05/12/11

Remember Me? -chap 1-

Title : Remember Me? -chap 1-
Author : Nobi Ururi
Genre : Romance, fluff, slight angst
Rating : PG13
Pairing : ToraSaga (main), ShouHiroto
Disclaimer : pengen ngakuin Tora sebagai papah saya tapi gak bisa T^T cerita dibawah ini milik sya :D
Warning : MPREG, dan beberapa OC
A/N : cerita ini terinspirasi dari drama korea 18 vs 29

***

''Tora-san, apa kau mau meng-cancel semua jadwalmu?'' tanya sang manager, Nomi yang sedang meletakan vas bunga yang terlebih dahulu telah diisi air keatas meja kecil yang ada disamping ranjang yang sedang ditiduri oleh Saga.

''Tidak, biarkan saja,'' ujar laki-laki yang dipanggil Tora yang kini sedang memandang tanpa ekspresi kearah luar jendela rumah sakit.

''Apa kau yakin?'' tanyanya lagi memastikan.

''Hm.. Ya, aku yakin.'' ia masih tetap memandang keluar jendela, entah apa yang dilihatnya.

''Tapi..'' Nomi melirikan matanya kearah Saga. ''Siapa yang akan menjaga Saga?''

''Kau,'' ucap Tora cepat. Ia membalikan tubuhnya memandang Nomi sang manager.

''Eh, aku?'' Nomi menunjuk dirinya sendiri dengan tampang bodoh.

''Ya, kau! Memang siapa lagi?''

''Apa kau yakin?''

''Aku sangat yakin. Jika aku perlu sesuatu, aku akan segera mendatangimu. Kita bisa melakukan komunikasi lewat telpon, atau jaringan internet.''

''Mmm.. Baiklah jika itu maumu.''

==*****==

''Hiks..'' Hiroto mengusap airmata yang jatuh kepipinya. Hatinya begitu sakit mengetahui kenyataan bahwa suaminya-Shou orang yang selama ini ia cintai ternyata telah membohonginya. Ia begitu sakit mengetahui kenyataan bahwa sesungguhnya Shou hanya mencintai Saga bukan dirinya. Jadi, untuk apa kata-kata manis yang sering Shou ucapkan pada dirinya selama ini?

Kata yang sering keluar dari mulut Shou yang membuatnya begitu terbuai dan terpesona dibuatnya. Kata yang saat ini juga membuatnya begitu sakit jika mengingatnya.
Jadi, untuk apa kebersamaan antar dirinya dan Shou satu tahun ini? Hanya sebagai pelampiasan diri Shou akan diri Saga? Demi Tuhan, ia tak pernah berpikir bahwa pernikahannya akan seperti ini, hancur dalam sekejap.

Hiroto mengambil kopernya memasukan baju-bajunya kedalam koper tersebut dengan asal. Hal yang terbaik untuk dirinya adalah menghindar dari Shou. Menjauh dari kehidupan lelaki tersebut untuk sementara waktu. Ya, hal itu lebih baik.

Dengan langkah gontai Hiroto menarik kopernya keluar dari kamar tersebut. Isak tangis masih terdengar jelas keluar dari bibirnya.

Ckrek! Kriet!

Hiroto berdiri mematung, terkejut dengan kedatangan seseorang.

''Kau mau kemana?'' tanya orang tersebut dengan dingin.

''A-aku..'' Hiroto menggigit bibir bawahnya untuk menahan tangisnya. Tiba-tiba saja rasa pusing dan sakit diperutnya datang menyergap. Ia meremas perutnya menahan rasa nyeri yang tak tertahankan.

''Ack!'' Dan setelah itu kegelapanlah yang menyelimutinya.

==*****==

''Tora-san, Tora-san...''

''Bagaimana kondisi istri anda sekarang?''

''Tora-san tolong berikan penjelasan atas kecelakaan yang menimpa istri anda,'' pertanyaan demi pertanyaan terus saja terlontar dari mulut para wartawan dan itu membuatnya merasa risih(?).

Tora berhenti sejenak, ''Saga baik-baik saja dia hanya merasa shock,'' ujar Tora. Ia lalu kembali berjalan menuju mobilnya yang terparkir di tempat parkiran rumah sakit.

''Tora-san bisa tolong dijelaskan secara rinci lagi?''

Tora menghela nafasnya pelan ketika ia akan membuka mobilnya, ''Ia hanya luka ringan dan sampai sekarang dia masih pingsan. Akan saya kabari lagi jika dia sudah sadar.'' Setelah itu ia menutup pintu mobilnya dan meninggalkan kerumunan para wartawan tersebut.

=****=

Hiroto membuka matanya dengan perlahan, rasa pusing masih menyergapnya. Ia memijit pelipis kepalanya untuk mengusir rasa pusing tersebut.

''Gugurkan janin yang ada didalam perutmu itu,'' mata Hiroto melebar, dengan cepat ia alihkan pandangannya kearah tempat duduk yang ada di sebelah kanannya. Ia menatap nanar kearah pemuda tinggi nan manis yang sedang duduk di atas sofa putih rumah sakit.

''Kau tau? Kenapa?'' tanyanya pelan.

''Kau akan memberikan beban untukku,'' jawabnya.

