langsung saja mengucap ulang kata yang tadi sempat ia ucapkan.

Sejak saat itu, aku selalu memperhatikannya. Mengecup wajahnya setiap pagi. Aku senang sekali. Seharusnya aku bertrimakasih pada calon bayiku ini karena dia aku jadi tau kalau Saga benar-benar mencintaiku.

Lain kali ketika ia lahir dan besar aku akan memberikan anakku ini hal spesial. Yang jelas Tou-san akan selalu menjagamu termasuk Kaa-san juga.

15/06/11

Diary of Love -Dreams-

Title : Diary of Love -Dreams-
Author : Nobi Ururi
Genre : Hurt/Comfort/Romance
Rating : PG13
Disclaimer : punyaa sayaaaa~ dont copaste
Warning : typos bertebaran dimana-mana, bahasa kacau karena ngetiknya lewat hp -__-''

Saga POV's

Sudah 1 tahun ini aku bersamanya. Kupikir dulu jodohku bukan dia tapi, Shou. Ya, Shou. Pemuda yang amat ku cintai dan kusayangi. Aku dan Shou memang saling mencintai, aku tau perasaan Shou padaku dan sebaliknya Shou pun tau perasaanku kepadanya. Tapi anehnya tak ada kata cinta yang diucapkan antara kami berdua. Rasanya hubungan ini mengalir begitu saja.

Dan aku juga tau bahwa sahabat kecilku, Hiroto amat menyukai Shou. Kadang aku merasa kasihan padanya, karena aku yakin Hiroto sering disakiti atas hubungan ini. Seperti cerita cinta segitiga diantara aku, Shou, dan Hiroto sebelum laki-laki itu datang, menggoreskan luka yang dalam pada Shou. Dan disini bukan hanya ada 1 orang yang tersakiti, tapi 3 orang sekaligus, mungkin.

Tapi, kadang aku merasa iri dengan Hiroto. Dia masih bisa ceria dengan beban yang diembannya. Masih bisa tersenyum dengan tulus walau aku yakin dia sakit saat dia melihat Shou yang begitu kacau karenaku. Aku sedih, aku tak bisa melakukan apapun untuk Shou.

Dan kini aku sudah tidak tau lagi bagaimana kabar Shou sekarang. Mungkin ia sibuk dengan perusahaannya yang sekarang. Sedangkan Hiroto, entahlah aku tidak tau bagaimana kabarnya. Ia menghilang sejak 1 tahun lalu sebelum ia mengucapkan kata perpisahan kepadaku.

Orang tuaku menjodohkankun dengan seorang pria tampan dan kaya raya. Dia bernama Amano Shinji, atau Tora. Tapi, aku lebih suka memanggilnya dengan Shinji. Entah bagaimana caranya orang itu dapat dengan mudahnya masuk kedalam kehidupanku menggantikan sosok Shou yang bertahun-tahun ada dalam hatiku.

Jujur saja sekarang aku mencintainya, sangat mencintainya. Tapi, kadang aku bingung dengan sifatnya. Disatu sisi kadang dia baik dan perhatian padaku tapi disisi lain kadang dia bersifat dingin padaku. Aku merasa dia seolah-olah tak menganggapku ada. Dan itu kadang membuatku jengkel oleh sifatnya itu.

Sebenarnya dia mencintai aku tidak sih?

AAAH~ dia itu memang membingungkan. Manusia bodoh dan kaku yang pernah ku kenal.

Kalau dia memang mencintaiku, buat apa dia menanamkan benih di tubuhku. Maksudku buat apa dia menghamiliku?

Aku bukan mengalami hamil diluar nikah. Kami memang sudah menikah sebelum jabang bayi ini muncul di perutku. Dan bagaimana ini bisa terjadi itu rahasia >/////< aku malu untuk mengatakannya.

Sebenarnya kehamilan ini membawa berkah untukku. Shinji-kun jadi lebih perhatian padaku. Ia baik sekali dan juga sabar menghadapi moodku yang naik turun.

Aku sayang padanya. Sangat sayang padanya.

Aku menyukai tindakannya padaku saat aku terbangun dipagi hari. Mengecup keningku, kelopak mataku, pipiku dan tentu juga bibirku. Aku mencintainya.

Rasanya bibir ini tidak mau berhenti meracau mengatakan cinta padanya. Tapi, aku belum pernah mendengar kata cinta keluar dari bibir tipisnya. Selama hampir 1 tahun aku menjadi pendampingnya.

Namun pada suatu hari ketika aku terbangung dipagi hari yang cukup cerah aku mendapatkan sebuah kejutan darinya. Kejutan manis yang sudah aku tunggu-tunggu sejak lama. Kau tau apa itu.

''Aishiteru, Aishiteru.'' ucapnya berkali-kali sambil mencium bibirku.

Aku menangis ditengah senyumanku. Aku senang dan tentunya aku bahagia. Penantianku kini menjadi nyata. Aku merasa kalau aku adalah orang paling beruntung di dunia.

''Aishiteru yo, Shinji-kun.''

04/06/11

Diary of Love -Apologize and New Love-

Title : Diary of Love -Apologize and New Love-
Author : Nobi Ururi
Genre : Hurt/Comfort/Romance
Rating : PG13
Disclaimer : cerita dibawah ini murni pemikiran saya. Please, no copaste :)
Warning : typos bertebaran, bahasa kacau karena saya ngetiknya dari hp =3=

Shou POV's

Sudah 1 tahun sejak kejadian itu. Aku mencoba bangkit kembali. Berkutat dengan pekerjaan agar aku dapat melupakan cintaku padanya. Ya, padanya. Pada seorang pemuda cantik yang kini telah berkeluarga.

Aku sudah tidak tau lagi bagaimana kabarnya sekarang. Yang ku dengar sekarang ia sudah mempunyai anak. Ah, tapi aku tidak tau apakah berita itu benar atau tidak. Aku terlalu sibuk untuk hanya sekedar menghubungi dirinya.

