21/06/11

Tak Akan Berakhir

Title : Tak Akan Berakhir
Author : Nobi Ururi
Genre : Fluff, slight Angst
Rating : PG15
Pairing : JurixLeda
Disclaimer : Cerita dibawah ini milik saya.
Warning : typos bertebaran dimana, bahasa kacau tanpa di edit karena sya ngetiknya lewat hp lagi -__-v


=*****=

Juri berdiri diatas balkon apartemennya. Menghirup udara pagi kota tokyo di hari pertama musim semi. Ia merentangkan tangannya sambil memejamkan matanya. Menikmati angin pagi yang berhembus menerpa tubuhnya.

Dengan perlahan ia membuka mata coklat hazel miliknya. Ia lalu melirik kearah sesosok tubuh milik pemuda cantik yang sedang tertidur di atas ranjang kamarnya sambil menghela napasnya pelan. Ia menggelengkan kepalanya pelan melihat kebiasaan sang kekasih.

Juri lalu melangkahkan kakinya masuk kembali kedalam apartemennya. Dan duduk disamping ranjang Queen Size-nya. Memandang pada sesosok pemuda yang kini sedang tertidur dengan nafas yang teratur.

Tangannya terjulur keatas kepalanya dan mengusap rambut pirang milik pemuda tersebut. Seulas senyum terukir dari bibir tipisnya. Betapa ia sangat beruntung memiliki kekasih seperti pemuda tersebut. Cantik, bibirnya merah merekah yang membuat ia ingin selalu menyesap manisnya bibir tersebut, dan satu hal lagi sifatnya. Ya, Juri suka sekali dengan sifat pemuda tersebut polos, jujur dan apa adanya. Juri bukan tipe orang yang akan memperdayai orang lain. Tapi, memang dia sangat menyukai tipe uke seperti pemuda cantik tersebut.

''Ngh~ '' tubuh didepan Juri menggeliat kecil namun tidak sampai terbangun. Juri tersenyum lalu menjulurkan kepalanya kedekat telinga pemuda tersebut.

''Hei, cantik,'' bisaknya, ''ayo bangun~'' lalu mengecup dahi pemuda tersebut. Namun tak ada reaksi, pemuda tersebut tetap diam.

Cup.

Juri mencium sekilas bibir merah merekah milik pemuda tersebut. Bagaikan putri salju. Pemuda tersebut lalu membuka matanya secara pelan. Ia lalu mengerjap-ngerjapkan matanya, membiasakan cahaya matahari yang masuk ke dalam rertina matanya.

''Juri-kun, ohayou~'' serunya. Juri hanya tertawa pelan saat tangan tersebut melingkar, memeluk lehernya.

''Ohayou, ayo mandi! Sebentar lagi kita akan pergi ke studio,'' ujarnya.

''Baik,'' pemuda tersebut langsung melepaskan tangannya yang tadi melingkar di leher Juri. Ia lalu beranjak ke arah kamar mandi. Juri memandang dibalik punggung pemuda tersebut, lalu menghela napasnya sekali lagi sambil memandang sendu.

=======

''Aku lelah sekali,'' ujar Leda. Ia mendudukan dirinya diatas kursi yang ada distudio, dan diikuti oleh Juri yang juga duduk disebelahnya.

''Jangan manja seperti itu,'' kata Juri sambil mengusap kepala Leda dengan lembut. Leda memanyunkan bibir merahnya.

''Apa kau tidak merasa sakit tenggorokan? Sejak tadi kau bernyanyi selama 2 jam,'' Leda memiringkan kepalanya. Tubuhnya ia miringkan sedikit untuk mengahadap ke arah Juri.

Juri tersenyum sambil menggelangkan kepalany, ''Tidak.''

''Kau ini,'' Leda meninju bahu pemuda yang ada disampinya sambil tertawa. ''Juri-kun, setelah latihan selesai kita kemana?''

''Mm... Aku tak tau.''

''Masa tidak tau sih?'' Leda mengernyitkan dahinya.

''Akan ku pikirkan nanti.''

''Baiklah terserah kau.''

''Hei, kalian ayo cepat latihan lagi,'' teriak Aggy.

''Ah, iya!!!'' Juri lalu beranjak dari duduknya, namun baru beberapa langkah ia berhenti dan kembali membalikan badannya.