''Ti-tidak.. Kumohon jangan,'' laki-laki yang ada di atas ranjang tersebut mulai terisak. ''Aku tidak mau.. Kau boleh menceraikanku tapi tolong jangan suruh aku untuk menggugurkannya hiks..''

''Aku akan menjauh dari kehidupanmu. Aku akan menyiapkan semua surat-surat perceraian kita. Tapi, sekali lagi tolong jangan suruh aku untuk mengugurkannya,'' ujarnya sambil terisak.

Shou hanya diam mendengarkan pernyataan dari Hiroto. Ia masih belum bergeming dan hanya memandang Hiroto dengan raut muka yang tak bisa terbaca.

''Hiks..'' sedangkan pemuda yang ada di hadapan Shou hanya bisa terisak.

''Baiklah, aku setuju dengan pernyataanmu itu,'' dan setelah itu ia berdiri dan berjalan keluar dari kamar bernuansa putih tersebut.

Hiroto menenggelamkan wajahnya ke selimut putih yang sebagian menutup tubuhnya. Lebih baik seperti ini daripada ia harus merelakan anak yang dikandungnya. Ia rela jika Shou tak mengakui janinnya. Ia rela jika Shou tak mau mengasuh anaknya. Ia rela. Karena Hiroto yakin Tuhan akan selalu memberikan hal terbaik untuknya. Memberikan kebahagian walau awalnya begitu menyakitkan.

=***=

Sudah 3 hari sejak kejadian kecelakaan yang membuat Saga terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Dan sudah 3 hari pula Tora tak berkunjung ke rumah sakit namun sekali-kali ia masih tetap menelpon managernya, menanyakan keadaan Saga kepadanya.

Jika Tuhan mengijikan, Tora berharap agar Saga terus tak sadarkan diri. Ia rela jika Saga harus terus berbaring diatas ranjang bersprei putih milik rumah sakit itu terus menerus. Karena jika pemuda cantik itu terbangun berarti perceraian lah yang akan ia hadapi, dan Tora tak mau itu terjadi.

Hampir 2 tahun ia mencoba bersabar atas pernikahan ini. Bersabar akan tak ada balasan cinta dari Saga. Berharap bahwa selama itu ada benih-benih cinta yang tumbuh dihatinya, ruang yang dapat ia masuki. Namun ternyata tak ada tempat baginya, tak ada ruang dihati Saga yang dapat ia tempati.

Sakit..

Sangat sakit hati ini. Sesak. Dada ini begitu sesak jika ia mengingat bagaimana sikap Saga terhadapnya selama ia menikah dan tinggal serumah dengannya.

Begitu dingin dan kaku.

Ya, tak ada kehangatan. Senyumpun mungkin jarang Saga perlihatkan padanya.

Tora mengepalkan jari-jarinya erat. Dada ini begitu sesak saat mengingat beberapa hari sebelum kecelakaan Saga dengan tegas memintanya bercerai dengannya. Dan hari itu adalah dimana mereka mengalami pertengkaran hebat dan berakhir dengan ucapan lantang Saga yang mengatakan bahwa dirinya hamil. Kau tau selama hampir 2 tahun mereka menikah tak pernah Tora menyentuh tubuh Saga. Jangankan memeluknya, menyentuh tangannya saja ia sudah begitu takut. Tora takut Saga akan membencinya.

Tora menghela napasnya. Pemikiran akan tentang diri Saga membuat dirinya merasa terbebani. Bukan hanya fisik tapi secara mentalpun ia merasakannya.

=****=

Semilir angin masuk kedalam ruangan bernuansa putih saat jendela bercat putih itu dibuka oleh seorang wanita. Ia merentangkan tangannya menghirup udara pagi yang masuk.
''Pagi yang cerah,'' gumamnya. Ia lalu berbalik dan berjalan kearah sofa putih yang ada disebelah ranjang yang kini sedang tergolek lemah. Ia mendudukan dirinya diatas sofa tersebut.

''Saga-san cepatlah bangun,'' gumamnya. Ia menatap kearah tubuh laki-laki milik 'istri' dari artisnya tersebut. ''Kau harus memberikan kepastian untuk Tora-san. Aku benar-benar tak tega melihatnya. Harusnya kau tau bahwa ia sangat mencintaimu.''

Nomi menopangkan dagunya keatas tangannya. Ia sedikit mengerucutkan bibirnya. Sudah 3 hari ia menunggu Saga, namun tampaknya laki-laki manis tersebut masih belum mau bangun dari alam bawah sadarnya. Jujur ia sangat kesal dengan Saga. Ia merasa kalau laki-laki tersebut tidak tahu diri. Tora begitu mencintainya, tapi entah kenapa ia malah berpaling pada orang lain. ''Dia memang laki-laki bodoh,'' gumamnya.

Nomi tiba-tiba saja membulatkan matanya, saat ia tak sengaja melihat sedikit gerakan jari milik Saga. Dengan cepat ia mengambil handphonenya untuk menghubungi seseorang.

''Cepatlah angkat telponnyaa..'' rutuknya.

''Ah, TORA-SAANN!!!!'' teriaknya.

TBC

A/N : tidak sesuai dengan harapan. yasutralah *peluk Kisaki*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar