03/06/11

Waiting For Your Love

Title : Waiting For Your Love
Author : Nobi Ururi
Genre : Hurt/Comfort/Romance
Rating : PG 13
Pairing : ShouxHiroto, ShouxSaga
Disclaimer : punya saya termasuk Shou dan Hiroto #ngarep
Warning : typos bertebaran, maaf sya ngetiknya pake hp -__-v

Hiroto memandang punggung kedua pemuda yang kini beberapa meter sedang berjalan didepannya dengan penuh canda. Ia menatap sendu punggung kedua tersebut. Menggigit pelan bibir bawahnya untuk menahan rasa sakit yg tergores di hatinya.

Ia pelankan langkahnya dan itu membuat jarak antara kedua pemuda tersebut dan dirinya semakin jauh. Hiroto lalu berhent dan memandang kebawah. Seketika itu pula Mogu -anjing Hiroto juga ikut berhenti. Pemuda mungil itu lalu berjongkok, menggendong Mogu dalam dekapannya.

Mogu yg seakan tau akan kesedihan yg terpancar dari wajah majikannya hanya diam saja. Ia lalu berdiri kembali dan memandang kearah depan. Matanya mencari-cari dua punggung pemuda yg kini hilang dari pandangannya.

Hiroto menghela nafasnya pelan. Tanpa pikir panjang ia lalu melangkahkan kakinya kearah taman yg terletak di sisi kiri jalan yg ia lalu. Mendudukan dirinya disebuah pohon yg rindang, tempat itu cukup tersembunyi diantara semak-semak yg ada.

''Guk.. Guk..''

''Aku tidak apa-apa, Mogu,'' ujarnya seakan mengerti dengan sahutan Mogu tersebut.

''Aku tidak apa-apa karena aku sudah sering mengalaminya,'' lanjutnya. Tampak disudut matanya ada genangan air mata yg siap tumpah. Di elusnya bulu Mogu yg putih dengan tangannya yg gemetar.

Hiroto sudah sering mengalaminya, berkali-kali merasakan sakit yg tergoreskan oleh kedua pemuda tersebut. Entahlah Hiroto tidak yakin apakah kedua orang itu menyadarinya atau tidak bahwa apa yg dilakukan oleh mereka telah menyakiti dirinya.

Hanya perasaan ragu yang kini menggelayuti pikirannya. Ragu akan janji yg diberikan Shou untuk selalu melindunginya, menyayanginya dan menjaganya sepenuh hati.

Apa Shou mencintainya?

Mungkin ini hanya cinta yang bertepuk sebelah tangan. Hanya dirinya lah yg terlihat sangat mencintai pemuda tinggi tersebut. Namun Shou? Entahlah, sepertinya Shou tak benar-benar mencintainya.

Jangankan untuk berkencan berdua dengannya, sekedar memegang tangannya pun Shou sangat jarang sekali melakukannya. Ingin sekali Hiroto merasakan seperti para pasangan lainnya. Bergandengan tangan, jalan-jalan berdua hanya sekedar untuk bercanda-tawapun tidak.

''Kau tau Mogu-chan, kadang aku ragu apakah Shou-kun menganggapku sebagai pacarnya atau tidak,'' gumamnya pelan. Ia mendongakan kepalanya keatas langit. Memandang awan putih yang tergambar di hamparan luas birunya langit.

Mogu memandang majikannya dengan dengan mata bulatnya. Mungkin Mogu hanyalah sesosok binatang yang tak mempunyai akal pikiran. Namun insting binatangnya seakan mengatakan bahwa Mogu harus menghapus rasa sedih dari raut wajah majikannya tersebut dan menggantikannya dengan senyuman.

''Guk.. Guk..'' Mogu meloncat dari pangkuan Hiroto. Menggoyang-goyangkan ekornya berharap majikannya tersebut senang. Lalu berputar-putar seakan-akan ingin menangkap ekornya.

Hiroto tersentak kaget dengan kelakuan anjing pompurian tersebut. Pemuda mungil itu hanya tersenyum menanggapi kelakuan anjing kecilnya.

''Kau ini dasar,'' Hiroto tersenyum kecil dan mengulus bulu putih lembut milik Mogu.

''Guk..Guk..!!!''

''Sepertinya kita harus pulang,'' dilihatnya kearah langit yang kini mulai berwarna kemerahan, ''...ayo, Mogu kita pulang.''

========

''Bibi, Hiroto mana?'' tanya sesosok pemuda tinggi yang berjalan dengan sedikit tergesa-gesa.

''Tuan muda ada di kamarnya,'' ujar seorang pembantu yg sudah berumur tua tersebut.