''Ayo, kita harus latihan,'' ia menjulurkan tangannya kearah Leda dan itu mau tak mau Leda menyambut tangan tersebut.

''Aku lelah,'' keluhnya.

''Jangan mengeluh,'' ujarnya. ''Aku juga lelah,'' sambil mengecup dahi Leda.

====******====

Leda mendudukan dirinya diatas kap mobil sedan milik Juri. Matanya menerawang kearah hamparan hijau rumput ilalang yang ada didepannya. Senyum manis terukir diwajahnya. Sedangkan disebelahnya ada seorang pemuda tinggi nan tampan dengan tatapan yang sulit diartikan.

Sepoy-sepoy angin musim semi menerpa tubuh mereka. Suara desiran angin yang bagaikan melody ditelinga mereka bagaikan latar belakang yang tak terpisahkan. Tak ada suara selain desiran angin. Mereka terlalu terbuai dengan pemandangan yang ada disekita mereka.

Leda menutup matanya. Menikmati angin yang menerpa tubuhnya. Raut wajahnya yang cantik semakin terlihat dengan senyuman manis yang ia sunggingkan.

''Leda..'' panggil sebuah suara. Pemuda yang bernama Leda pun cepat-cepat membuka matanya dan menolehkan wajahnya kearah sampingnya.

''Ya?''

''Apa besok akan menjadi terakhir bagi kita?'' tanyanya.

''Maksudmu?'' Leda mengernyitkan dahinya bingung.

Pemuda tinggi yang ada disebelah Leda menghela nafasnya pelang lalu mengalihkan pandangannya kearah pemuda cantik yang ada sebelahnya.

''Besok adalah terakhir bagi Deluhi,'' jeda sebentar sebelum ia kembali mengucapkan bicaranya, ''Apa kita juga akan berakhir sama?'' Leda memandang bola mata hazel itu, lalu seulas senyum manis ia sunggingkan. Ia mengenggam tangan Juri.

''Apa kau menginginkan kisah kita berakhir disini?'' Juri menggelengkan kepalanya.

''Kalau begitu aku juga tidak,'' Leda mengeratkan genggaman tangannya begitu pula dengan Juri.

''Aku ingin kita selalu bersama, aku mencintaimu Juri-kun,'' diusapnya wajah Juri dengan salah satu tangannya yang tidak mengenggam tangan Juri. ''Aku tak mau kisah kita harus berhenti hanya karena Deluhi. Kisah kita tak ada hubungannya dengan Deluhi. Kita akan selalu bersama hingga takdir memisahkan kita.''

Juri memandang kekasih cantiknya dengan lekat. Diusapnya pipi Leda saat air mata itu jatuh dari kelopak matanya. Lalu mendakatkan dirinya, menarik lembut tengkuk Leda. Ciuman manis mendarat di bibir merah milik Leda. Namun lama kelamaan Juri menghisap bibir tersebut, menggigit lembut bibir yang terasa manis baginya.

''Ya, kita akan selalu bersama, tak peduli jika Deluhi harus bubar atau tidak, kita akan selalu bersama apapun yang terjadi kau tetap milikku,'' bisik Juri. Ia lalu menggigit dan mengulum telinga Leda.

''Ngh~'' desah Leda. Juri lalu mendorong tubuh Leda lembut, menidurkan tubuhnya ke atas kap mobil.

Kecupan-kecupan manis mendarat diwajah Leda. Tak peduli jika kini mereka ada ditempat yang tak semestinya untuk mereka lakukan. Yang ada dipikiran mereka hanyalah bagaimana cara bahwa untuk meyakinkan satu sama lain. Hanya ada cinta...

...antara merka berdua.

Selamanya...

18/06/11

Diary of Love -Destiny and Love-

Title : Diary of Love -Destiny and Love-
Author : Nobi Ururi
Genre : Romance, Fluff?
Rating : PG13
Disclaimer : papah Tora bukan papah asli saya, ana zuzur xDD
A/N : biasa typos bersebaran dimana-mana, bahasa kacau karena sya ngetiknya di hp LAGI .

Tora POV's

Amano Shinji, umur 24 tahun direktur dari Amano corp yang bergerak dibidang property. Ya, diumurku yg masih muda ini menjabat sebagai seorang direktur. Aku adalah seorang workholic. Aku bisa seperti ini karena orangtuaku memberikan pendidikan spesial padaku. Maksudku orangtuaku menyekolahkanku saat masih berusia 5 tahun. Saat aku SMP aku mengikuti kelas akselerasi begitu pula saat SMA. Dan aku adalah lulusan Harvard Univercity dengan predikat cumlaud. Aku tergolong anak jenius.

Aku memang jenius untuk urusan bisnis namun tidak untuk urusan cinta. Aku selalu saja payah pada urusan hati. Dan itu membuatku malas untuk berhubungan dengan orang.

Sekarang keluargaku menginginkan aku segera memberikannya cucu tapi, sayangnya aku tak punya calonnya. Dan jalan pintas yang terbaik adalah mencari tunangan untukku. Sebenarnya aku merutuki cara ini. Tapi, mau bagaimana lagi jika melihat ibuku dengan wajah memelas datang kepadaku. Aku sangat menyayangi ibuku. Jadi, kuputuskan untuk menuruti saja perkataan mereka.

Aku ditunangkan dengan seorang pemuda manis nan cantik, menurutku. Ia berasal dari grup Sakamoto Corp yang bergerak dibidang retail. Sesungguhnya aku curiga dengan pertunanganku ini dengannya ada maksud bisnis dibaliknya. Namun aku tepis semua itu lagian sesungguhnya ayahku dengan ayah pemuda cantik itu adalah sepasang sahabat. Wajar saja kalau mereka mungkin punya keinginan untuk saling berbesan.

Oke, sekarang aku berpikir sudah tidak mempersalahkan hal itu lagi. Biar mereka saja yang mengurusnya. Aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku. Namun semua itu sirna, kupikir akan berpikirkan seperti itu. Tapi ternyata tidak. Aku terjebak akan err.. Apa yah? Mungkin cinta pada pandangan pertama.

ARGH!!! Aku bingung dengan semua ini. Aku berusaha untuk mengacuhkan keberadaannya. Menampik semua rasa yang muncul tiba-tiba saja di benakku. Tapi itu tidak bisa.

Sampai aku menikah dengannya pun sepertinya rasa ini tidak mau menghilang. Dan malah rasa itu semakin menjadi. Aku berusaha untuk menahan rasa yang tak bisa kutampikan ini. Tapi, sepertinya semua itu percuma.

Perlahan-lahan aku mulai membuka diriku. Berusaha untuk tidak terlalu kaku atau mengacuhkannya. Kupikir seperti ini lebih baik daripada harus menghapusnya maksudku menganggap dia tidak ada dan membuatku tersiksa.

Aku suka sekali dengan sifat malu-malunya padaku. Ingin sekali ku goda dia. Tapi, aku sadar aku masih canggung. Aku takut dia menolakku.

Kami memulai sebuah hubungan dari pertunangan yang tidak kami inginkan. Dan itu terasa aneh bagiku. Hanya untuk sekedar menyentuh tangannya, aku sudah merasa gugup. Aku takut menyakitinya.

Namun kau tau. Suatu malam entah itu kapan-aku lupa adalah sebuah titik balik antara hubunganku dengannya. Aku pulang kerumah dengan keadaan mabuk berat. Kau tau kan bagaimana orang mabuk. Aku kehilangan kontrol atas diriku sendiri. Dan terjadilah mm... hal yang tak kuduga. Aku menidurinya.

Oke, ini bukan kasus pemerkosaan. Mengertilah wajarkan jika kami-sudah menikah melakukan hal itu, melakukan 'hal' yg seharusnya?

Yang kutau ketika aku terbangun, aku dalam keadaan telanjang dibalik selimut tebal ranjangku, begitupula dengan dia. Aku merutuki akan kejadian malam itu. Aku takut aku telah menyakitinya.

Dan rasa bersalah itu terus menghantui sampai ketika aku melihatnya sedang mencoba mengeluarkan isi perutnya namun itu sia-sia saja. Itu membuatku sangat cemas. Aku takut sekali terjadi sesuatu padanya.

Esoknya ia dengan senyum manis datang ke kantorku dan mengucapkan, ''Shinji-kun, aku hamil.''

Aku langsung saja berdiri dari kursiku dan menatap shock kearahnya. Aku tidak salah dengarkan? Tapi, sepertinya dia langsung menyadari akan kebodohanku ini dan langsung saja mengucap ulang kata yang tadi sempat ia ucapkan.

Sejak saat itu, aku selalu memperhatikannya. Mengecup wajahnya setiap pagi. Aku senang sekali. Seharusnya aku bertrimakasih pada calon bayiku ini karena dia aku jadi tau kalau Saga benar-benar mencintaiku.

Lain kali ketika ia lahir dan besar aku akan memberikan anakku ini hal spesial. Yang jelas Tou-san akan selalu menjagamu termasuk Kaa-san juga.

15/06/11

Diary of Love -Dreams-

Title : Diary of Love -Dreams-
Author : Nobi Ururi
Genre : Hurt/Comfort/Romance
Rating : PG13
Disclaimer : punyaa sayaaaa~ dont copaste
Warning : typos bertebaran dimana-mana, bahasa kacau karena ngetiknya lewat hp -__-''

Saga POV's

Sudah 1 tahun ini aku bersamanya. Kupikir dulu jodohku bukan dia tapi, Shou. Ya, Shou. Pemuda yang amat ku cintai dan kusayangi. Aku dan Shou memang saling mencintai, aku tau perasaan Shou padaku dan sebaliknya Shou pun tau perasaanku kepadanya. Tapi anehnya tak ada kata cinta yang diucapkan antara kami berdua. Rasanya hubungan ini mengalir begitu saja.

Dan aku juga tau bahwa sahabat kecilku, Hiroto amat menyukai Shou. Kadang aku merasa kasihan padanya, karena aku yakin Hiroto sering disakiti atas hubungan ini. Seperti cerita cinta segitiga diantara aku, Shou, dan Hiroto sebelum laki-laki itu datang, menggoreskan luka yang dalam pada Shou. Dan disini bukan hanya ada 1 orang yang tersakiti, tapi 3 orang sekaligus, mungkin.

Tapi, kadang aku merasa iri dengan Hiroto. Dia masih bisa ceria dengan beban yang diembannya. Masih bisa tersenyum dengan tulus walau aku yakin dia sakit saat dia melihat Shou yang begitu kacau karenaku. Aku sedih, aku tak bisa melakukan apapun untuk Shou.

Dan kini aku sudah tidak tau lagi bagaimana kabar Shou sekarang. Mungkin ia sibuk dengan perusahaannya yang sekarang. Sedangkan Hiroto, entahlah aku tidak tau bagaimana kabarnya. Ia menghilang sejak 1 tahun lalu sebelum ia mengucapkan kata perpisahan kepadaku.

Orang tuaku menjodohkankun dengan seorang pria tampan dan kaya raya. Dia bernama Amano Shinji, atau Tora. Tapi, aku lebih suka memanggilnya dengan Shinji. Entah bagaimana caranya orang itu dapat dengan mudahnya masuk kedalam kehidupanku menggantikan sosok Shou yang bertahun-tahun ada dalam hatiku.

Jujur saja sekarang aku mencintainya, sangat mencintainya. Tapi, kadang aku bingung dengan sifatnya. Disatu sisi kadang dia baik dan perhatian padaku tapi disisi lain kadang dia bersifat dingin padaku. Aku merasa dia seolah-olah tak menganggapku ada. Dan itu kadang membuatku jengkel oleh sifatnya itu.

Sebenarnya dia mencintai aku tidak sih?

AAAH~ dia itu memang membingungkan. Manusia bodoh dan kaku yang pernah ku kenal.

Kalau dia memang mencintaiku, buat apa dia menanamkan benih di tubuhku. Maksudku buat apa dia menghamiliku?

Aku bukan mengalami hamil diluar nikah. Kami memang sudah menikah sebelum jabang bayi ini muncul di perutku. Dan bagaimana ini bisa terjadi itu rahasia >/////< aku malu untuk mengatakannya.

Sebenarnya kehamilan ini membawa berkah untukku. Shinji-kun jadi lebih perhatian padaku. Ia baik sekali dan juga sabar menghadapi moodku yang naik turun.

Aku sayang padanya. Sangat sayang padanya.

Aku menyukai tindakannya padaku saat aku terbangun dipagi hari. Mengecup keningku, kelopak mataku, pipiku dan tentu juga bibirku. Aku mencintainya.

Rasanya bibir ini tidak mau berhenti meracau mengatakan cinta padanya. Tapi, aku belum pernah mendengar kata cinta keluar dari bibir tipisnya. Selama hampir 1 tahun aku menjadi pendampingnya.