Seharusnya aku mencari cinta yang lain. Tapi, sepertinya hati ini tidak bisa lagi menampung seseorang selain dirinya. Aku masih belum sanggup untuk mencintai orang lain selain dirinya.

Sekarang aku sedang ada di Osaka. Aku sedang berlibur di kota ini untuk sekedar menghilangkan rasa penatku akan pekerjaan. Aku memang tipe orang pekerja keras. Tapi, bagaimana pun tetap saja aku membutuhkan penyegaran.

Dan disini lah aku. Osaka.

Sudah dua hari ini aku berada disini. Menikmati pemandangan yang disuguhkan oleh kota ini. Namun, apa yang kulihat hari ini membuatku sedikit shock.

Aku melihatnya...

Melihat pemuda yang dulu pernah memintaku menidurinya. Pemuda yang dengan bodohnya menyerahkan tubuhnya padaku tanpa tau konsekuansi yang akan dia dapatkan. Pikiranku langsung melayang dengan kejadian 1 tahun yang lalu.

DAMN!! Aku tidak mau melihatnya saat ini. Di mataku dia adalah pemuda yang menjijikan.

Namun mata ini malah berkhianat. Kenapa pemuda itu cantik sekali? Jauh lebih cantik dari terakhir kali aku liat. Rambutnya yang sepundak dicat blonde. Dia benar-benar berbeda, tampak lebih dewasa. Aku tak mau berlama-lama untuk melihatnya. Dengan cepat aku langsung meninggalkan tempat itu.

Esoknya entah kenapa aku kembali ketempat itu. Duduk di Cafe itu sambil menyesap kopi yang sudah ku pesan.Dan entah kenapa mataku selalu memandang kearah tempat dimana ia duduk kemarin.

Kau tau kejutan apa yang aku dapatkan pada hari itu?

Ia datang ke hadapnku sambil tersenyum didekapannya ada sesosok bayi mungil. Aku mengernyit bingung. Dan yang membuatku bertambah bingung adalah ia berkata padaku, ''Shou-kun, mau kah kau menggendong Sora-chan?''ujarnya sambil menyodorkan bayi cantik yang berumur 5 bulan padaku.

Entah kenapa aku menurutinya. Mengambil bayi itu dari gendongannya. Dan mengamati bayi kecil yang kini ada di gendonganku. Aku memperhatikan wajahnya. Kenapa bayi ini mirip denganku?

Aku ingin sekali bertanya padanya, tapi rasanya bibir ini terlalu kelu untuk hanya sekedar berkata, 'Ya' padanya. aku hanya menggendong bayi itu sekitar 5menit setelah itu aku megembalikan padanya kembali. Tampak sekali raut wajah bahagia terpancar di wajahnya dan itu membuatku muak untuk melihatnya.

Sebelum ia pergi berlalu dari hadapanku, ia mengucapkan terimakasih kepadaku. Dan aku juga mendengar dengan jelas apa yang dia katakan. ''Sora-chan, apa kau senang? Dia itu ayahmu,'' ini benar-benar membuatku shock berat. Langsung saja aku mengejar langkahnya yang tidak terlalu jauh dariku.

Aku mencoba bertanya padaku namun jawaban yang aku dapatkan adalah, ''Ini Sora-chan. Ogata Sora.'' aku benci senyum itu. Entah kenapa aku selalu membenci dirinya. Aku tak tau apa salahnya padaku. Tapi, aku memang benar-benar sangat membencinya.

Setelah kejadian itu aku kembali ke hotel. Merenungkan kejadian di cafe tersebut. Tingkahnya membuatku penasaran sekaligus muak. Aku harus melakukan sesuatu untuk menghilangkan rasa penasaran ini. Dan setelah itu aku memutuskan untuk membuntutinya.

Ini adalah hari keenam aku di Osaka. Dan hari ke duaku untuk mencari informasi tentang dirinya.

Kau tau info apa yang aku dapatkan tentangnya?

Dia adalah seorang single parent. Ia datang ke kota ini sekitar 1 tahun yang lalu saat kandungannya berusia 4minggu. Dan saat itu ia dalam keadaan lemah.

Entah keyakinan dari mana, aku merasa kalo bayi kecil bernama Sora adalah anakku. Anak yang sudah aku tolak. Aku yakin itu.

Malam itu aku langsung membulatkan tekatku untuk medatanginya. Meminta maaf akan semua kesalahan yang pernah aku perbuat dengannya. Aku terus berlari menyusuri deretan rumah-rumah yang ada di kompleks itu.

Dengan tidak sabar aku langsung mengetuk pintunya, hampir saja aku akan mendobrak pintu itu jika saja dia tidak membuka pintunya. Ia berdiri mematung dengan Sora yang ada di gendongannya. Ia pasti kaget dengan kedatanganku ini.

''Maaf,'' hanya kata itu lah yang aku sebutkan untuk memecah keheningan diantara kami. Respon yang aku dapat adalah, ia mengerjap-ngerjapkan kelopak matanya. Ia pasti bingung.

''Maaf untuk semuanya dan biarkan aku untuk belajar mencintaimu,'' bisikku. Aku mengatakannya.

Bisa kulihat bening-bening air mata jatuh dari mata indahnya. Aku langsung saja memeluknya dengan hati-hati, aku takut Sora terbangun karenaku. Aku hanya memeluknya sebentar, lalu mencium kelopak matanya.

''Terimakasih, a-aku tak pernah mengharapkan kau datang. Aku cuma ingin kau mengakui Sora adalah anakmu,'' ujarnya disela tangisnya. Aku hanya tersenyum.

Tuhan itu maha adil, ia selalu bersabar dan sekarang ini lebih dari apa yang diharapkannya.