''Arigatou,'' Shou sedikit membungkukan tubuhnya dan dengan langkah terburu-buru pula ia dengan cepat naik keatas tangga rumah mewah tersebut.

Shou memelankan langkahnya saat kini ia telah dekat dengan tujuannya. Mata bulatnya menangkap gumpalan warna putih yang sedang berlari kearahnya. Ya, Mogu. Anjing kecil itu berlari kearahnya. Namun ia agak terkejut saat Mogu menarik-narik ujung celana jinsnya. Anjing kecil itu sepertinya menginginkan dirinya untuk menjauh dari kamar tuannya.

''Guk.. Guk..'' Mogu terus saja menarik-narik ujung jins Shou. Namun sayangnya Shou tetap tidak bergeming dari tempatnya berdiri. Ia tertawa kecil melihat tingkah menggemaskan Mogu.

''Hey, kau kenapa?'' tanya Shou. Ia lalu berjongkok mengelus bulu putih nan halus milik Mogu.

''Guk.. Guk.. '' Mogu terus menggonggong, ia berputar-putar mengelilingi tubuh Shou dan setelah itu, Mogu berlari meninggalkan Shou yang menatap heran ke arah anjung kecil itu.

''Dasar aneh,'' kekehnya. Pemuda tinggi itu lalu berdiri dan kembali berjalan menuju kamar Hiroto.

Cekrek! Kriet!!

Shou memandang kearah sosok mungil yang tenggelam di antara selimut tebalnya. Ia berjalan kearah ranjang Queen Size milik pemuda mungil itu lalu duduk di tepi ranjang yang berseprai(?) warna biru lembut.

Shou mengusap rambut Hiroto dengan pelan. Memandang wajah polos Hiroto yang tertidur lelap disebelahnya. Senyum tipis dan lega terpancar dari wajahnya.

''Dasar bodoh, kau selalu membuatku cemas,'' bisik Shou lalu mengecup pelan dahi Hiroto sebelum ia benar-benar pergi dari kamar tersebut.

=*#:#*=

Hiroto berlari menuruni tangga sekolahnya dengan langkah tergesa-gesa. Salahkan guru biologinya yang menyuruhnya untuk membersihkan lab biologi.

''Damn, dimana dia?'' rutuknya.

Namun langkah Hiroto terhenti saat dilihatnya kini Shou sedang mengusap rambut Saga. Pemuda tinggu itu terlihat sangat bahagia. Hiroto memundurkan langkahnya, lalu berbalik pergi menjauhi kedua pemuda tersebut.

***

''Shou bodoh! Hiks.. '' Hiroto mengusap pipinya lalu beralih meremas dada kirinya yang tiba-tiba saja terasa nyeri.

Ia terus berjalan tanpa arah. Ia tidak peduli dengan orang-orang yang memandang aneh ke arahnya. Ia iri dengan Saga. Kenapa selalu pemuda tersebut yang selalu mendapatkan senyum itu? Hiroto juga ingin mendapatkannya. Tersenyum manis sambil mengusap pelan kepalanya.

Apa hal itu sulit dilakukan?

Tidak kan?

Tapi, kenapa jadi seperti ini? Siapa yang mencinta? Dan siapa yang disakiti?

Hiroto menghela napasnya. Sabar itu ada batasnya. Dan kini ia sudah yakin akan tekadnya. Menjauh dari kehidupan Shou. Berharap bahwa sosok tinggi itu tidak akan mengusik hidupnya lagi dan Membuat lukanya menjadi terbuka semakin lebar.

Tanpa Hiroto sadari kini ia sedang berjalan di saat lampu merah sedang berwarna merah. Ia tak menyadari bahwa ada mobil yang sedang berjalan dengan kecepan tinggi dari arah kiri jalannya. Pikirannya terlalu kacau untuk menyadari hal itu. Dan sedetik kemudian..

TIIIINNNNNN!!!!!!

BRUAKK!!!!

Owari~

2 komentar:

  1. :'(

    ficnya... MENYENTUH!!!
    perasaan Hiro-pon tersampaikan dgn baek...
    kasihan Hiro-pon, DASAR Shou KETERLALUAN!!

    bikin lanjutannya dong! Bikin si Shou nyesel!!!*maksa*

    Nobi-chan lanjut yaaa~ XD *bener" maksa*

    BalasHapus
  2. terimakasih *hug*
    Saya pas bikin ini ampe pengen nangis ngebayangin Hiroto yang diduain ama Shou.
    Oh, iya ini fic one-side dari ff My Fiance chap 3 .

    Aku dilanjutin tapi, tunggu My Fiance dulu ;D

    BalasHapus