Namun pada suatu hari ketika aku terbangung dipagi hari yang cukup cerah aku mendapatkan sebuah kejutan darinya. Kejutan manis yang sudah aku tunggu-tunggu sejak lama. Kau tau apa itu.

''Aishiteru, Aishiteru.'' ucapnya berkali-kali sambil mencium bibirku.

Aku menangis ditengah senyumanku. Aku senang dan tentunya aku bahagia. Penantianku kini menjadi nyata. Aku merasa kalau aku adalah orang paling beruntung di dunia.

''Aishiteru yo, Shinji-kun.''

04/06/11

Diary of Love -Apologize and New Love-

Title : Diary of Love -Apologize and New Love-
Author : Nobi Ururi
Genre : Hurt/Comfort/Romance
Rating : PG13
Disclaimer : cerita dibawah ini murni pemikiran saya. Please, no copaste :)
Warning : typos bertebaran, bahasa kacau karena saya ngetiknya dari hp =3=

Shou POV's

Sudah 1 tahun sejak kejadian itu. Aku mencoba bangkit kembali. Berkutat dengan pekerjaan agar aku dapat melupakan cintaku padanya. Ya, padanya. Pada seorang pemuda cantik yang kini telah berkeluarga.

Aku sudah tidak tau lagi bagaimana kabarnya sekarang. Yang ku dengar sekarang ia sudah mempunyai anak. Ah, tapi aku tidak tau apakah berita itu benar atau tidak. Aku terlalu sibuk untuk hanya sekedar menghubungi dirinya.

Seharusnya aku mencari cinta yang lain. Tapi, sepertinya hati ini tidak bisa lagi menampung seseorang selain dirinya. Aku masih belum sanggup untuk mencintai orang lain selain dirinya.

Sekarang aku sedang ada di Osaka. Aku sedang berlibur di kota ini untuk sekedar menghilangkan rasa penatku akan pekerjaan. Aku memang tipe orang pekerja keras. Tapi, bagaimana pun tetap saja aku membutuhkan penyegaran.

Dan disini lah aku. Osaka.

Sudah dua hari ini aku berada disini. Menikmati pemandangan yang disuguhkan oleh kota ini. Namun, apa yang kulihat hari ini membuatku sedikit shock.

Aku melihatnya...

Melihat pemuda yang dulu pernah memintaku menidurinya. Pemuda yang dengan bodohnya menyerahkan tubuhnya padaku tanpa tau konsekuansi yang akan dia dapatkan. Pikiranku langsung melayang dengan kejadian 1 tahun yang lalu.

DAMN!! Aku tidak mau melihatnya saat ini. Di mataku dia adalah pemuda yang menjijikan.

Namun mata ini malah berkhianat. Kenapa pemuda itu cantik sekali? Jauh lebih cantik dari terakhir kali aku liat. Rambutnya yang sepundak dicat blonde. Dia benar-benar berbeda, tampak lebih dewasa. Aku tak mau berlama-lama untuk melihatnya. Dengan cepat aku langsung meninggalkan tempat itu.

Esoknya entah kenapa aku kembali ketempat itu. Duduk di Cafe itu sambil menyesap kopi yang sudah ku pesan.Dan entah kenapa mataku selalu memandang kearah tempat dimana ia duduk kemarin.

Kau tau kejutan apa yang aku dapatkan pada hari itu?

Ia datang ke hadapnku sambil tersenyum didekapannya ada sesosok bayi mungil. Aku mengernyit bingung. Dan yang membuatku bertambah bingung adalah ia berkata padaku, ''Shou-kun, mau kah kau menggendong Sora-chan?''ujarnya sambil menyodorkan bayi cantik yang berumur 5 bulan padaku.

Entah kenapa aku menurutinya. Mengambil bayi itu dari gendongannya. Dan mengamati bayi kecil yang kini ada di gendonganku. Aku memperhatikan wajahnya. Kenapa bayi ini mirip denganku?

Aku ingin sekali bertanya padanya, tapi rasanya bibir ini terlalu kelu untuk hanya sekedar berkata, 'Ya' padanya. aku hanya menggendong bayi itu sekitar 5menit setelah itu aku megembalikan padanya kembali. Tampak sekali raut wajah bahagia terpancar di wajahnya dan itu membuatku muak untuk melihatnya.