Semua rasa benciku kepadanya tiba-tiba saja musnah dengan sendirinya. Dan aku tidak tau apakah rasa yang kini tumbuh di benakku adalah cinta? Mungkin saja. Karena sekarang rasa ingin melindunginya lah yang kini tumbuh dalam hatiku.

Aku harap kami akan selalu bahagia, bersama dengan Sora.

Itulah kisah cintaku. Aku harap kalian juga akan memiliki kisah yang manis sepertiku :)

03/06/11

Waiting For Your Love

Title : Waiting For Your Love
Author : Nobi Ururi
Genre : Hurt/Comfort/Romance
Rating : PG 13
Pairing : ShouxHiroto, ShouxSaga
Disclaimer : punya saya termasuk Shou dan Hiroto #ngarep
Warning : typos bertebaran, maaf sya ngetiknya pake hp -__-v

Hiroto memandang punggung kedua pemuda yang kini beberapa meter sedang berjalan didepannya dengan penuh canda. Ia menatap sendu punggung kedua tersebut. Menggigit pelan bibir bawahnya untuk menahan rasa sakit yg tergores di hatinya.

Ia pelankan langkahnya dan itu membuat jarak antara kedua pemuda tersebut dan dirinya semakin jauh. Hiroto lalu berhent dan memandang kebawah. Seketika itu pula Mogu -anjing Hiroto juga ikut berhenti. Pemuda mungil itu lalu berjongkok, menggendong Mogu dalam dekapannya.

Mogu yg seakan tau akan kesedihan yg terpancar dari wajah majikannya hanya diam saja. Ia lalu berdiri kembali dan memandang kearah depan. Matanya mencari-cari dua punggung pemuda yg kini hilang dari pandangannya.

Hiroto menghela nafasnya pelan. Tanpa pikir panjang ia lalu melangkahkan kakinya kearah taman yg terletak di sisi kiri jalan yg ia lalu. Mendudukan dirinya disebuah pohon yg rindang, tempat itu cukup tersembunyi diantara semak-semak yg ada.

''Guk.. Guk..''

''Aku tidak apa-apa, Mogu,'' ujarnya seakan mengerti dengan sahutan Mogu tersebut.

''Aku tidak apa-apa karena aku sudah sering mengalaminya,'' lanjutnya. Tampak disudut matanya ada genangan air mata yg siap tumpah. Di elusnya bulu Mogu yg putih dengan tangannya yg gemetar.

Hiroto sudah sering mengalaminya, berkali-kali merasakan sakit yg tergoreskan oleh kedua pemuda tersebut. Entahlah Hiroto tidak yakin apakah kedua orang itu menyadarinya atau tidak bahwa apa yg dilakukan oleh mereka telah menyakiti dirinya.

Hanya perasaan ragu yang kini menggelayuti pikirannya. Ragu akan janji yg diberikan Shou untuk selalu melindunginya, menyayanginya dan menjaganya sepenuh hati.

Apa Shou mencintainya?

Mungkin ini hanya cinta yang bertepuk sebelah tangan. Hanya dirinya lah yg terlihat sangat mencintai pemuda tinggi tersebut. Namun Shou? Entahlah, sepertinya Shou tak benar-benar mencintainya.

Jangankan untuk berkencan berdua dengannya, sekedar memegang tangannya pun Shou sangat jarang sekali melakukannya. Ingin sekali Hiroto merasakan seperti para pasangan lainnya. Bergandengan tangan, jalan-jalan berdua hanya sekedar untuk bercanda-tawapun tidak.

''Kau tau Mogu-chan, kadang aku ragu apakah Shou-kun menganggapku sebagai pacarnya atau tidak,'' gumamnya pelan. Ia mendongakan kepalanya keatas langit. Memandang awan putih yang tergambar di hamparan luas birunya langit.

Mogu memandang majikannya dengan dengan mata bulatnya. Mungkin Mogu hanyalah sesosok binatang yang tak mempunyai akal pikiran. Namun insting binatangnya seakan mengatakan bahwa Mogu harus menghapus rasa sedih dari raut wajah majikannya tersebut dan menggantikannya dengan senyuman.

''Guk.. Guk..'' Mogu meloncat dari pangkuan Hiroto. Menggoyang-goyangkan ekornya berharap majikannya tersebut senang. Lalu berputar-putar seakan-akan ingin menangkap ekornya.

Hiroto tersentak kaget dengan kelakuan anjing pompurian tersebut. Pemuda mungil itu hanya tersenyum menanggapi kelakuan anjing kecilnya.

''Kau ini dasar,'' Hiroto tersenyum kecil dan mengulus bulu putih lembut milik Mogu.

''Guk..Guk..!!!''

''Sepertinya kita harus pulang,'' dilihatnya kearah langit yang kini mulai berwarna kemerahan, ''...ayo, Mogu kita pulang.''

========

''Bibi, Hiroto mana?'' tanya sesosok pemuda tinggi yang berjalan dengan sedikit tergesa-gesa.

''Tuan muda ada di kamarnya,'' ujar seorang pembantu yg sudah berumur tua tersebut.

''Arigatou,'' Shou sedikit membungkukan tubuhnya dan dengan langkah terburu-buru pula ia dengan cepat naik keatas tangga rumah mewah tersebut.

Shou memelankan langkahnya saat kini ia telah dekat dengan tujuannya. Mata bulatnya menangkap gumpalan warna putih yang sedang berlari kearahnya. Ya, Mogu. Anjing kecil itu berlari kearahnya. Namun ia agak terkejut saat Mogu menarik-narik ujung celana jinsnya. Anjing kecil itu sepertinya menginginkan dirinya untuk menjauh dari kamar tuannya.

''Guk.. Guk..'' Mogu terus saja menarik-narik ujung jins Shou. Namun sayangnya Shou tetap tidak bergeming dari tempatnya berdiri. Ia tertawa kecil melihat tingkah menggemaskan Mogu.

''Hey, kau kenapa?'' tanya Shou. Ia lalu berjongkok mengelus bulu putih nan halus milik Mogu.

''Guk.. Guk.. '' Mogu terus menggonggong, ia berputar-putar mengelilingi tubuh Shou dan setelah itu, Mogu berlari meninggalkan Shou yang menatap heran ke arah anjung kecil itu.

''Dasar aneh,'' kekehnya. Pemuda tinggi itu lalu berdiri dan kembali berjalan menuju kamar Hiroto.

Cekrek! Kriet!!

Shou memandang kearah sosok mungil yang tenggelam di antara selimut tebalnya. Ia berjalan kearah ranjang Queen Size milik pemuda mungil itu lalu duduk di tepi ranjang yang berseprai(?) warna biru lembut.

Shou mengusap rambut Hiroto dengan pelan. Memandang wajah polos Hiroto yang tertidur lelap disebelahnya. Senyum tipis dan lega terpancar dari wajahnya.

''Dasar bodoh, kau selalu membuatku cemas,'' bisik Shou lalu mengecup pelan dahi Hiroto sebelum ia benar-benar pergi dari kamar tersebut.

=*#:#*=

Hiroto berlari menuruni tangga sekolahnya dengan langkah tergesa-gesa. Salahkan guru biologinya yang menyuruhnya untuk membersihkan lab biologi.

''Damn, dimana dia?'' rutuknya.

Namun langkah Hiroto terhenti saat dilihatnya kini Shou sedang mengusap rambut Saga. Pemuda tinggu itu terlihat sangat bahagia. Hiroto memundurkan langkahnya, lalu berbalik pergi menjauhi kedua pemuda tersebut.

***

''Shou bodoh! Hiks.. '' Hiroto mengusap pipinya lalu beralih meremas dada kirinya yang tiba-tiba saja terasa nyeri.

Ia terus berjalan tanpa arah. Ia tidak peduli dengan orang-orang yang memandang aneh ke arahnya. Ia iri dengan Saga. Kenapa selalu pemuda tersebut yang selalu mendapatkan senyum itu? Hiroto juga ingin mendapatkannya. Tersenyum manis sambil mengusap pelan kepalanya.

Apa hal itu sulit dilakukan?

Tidak kan?

Tapi, kenapa jadi seperti ini? Siapa yang mencinta? Dan siapa yang disakiti?

Hiroto menghela napasnya. Sabar itu ada batasnya. Dan kini ia sudah yakin akan tekadnya. Menjauh dari kehidupan Shou. Berharap bahwa sosok tinggi itu tidak akan mengusik hidupnya lagi dan Membuat lukanya menjadi terbuka semakin lebar.

Tanpa Hiroto sadari kini ia sedang berjalan di saat lampu merah sedang berwarna merah. Ia tak menyadari bahwa ada mobil yang sedang berjalan dengan kecepan tinggi dari arah kiri jalannya. Pikirannya terlalu kacau untuk menyadari hal itu. Dan sedetik kemudian..

TIIIINNNNNN!!!!!!

BRUAKK!!!!

Owari~

Diary of Love -Broken Heart-

Title : Diary of Love
Author : Nobi Ururi
Genre : Hurt/Comfort
Rating : PG13
Disclaimer : milik saya, yakin deh!

Hiroto POV's

Ini kisahku. Aku terjebak diantara cinta segiempat. Karena dalam cerita ini aku lah yang sebagai pihak ke empat. Kau tau. Aku sangat mencintai seorang pemuda, ia memiliki tubuh tinggi dan tegap, parasnya cantik dan matanya bulat untuk seorang seme sepertinya.

Aku selalu menatapnya namun entahlah aku selalu merasa kalau dia selalu memandangku sebagai anak kecil. Bukan, sebagai sosok yang dapat dia cintai.

Namun, bukan hal itu yang membuat dadaku sakit, nyeri akan goresan luka yang tak ia sadari telah membuatku jatuh. Namun kenyataan pahit bahwa ia sangat mencintai orang lain. Sosok pemuda yang cantik, anggun dan baik. Sosok yang berbeda jauh dariku.

Kadang aku merasa seperti pengganggu diantara mereka. Ya, mereka. Karena yang ku tahu adalah kalau sosok pemuda cantik tersebut sudah dijodohkan oleh orang lain.

Miris saat ku lihat bahwa orang yang kucintai itu kecewa. Tapi, taukah kau. Aku lah yang paling kecewa dengan keadaan ini. Kecewa melihatnya begitu berantakan.

Ingin sekali aku memeluknya, menghapus mimik kekecewaan itu dari wajahnya. Namun apa yang aku dapatkan? Ia menolakku.

Sakit?

Ya, sangat sakit.

Namun aku tak pernah menyerah. Aku tak pernah mengharapkan cintanya karena aku tau dia masih mencintai orang itu. Aku tak pantas masuk kedalam kehidupannya. Cukup dengan ia tau bahwa ada sosok lain yang mencintainya saja itu sudah membuatku senang.

Tak perlu menatap sosokku.

Pada suatu malam dengan tekatku sudah bulat. Aku mendatanginya. Memintanya untuk melakukan hubungan intim denganku.

Awalnya ia menolaku. Tapi, aku terus mendesaknya. Memintanya dengan air mata yang berlinang. Aku seperti pelacur atau bahkan aku lebih rendah dari pelacur karena aku telah menginjak harga diriku sendiri dengan menyerahkan tubuhku kepadanya.

Malam itu kami melakukannya. Kecapan suara menggema di kamar apartemennya. Kami menyatu dengan peluh yang membasahi tubuh kami. Tak ada sehelai benang pun yang melekat ditubuhku dan dia.

Apa kau bertanya aku bahagia dengan semua ini?

Tidak, aku tetap saja jadi pihak yang kalah. Karena setelah malam itu aku tetap tidak bisa memilikinya. Malah setelah itu ia menjauh dariku.

Apa aku menjijikan?

Seandainya aku bisa memutar waktu kembali, aku tak akan melakukan hal bodoh seperti hal itu lagi. Aku kecewa dengan diriku. Merutuki semua tindakan bodoh yang aku lakukan.

Satu hal yang tak pernahku sadari. Aku tak pernah menyadari bahwa aku memiliki rahim dalam tubuhku. Ya, aku laki-laki. Tapi, hal ini bukanlah hal aneh lagi jika seorang lelaki hamil.

Disaat minggu ke 4 aku medatanginya. Kembali dengan linangan air mata. Mengatakan padanya bahwa aku telah mengandung anaknya.

Kau tau apa jawabannya?

Ia membentaku, menampar wajahku dengan berkata bahwa aku adalah pelacur. Ia mengatakan hal itu dengan suara lantang. Membuat orang-orang yang ada disekitar kami saat itu, mendengar ucapannya.

Aku menangis.

Aku malu.

Aku memang sudah menebak akan semua hal ini. Hal yang akan kudapatkan, konsekuansi dari tindakan bodohku dulu. Namun yang membuatku sangat sedih adalah ia tak mengakui anak yang ada dalam diriku ini.

Aku berjanji padanya, untuk tidak menampakan diriku lagi. Aku akan pergi jauh meninggalkan semuanya. Semua kenangan indah bersamanya. Meninggalkan kota Tokyo yang tak pernah mati.

Dan disinilah aku kini, bertahan hidup sendiri dengan malaikat kecilku. Sudah satu tahun aku menghilang dari hadapannya. Aku sudah tak peduli lagi dengan dirinya. Aku ragu apa dia masih mengingatku atau tidak.

Namun yang jelas. Disini aku bahagia. Aku dikelilingi dengan orang-orang yang menyayangiku. Menghargai diriku. Disini aku merasa benar-benar dibutuhkan.

Ah, iya. Aku berterimakasih kepada Nao-shi. Ia baik sekali memberiku tumpangan. Aku tak tau bagaimana diriku jika tidak ada dia.

''Hiroto-kun, Sora-chan menangis~'' ah, itu suara Nao-shi. Sepertinya aku harus menyudahi ini karena anakkU Sora menangis.

Tidak ada salahnya kan jika aku berharap, Shou pemuda yang kucintai itu bertemu denganku kembali hanya untuk melihat anaknya.

17/05/11

Random Fanfic

Author : Nobi Ururi
Rating : PG13
Disclaimer : Nao is Mine LOL

Title : Hair Style

Tora berdiri di ambang pintu studio dengan hawa yang tak mengenakan. Ia melotot –yah walaupun itu hal yang bias dikatakan mustahil, Tora menatap sesosok pemuda di depannya dengan tampang horror. Ia mengernyitkan dahinya tak percaya dengan sosok yang dilihatnya sekarang.

“Heyho, Shinji-kun!” sapanya. Tora menggeleng kepalanya pelan, untuk meyakinkan pada dirinya bahwa sosok yang dilihatnya saat ini adalah sebuah ilusi belaka.

“Kenapa kau menatapku seperti itu?”

“Kenapa kau memotong rambutmu sachin?” tanyanya cepat. Sachin atau lebih dikenal dengan Saga itu hanya menygernyitkan dahinya.

“Kenapa? Ini baguskan?” ujar Saga sambil merapikan poni rambutnya.

“Apanya yang bagus?” tanyanya galak.

“Kau tak suka? –“

“AKU SANGAT TAK SUKA –“ potongnya cepat dengan nada penekanan. Saga mengerucutkan bibirnya. Ia langsung memasang tampang memelasnya.

“Tapi, aku juga ingin sepertimu, Shinji –“ Saga menundukan kepalanya. “ –aku ingin terlihat manly.”

Ah, tampaknya Tora harus mengalah dengan keinginan kekasihnya ini.


Title : Kumis?

Kini Saga dan Tora sedang duduk di depan tivi yang ada di apatonya Tora. Saga melirik pemuda tinggi disebelahnya dengan tatapan yang tidak bisa dijelaskan. Sedangkan pemuda yang ada disebelahnya itu, sepertinya tidak menyadari dengan apa yang dilakukan oleh kekasihnya.

“Shinji-kun?” Tanya Saga pelan.

“Ya?” tora mengalihkan pandangannya dari layar monitor televisinya.

“Mm..” Saga menggigit bibirnya pelan.

Ada apa Sachin? Ayo katakan –“

“Tapi, kau tidak akan marah padaku kan?” tanyanya ragu.

Tora menggelengkan kepalany, “Bagaimana aku bisa marah jika kau belum menceritakannya padaku? Hm?”

“Kau tau –“ saga berhenti sejenak “ –kumis tipismu itu sangat menggoda,” ujarnya polos.

Title : Bola Bekel

Ruki. Seorang vokalis mungil nan chibi –yah walau tak sechibi dan semungil Keiyuu vokalis dari band Kra. Tapi, hey – dia mansi sekali. Jika kau tau setiap Reita dating brkunjung ke apatonya dia akan secara reflek melepas dan mengangtungkan mantel Reita pada tempatnya. Sangat maniskan?

Ruki mempunyai sifat yang err.. Childish? Tak percaya? Coba kalian perhatikan sendiri saja.

Reita bassis dari band the GazettE, tentunya dia adalah bandmate dari Ruki. Kau tau betapa Reita sangat menyayangi Ruki. Ia selalu memperhatikan tingkah laku dari pemuda mungil tersebut, yang menurutnya sangat manis. Reita menyukai semua yang ada dalam diri Ruki.

Dan kau tau menurutnya Ruki itu seperti bola bekel, akan terus memantul jika tidak ada yang mengkapnya atau menhalangi dirinya. Iya ‘kan?

Title : Manly

“Kau terlihat lebih gentle Pon,” ujar Tora sambil mengedipkan sebelah matanya. 

