25/03/10

Mein Liebe -prolog-

Title : Mein Liebe
Author : Nobi Ururi
Bands : Alice Nine
Genre : Romance/Angst
Rating : PG-13
Disclaimer : Cerita dibawah ini asli pemikirankuh
Warning :kelebai-an sang author, ancur, dengan sangat terpaksa saia mo bilang INI FanFic MPREG xDDDDD , Seandainya cowok bisa hamil menggantikan para kaum wanita *halah! Pa’an si lu nob?* OOC sangat.
A/N : Gara-gara baca fanfic dengan pairing NetherlandsxIndonesia yang indonesianya dibikin hamil sama Holland maka jadilah fic ini. Dan dengan sangat terpaksa ini bakalan jadi cerita yang sangat RWD alias ruwed. Karena mengandung cinta segi tiga atau mungkin segiempat. Dan.. dan.. dan.. saia tak yakin bakalan ngelanjutin fic ini *gigit2 jari*
Kata para author di ffnet mah don’t like, don’t read. bener beli??

“Po.. si.. tif.. “ ia berujar lemah. Kakinya terjatuh lemas akan hasil yang ditunjukan oleh alat itu dimana dua garis yang menunjukan hasil positif. Matanya mulai berkaca-kaca, bingung akan semua hal yang terjadi saat ini. *A/N : maaf saia tidak tau nama alat buat ngetes kehamilan DDx*

Ia masih bingung. Bagaimana bisa seorang lelaki hamil? Padahal jelas-jelas itu tidak mungkin. Mempunyai rahim saja tidak. Dan, sekarang ia harus melakukan apa?

Dalam kebingungannya ia mencoba berdiri walau ia sempat terjatuh karena kakinya yang masih lemas. Dengan sedikit tertatih-tatih ia berjalan kembali kekamarnya mengambil telphone gengammya yang tergeletak diatas meja yang ada disamping tempat tidur king sizenya. Lalu mengambilnya dan mencoba menekan tobol-tombol yang berderet dengan angka-angka. Mengetik sebuah nomer yang sudah ia hafal di luar kepala.

“Kumohon… angkat telphonenya… “ ujarnya pelan. Ia kembali mencoba, namun hasilnya tetap nihil. Malah sepertinya orang yang ada diseberang sana dengn sengajanya ia mematikan handphonenya.

“Kami-sama, apa yang harus kulakukan?” ia terlihat putus asa. Dengan perlahan ia menjatuhkan badan mungilnya diatas ranjang dan merebhkan tubuhnya. Tangnya ia letakan diatas perutnya.

“Apakah aku harus mengugurkannya?” bisiknya pelan.


Drtt.. drtt.. drtt..

“Ngh.. siapa sih? Menganggu orang tidur saja,” ia meraba-raba meja yang terletak disamping ranjang. Tak mau menimbulkan suara atau gerakan yang menganggu sesosok manis yang sedang tertidur terbarng dalam dekapannya.

“Cih.. apa sih maunya?” ia mendesis pelan ketika sebuah nama terpampang dalam layar handphonenya. Ia masih membiarkan layar itu menyala-nyala tanpa, berkeinginan untuk mengangkatnya.

Tubuh yang ada di dekapannya menggeliat, “Siapa?” ujarnya ketik ia melihat sang kekash sedang memandang layar handphonenya.

“Bukan siapa-siapa,” ia menekan tombol merah untuk mematikannya. “Tidurlah..” dengan pelan ia mengecup punck kepalanya. Dan sosok manis itu lalu kembali kealam mimpinya.


Ia nampak gelisah. Berkali-kali ia mencoba untuk tidur namun tetap saja. Rasanya rasa kantuk itu tidak mau datang dengan sendirinya. Dengan bosan ia berjalan kearah dapur, menyeduh secangkir cokelat panas untuk menenagkan jiwanya.

Ruki terduduk di depan televisi. Ia mengigit bibir bawahnya. Memikirkan akan hal apa yang harus ia lakukn besok. Menemui Reita ataukah ia harus bertemu dengan Kai sahabatanya yang berprofesi sebagai dokter.

Sejujurnya Ia takut akan reaksi apa yang akan ditunjukn oleh Reita padanya. Ia tahu ini salah, karena Reita tak pernah mencintainya sama sekali. Pasti Reita akan menyuruhnya untuk mengugurkan kandungannya.

Tanpa sadar Ruki mengusap perutnya pelan, air mata jatuh kepipinya yang halus. Hari ini ia nampak sangat terpuruk. Entah kenapa ini jauh lebi sakit daripada dulu ketika ia dicampakan oleh Reita di depan teman-temannya.

“Kami-sama, cobaan apa lagi yang kau berikan ini?” ujarnya lirih.

Bersambung …..

A/N : nanana.. *goyang-goyang* akhirnya fic ini selesai juga walopun harus saiia rombak lagi alias ganti pairing back to reituki.
Sampai jumpa 1 bulan kedepan …