Sebelum ia pergi berlalu dari hadapanku, ia mengucapkan terimakasih kepadaku. Dan aku juga mendengar dengan jelas apa yang dia katakan. ''Sora-chan, apa kau senang? Dia itu ayahmu,'' ini benar-benar membuatku shock berat. Langsung saja aku mengejar langkahnya yang tidak terlalu jauh dariku.

Aku mencoba bertanya padaku namun jawaban yang aku dapatkan adalah, ''Ini Sora-chan. Ogata Sora.'' aku benci senyum itu. Entah kenapa aku selalu membenci dirinya. Aku tak tau apa salahnya padaku. Tapi, aku memang benar-benar sangat membencinya.

Setelah kejadian itu aku kembali ke hotel. Merenungkan kejadian di cafe tersebut. Tingkahnya membuatku penasaran sekaligus muak. Aku harus melakukan sesuatu untuk menghilangkan rasa penasaran ini. Dan setelah itu aku memutuskan untuk membuntutinya.

Ini adalah hari keenam aku di Osaka. Dan hari ke duaku untuk mencari informasi tentang dirinya.

Kau tau info apa yang aku dapatkan tentangnya?

Dia adalah seorang single parent. Ia datang ke kota ini sekitar 1 tahun yang lalu saat kandungannya berusia 4minggu. Dan saat itu ia dalam keadaan lemah.

Entah keyakinan dari mana, aku merasa kalo bayi kecil bernama Sora adalah anakku. Anak yang sudah aku tolak. Aku yakin itu.

Malam itu aku langsung membulatkan tekatku untuk medatanginya. Meminta maaf akan semua kesalahan yang pernah aku perbuat dengannya. Aku terus berlari menyusuri deretan rumah-rumah yang ada di kompleks itu.

Dengan tidak sabar aku langsung mengetuk pintunya, hampir saja aku akan mendobrak pintu itu jika saja dia tidak membuka pintunya. Ia berdiri mematung dengan Sora yang ada di gendongannya. Ia pasti kaget dengan kedatanganku ini.

''Maaf,'' hanya kata itu lah yang aku sebutkan untuk memecah keheningan diantara kami. Respon yang aku dapat adalah, ia mengerjap-ngerjapkan kelopak matanya. Ia pasti bingung.

''Maaf untuk semuanya dan biarkan aku untuk belajar mencintaimu,'' bisikku. Aku mengatakannya.

Bisa kulihat bening-bening air mata jatuh dari mata indahnya. Aku langsung saja memeluknya dengan hati-hati, aku takut Sora terbangun karenaku. Aku hanya memeluknya sebentar, lalu mencium kelopak matanya.

''Terimakasih, a-aku tak pernah mengharapkan kau datang. Aku cuma ingin kau mengakui Sora adalah anakmu,'' ujarnya disela tangisnya. Aku hanya tersenyum.

Tuhan itu maha adil, ia selalu bersabar dan sekarang ini lebih dari apa yang diharapkannya.

Semua rasa benciku kepadanya tiba-tiba saja musnah dengan sendirinya. Dan aku tidak tau apakah rasa yang kini tumbuh di benakku adalah cinta? Mungkin saja. Karena sekarang rasa ingin melindunginya lah yang kini tumbuh dalam hatiku.

Aku harap kami akan selalu bahagia, bersama dengan Sora.

Itulah kisah cintaku. Aku harap kalian juga akan memiliki kisah yang manis sepertiku :)

03/06/11

Waiting For Your Love

Title : Waiting For Your Love
Author : Nobi Ururi
Genre : Hurt/Comfort/Romance
Rating : PG 13
Pairing : ShouxHiroto, ShouxSaga
Disclaimer : punya saya termasuk Shou dan Hiroto #ngarep
Warning : typos bertebaran, maaf sya ngetiknya pake hp -__-v

Hiroto memandang punggung kedua pemuda yang kini beberapa meter sedang berjalan didepannya dengan penuh canda. Ia menatap sendu punggung kedua tersebut. Menggigit pelan bibir bawahnya untuk menahan rasa sakit yg tergores di hatinya.

Ia pelankan langkahnya dan itu membuat jarak antara kedua pemuda tersebut dan dirinya semakin jauh. Hiroto lalu berhent dan memandang kebawah. Seketika itu pula Mogu -anjing Hiroto juga ikut berhenti. Pemuda mungil itu lalu berjongkok, menggendong Mogu dalam dekapannya.