“Gentle?” Hiroto memiringkan kepalanya bingung. “Maksudmu apa?”

“Maksudku, kau cocok jadi seme dengan gaya rambut barumu itu.” Goda Tora.

“Souka?” tanyanya. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya tak percaya.

“Kau tanya saja pada Shou.”

“Okey, baiklah!” stelah itu dengan cepat Hiroto pergi mencari Shou.

---8****8---

“Shou-kun~~~” seru Hiroto saat dilihatnya kini sang kekasih sedang duduk di kursi panjang studio disebelahnya ada Saga yang juga sedang memegang bassnya.

“Ada apa?” tanya Shou sambil tersenyum.

“Shou-kun malam ini aku jadi seme ya?” seru Hiroto dengan polosnya.


(-/\-) maaf yah gaje banget!! -____-‘’






Mein Liebe -part 3-

Title : Mein Liebe –part 3-
Author : Nobi Ururi
Bands : The GazettE
Genre : Romance/Angst
Rating : Pg-13
Disclaimer : Dibawah ini adalah milik saiia bukan orang lain.
Music : Mirrorcle World – Ayumi Hamasaki
Hana – Orange Range
Silent To My Pain – Lin –the end of corruption world-
Pledge – the GazettE
A/N :

===200494===

Ruki menyenderkan kepalanya pada sofa, matany tak focus untuk memperhatikan apa yang sedang ditayangkan oleh tivi plasma yang ada didepannya. Tubuhnya terlalu lemah untuk hanya sekedar menggerakan tangannya. Matanya yang dulu selalu bersinar kini redup dengan segala kesedihan yang ada dibaliknya.

Seharusnya ada yang menjaga Ruki sekarang. Tapi, siapa? Reita? Itu tak mungkin, Reita tak akan mungkin datang ke apartemennya, sekedar menelfon saja dia tidak. Ruki tak bisa mengharapkan Reita. 

Tiba-tiba matanya melebar ketika ia merasakan sesuatu cairan yang akan keluar dari perutnya. Ia menutup mulutnya dan segera berlari kearah kamar mandi.

“Hueekkkk….!!!!” Suara muntahan kembali bergema di seluruh apartemen itu.

“Hueekk…!!!” ah, betapa Ruki terlihat mengenaskan sekarang.

“Hhh.. hhh… “ deru nafas Ruki kini tak beraturan. Ia mencuci mukanya mencoba menghilngkan rasa lelah yang tergambar jelas diwajahnya.

Dan kini pandangannya tertuju pada cermin yang ada di depannya. Guratan kelelahan, sedih, dan rasa kecewa tergambar jelas di depannya. Inikah dirinya? Oh, Tuhan kuatkankanlah ia dengan segala penderitaan yang sedang dialaminya. Dan setitik air mata jatuh dari mata indahnya.


Apa yang dilakukan mantan kekasih mungilnya dari rumah sakit kini memenuhi mikiran Reita. Setahunya Ruki tidak punya penyakit yang berat dan Ruki adalah termasuk anak yang jarang sakit. Ini aneh, pikirnya.

Dahi Reita berkerut, kenapa ia memikirkan Ruki? Reita menggelengkan kepalanya. Mencoba menghapuskan pikiran-pikirannya tentang Ruki.

“Kau kenapa, Rei?” Tanya Uruha yang heran dengan sikap Reita.

“Tidak ada apa-apa,” balasnya pendek. Uru memicingkan matanya, tak yakin. “Percayalah,” senyum Reita bekembang, tangannya mengelus rambut Uru pelan.

Kini Reita dan Uru ada di taman kota yang tidak terlalu jauh dari café yang tadi mereka datangi. Reita dan Uruha duduk disebuah kursi panjang yang ada ditaman itu. Taman itu tidak terlalu ramai karena ini sudah masuk musim gugur –membuat orang malas untuk keluar dari rumahnya terbungkus selimut hangat itu lebih baik. Namun bagi Reita dan Uruha –dua orang yang sedang mencinta itu, udara dingin yang mulai menusuk tak mereka hiraukan.

Reita memeluk tubuh Uruha erat mencoba membagi kehangatannya. Uruha hanya diam menikmati kehangatan yang dibagikan oleh Reita. Menutup matanya sambil menghirup wangi maskulin yang tertangkap oleh indra penciumannya.

“Reita, I love you,” gumam Uruha.
Reita mengernyitkan dahinya. Ini seperti dejavu baginya. Pemuda bernoseband itu lalu menggelengkan kepalanya pelan. Kenapa tiba-tiba saja gambaran sosok lelaki mungil, mantan kekasihnya tersebut tiba-tiba saja terlintas dalam pikirannya?  Reita mengigit bibir bawahnya.

Lupakan dia. Ruki hanya lelaki bodoh. Ya, bodoh karena mau saja Reita mainkan perasaannya.

Dan hanya pemuda yang ada didalam dekapannya lah yang harus ia jaga. Harus. Karena pemuda inilah yang membuatnya seperti ini. Mempermaikan banyak perasaan orang. Sampai-sampai Reita tak sadar bahaw ia telah membuat sebuah ‘jejak’ pada seorang pemuda mungil diluar sana.

“I love you… I love you too so much –“ 


Jam 5.03 p.m

“Ngh…”  Ruki menggeliat pelan.  Keringat bercucuran di sekujur tubuhnya. Dengan pelan ia membuka kelopak matanya.

Ah, lagi-lagi ia tertidur di sofa.

Ruki mengusap keringat yang membasahi wajahnya. Dan dengan pelan pula ia mendudukan tubuhnya keatas sofa tersebut. Tangannya ia letakan keatas perutnya dan mengusapnya pelan.

“Jam berapa sekarang?” pemuda mungil itu lalu mengarahkan pandangannya pada jam yang tergantung diatas tivi plasmanya. “Jam 05.06 p.m,” gumamnya.

Ruki lalu berdiri dari sofanya dan berjalan pelan kearah dapur apartemennya. Rasa haus kini menyelimuti kerongkongannya. Dengan tangan gemetar Ruki mengambil gelas dan menuangkan air kedalamnya. Setelah itu dengan langkah pelan pula Ruki berjalan menuju kamar mandi apartemennya.

Pemuda mungil itu menatap nanar pada pantulan dirinya. Ah, betapa dia kini kurus. Dengan lingkar hitam yang mengitari matanya, ia tampak begitu err.. berantakan? Kehamilan ini sungguh membuatnya tersiksa.  Secara perlahan ruki mengusap perutnya.

“Hey, kau yang ada didalam sana. Selamat sore,” sapanya. “Ku harap kau tak menyusahkanku,” Ruki menggigit bibirnya, “Kau tau kan? Kita hanya berdua didalam apartement ini,” hening sejenak. “Jadi kumohon mengertilah aku sebagai ibumu,” detik itu pula terdengar suara kekehan.

Ibu?

Ruki menggaruk kepalanya dengan pelan. Ia laki-laki –yah walaupun ia kini sedang hamil, apa tidak aneh jika seorang laki-laki dipanggil ibu? Pemuda mungil itu memiringkan kepalanya. Namun, beberapa saat kemudian kesedihanlah yang tergambar jelas wajahnya.

“Hal bodoh,” gumam Ruki.

Ya, bodoh. Karena ia yakin hidupnya takan lama lagi. Mungkin ia tak akan bisa melihat wajah malaikat kecilnya. Tak akan bisa melihat pertumbuhan bayinya dan juga mungkin ia tak akan bisa mendengar tangisan pertama anaknya yang baru lahir di dunia.

==^^^^^==

“Yeah, I’m back!! I really miss my country…” teriak sesosok pemuda, ia merentangankan tangannya lebar-lebar. Menghirup udara kota Tokyo yang sangat dirindukannya selama 1tahun ia tinggalkan. Pemuda berpercing itu tak menghiraukan tatapan aneh yang ditunjukan oleh orang-orang yang ada disekitarnya.

“Ah, aku lapar,” gumamnya. Ia mengelus perutnya pelan. “Lebaih baik aku mencari makan dulu,” pemuda berpercieng itu lalu menarik kopernya, dengan langkah panjang ia lalu keluar dari bandara.

==^^^^==

Ruki meluruskan kakinya diatas karpet putih berbulu yang ada di ruang tivi. Dihadapannya terdapat banyak makanan sushi, unagi, ramen, mochi, taiyaki dan ocha terhidang dihadapannya. Ia menelan ludahnya tak yakin untuk menelan semua makanan yang terhidang didepannya. Entah kenapa ia tiba-tiba saja ingin makan makanan itu semua.

Pemuda mungil itu mengambil sumpitnya dan sedikit berpikir sebelum ia mengambil semangkok ramen.  Dengan pelan Ruki memakan ramen tersebut. Namun setelah beberapa suap ia meletakan kembali ramen tersebut dan mengambil shusi.

Tak berapa lama Ruki berdiri dan berjalan kearah dapurnya untuk mengambil toples acar yang dibelinya beberapa hari yang lalu. Ia lalu kembali duduk dan membuka tutup toples tersebut dan menuangkan beberapa isinya kedalam mangkok ramen. Ia juga menaruh beberapa unagi dalam ramennya dan mengaduk isinya pelan.

Entah kenapa tiba-tiba saja Ruki merasa kalau ia ingin sekali cepat-cepat memakan makanan tersebut. Bola matanya juga tampak berbinar-binar senang melihat makanan tersebut. Dengan sedikit terburu-buru ia lalu melahap ramennya.

“Mmm… Oishi~ “ seru Ruki. Senyum cerah tampak tergambar jelas di wajahnya.

Ting.. Tong..

Ruki menghentikan makannya dan meletakan kembali mangkok ramen yang belum habis tersebut.

Ting.. Tong..

Bunyi suara bel pintu kembali terdengar. Dengan langkah agak tergesa-gesa Ruki segera membuka pintunya.

Kriet…!!!

“A –“ Ruki membulatkan matanya saat diliatnya sesosok pemuda berpercing kini sedang berdiri sambil tersenyum kearahnya.

Bersambung ~~

A/N : ancur banget lah ni fanfic -___-‘’

10/05/11

Menunggu

Title : Menunggu
Author : Nobi Ururi
Bands : Alice Nine
Genre : Romance
Rating : PG-13
Disclaimer : Jika ada kesamaan pada fic yang pernah anda baca maka maafkan saiia :DD
A/N : ShouxOC

Sesosok wanita cantik tengah terduduk diatas kursi meja makan. Matanya menerawang kearah kaca apartemennya yang lebar, pemandangan hiruk pikuk kota metropolitan terbesar didunia. Dengan gedung-gedung tinggi menjulang seakan beradu dengan tingginya langit.

Bukan tatapan kesepian yang ia pancarkan, tapi rasa rindu yang kini bergelayut dipikirannya. Rindu kepada yang tersayang. Bukan. Bukan kepada sang kekasih, karena hubungannya kini jauh lebih intens dari sekedar status pacar. Yah-kau-tau-lah-itu.. Walau kini teknologi telah canggih dengan berbagai penemuannya dibidang komunikasi. Tapi, tetap saja jika kau tak merasakan dekap hangatnya dari yang tersayang, rasa rindu itu akan selalu ada. 

Dingin..

Berharap engkaulah yang menjadi selimut hatiku..

Dulu, pernah ia berfikir untuk berhenti, mengakhiri hubungan yang terlihat semu ini. Namun ‘sosok’ itu malah dengn sabarnya mengucapkan kata-kata manis yang mampu menyejukan jiwanya. Dan kini ia bersyukur akan hubungan dengannya yang masih berjalan dengan bahagia walau rasa cemas, cemburu, dan khawatir kadang menghantuinya.

 Tuhan tau bagaimana caranya menggantikan rasa rindu yang tak tertahankan pada sosok laki-laki itu. Jauh, lebih indah dari berlian yang berharga miliaran. Tak bisa tergantikan dengan uang. Sesuatu pelengkap diantara dirinya dan ia.

….

….

….

Perlahan wanita itu berdiri dari duduknya, berjalan menuju kearah jendela kaca besar yang ia pandangi sedari tadi. Senyum tak pernah lepas dari bibirnya, mebayangkan sang suami akan segera kembali malam ini. Ingin rasanya ia berceloteh menceritakan hal-hal yang terjadi akhir-akhir ini padanya.

Kau sebagai sandaran hatiku..

Jari-jari lentik itu ia tempelkan kekaca bening yang ada dihadapannya, “dingin..” desisnya.

“Seharusnya kau ada disini.. memeluku dari belakang, membisikan kata-kata cinta kepadaku.. aku menunggumu.. Shou-kun.. “ ujarnya pelan.

Ia mengedarkan pandangannya melihat kearah bawah apartemennya. Orang-orang yang berlalu lalang tampak seperti semut atau bahkan seperti titik jika dilihat dari lantai 25.  Lalu matanya ia arahkan kearah gedung tinggi yang tidak terlalu jauh dari apartemennya.

Sebuah tempat agensi yang masuk jajaran bergengsi bagi para artis yang bernaung didalamnya.*A/N: Maaf saiia tak tau fakta asli tentang PSC*  Ya, termasuk ia yang ada didalamnya, siapa lagi kalau bukan Shou vokalis Alice Nine. Berparas cantik walaupun ia seorang laki-laki. Mempunyai suara yang merdu dan dipuja oleh banyak wanita.

“Hhh.. “ Ia menghela nafasnya pelan. Lalu membalikan badannya, berjalan kearah kamar mereka dan menutup pintunya secara perlahan.

….

….

….

Pukul 22.39

Sesosok bayangan hitam, tinggi kini berjalan masuk kedalam salah satu apartemen penghuninya. Ia berjalan mengendap-endap berusaha agar pemiliknya tidak terbangun dari kelakuannya yang mencurigakan ini.

Lalu, ia berhenti disebuah kamar dan tanpa ragu ia masuk kedalamnnya. Dilihatnya sesosok wanita cantik sedang tertidur dengan pulasnya. Sosok itu kemudian berjalan mendekatinya.

“Kawaii.. “ gumamnya sambil tersenyum.

Ia, menjulurkan tangannya. Menyibak helaian panjang rambut sang wanita untuk melihat lebih jelas. “Aku beruntung mendapatkanmu,” bisiknya pelan.

Kembali ia menarik tangannya. Dengan cepat ia melepaskan jaket dan sepatunya. Lalu, ia pun merebahkan tubuhnya disebelah sang wanita.  Mengelus pipinya pelan dan matanya tak lepas dari wajah damainya saat tidur.

“Ngh.. “ mata sang wanita terbuka pelan. Matanya sempat terbuka lebar ketika ia melihat sosok lelaki yang kini tengah memandangnya dengan senyum manis.

“Kapan kau pulang, hm?” tanyanya. Tangannya mengelus pipi sang pria dengan pelan.

“Aku baru datang, kok!” jawabnya masih samil tersenyum. “Ma’af aku membuatmu terbangun. Sebaiknya kau tidur lagi saja, jaga kesehatanmu,” tambahnya.

Ia menggeleng kepalanya pelan, “seharusnya kau yang istirahat , Shou-kun”

Pria yang dipanggil Shou itu hanya tertawa saja mendengarnya, “tidak, tidak.. kau kan calon ibu :3 jadi kau harus banyak-banyak beristirahat. Aku tak mau sesuatu terjadi dengan istri dan calon anakku ini,”  ujarnya sambil mencubit pipinya.

“Auh, sakit.. “ serunya. Ia lalu membalasnya dengan memukul-mukul dada Shou.

“Hahaha.. maaf, maaf,” dengan segera ia merengkuh sang wanita kedalam dadanya yang lebar. “Hm.. tidurlah lagi ini sudah larut malam, ingat kau harus menjaga kesehatanmu” shou mencium puncak kepalanya dengan lembut.

“Iya, iya .. kau sudah mengucapkannya berualang kali aku bosan mendengarnya tau.. “ ia memutar bola matanya bosan.

“Eh, benarkah?” tanyanya sambil melepaskan pelukannya.

“I-Y-A,” jawabnya sambil menekankan kata, iya. “Kau tau. Untuk hari ini saja kau sudah mengucapkannya sampai 10x ditambah yang tadi kau ucapkan. Dan bukan hari ini saja kau mengucapkannya tapi, sejak tiga bulan yang lalu,”

“Eh, hahaha… “ Shou hanya bisa tertawa dengan ucapan istrinya. “Maklumlah, aku akan menjadi ayah! Aku terlalu senang untuk mengetahuinya,” bisiknya. “Ayo, cepat tidur!!” ia mengecup bibirnya dengan pelan.

“Oyasuminasai, Shou-kun”

“Oyasuminasai, Sayu-chan” balasnya. “Semoga kau terus memimpikanku”

….

….
….

15 menit kemudian…

“Shou-kun..” serunya.

“Hm…??

“Kau ingin memberi nama anak kita apa?” tanyanya.

“Hm? Tidur..” suruhnya.

“Eh, kok itu?”

“Besok saja kita diskusikan”

“Ta-tapi..

“Sayu, ini sudah terlalu malam untuk kita bicarakan” ucapnya tegas.

“Kau menyebalkan” dengan segera wanita bernama Sayu itu membalikan badannya, membelakangi Shou.

“Hn,” dan Shou hanya membalasnya dengan sebuah pelukan.

Owari