Mogu yg seakan tau akan kesedihan yg terpancar dari wajah majikannya hanya diam saja. Ia lalu berdiri kembali dan memandang kearah depan. Matanya mencari-cari dua punggung pemuda yg kini hilang dari pandangannya.

Hiroto menghela nafasnya pelan. Tanpa pikir panjang ia lalu melangkahkan kakinya kearah taman yg terletak di sisi kiri jalan yg ia lalu. Mendudukan dirinya disebuah pohon yg rindang, tempat itu cukup tersembunyi diantara semak-semak yg ada.

''Guk.. Guk..''

''Aku tidak apa-apa, Mogu,'' ujarnya seakan mengerti dengan sahutan Mogu tersebut.

''Aku tidak apa-apa karena aku sudah sering mengalaminya,'' lanjutnya. Tampak disudut matanya ada genangan air mata yg siap tumpah. Di elusnya bulu Mogu yg putih dengan tangannya yg gemetar.

Hiroto sudah sering mengalaminya, berkali-kali merasakan sakit yg tergoreskan oleh kedua pemuda tersebut. Entahlah Hiroto tidak yakin apakah kedua orang itu menyadarinya atau tidak bahwa apa yg dilakukan oleh mereka telah menyakiti dirinya.

Hanya perasaan ragu yang kini menggelayuti pikirannya. Ragu akan janji yg diberikan Shou untuk selalu melindunginya, menyayanginya dan menjaganya sepenuh hati.

Apa Shou mencintainya?

Mungkin ini hanya cinta yang bertepuk sebelah tangan. Hanya dirinya lah yg terlihat sangat mencintai pemuda tinggi tersebut. Namun Shou? Entahlah, sepertinya Shou tak benar-benar mencintainya.

Jangankan untuk berkencan berdua dengannya, sekedar memegang tangannya pun Shou sangat jarang sekali melakukannya. Ingin sekali Hiroto merasakan seperti para pasangan lainnya. Bergandengan tangan, jalan-jalan berdua hanya sekedar untuk bercanda-tawapun tidak.

''Kau tau Mogu-chan, kadang aku ragu apakah Shou-kun menganggapku sebagai pacarnya atau tidak,'' gumamnya pelan. Ia mendongakan kepalanya keatas langit. Memandang awan putih yang tergambar di hamparan luas birunya langit.

Mogu memandang majikannya dengan dengan mata bulatnya. Mungkin Mogu hanyalah sesosok binatang yang tak mempunyai akal pikiran. Namun insting binatangnya seakan mengatakan bahwa Mogu harus menghapus rasa sedih dari raut wajah majikannya tersebut dan menggantikannya dengan senyuman.

''Guk.. Guk..'' Mogu meloncat dari pangkuan Hiroto. Menggoyang-goyangkan ekornya berharap majikannya tersebut senang. Lalu berputar-putar seakan-akan ingin menangkap ekornya.

Hiroto tersentak kaget dengan kelakuan anjing pompurian tersebut. Pemuda mungil itu hanya tersenyum menanggapi kelakuan anjing kecilnya.

''Kau ini dasar,'' Hiroto tersenyum kecil dan mengulus bulu putih lembut milik Mogu.

''Guk..Guk..!!!''

''Sepertinya kita harus pulang,'' dilihatnya kearah langit yang kini mulai berwarna kemerahan, ''...ayo, Mogu kita pulang.''

========

''Bibi, Hiroto mana?'' tanya sesosok pemuda tinggi yang berjalan dengan sedikit tergesa-gesa.

''Tuan muda ada di kamarnya,'' ujar seorang pembantu yg sudah berumur tua tersebut.

''Arigatou,'' Shou sedikit membungkukan tubuhnya dan dengan langkah terburu-buru pula ia dengan cepat naik keatas tangga rumah mewah tersebut.

Shou memelankan langkahnya saat kini ia telah dekat dengan tujuannya. Mata bulatnya menangkap gumpalan warna putih yang sedang berlari kearahnya. Ya, Mogu. Anjing kecil itu berlari kearahnya. Namun ia agak terkejut saat Mogu menarik-narik ujung celana jinsnya. Anjing kecil itu sepertinya menginginkan dirinya untuk menjauh dari kamar tuannya.

''Guk.. Guk..'' Mogu terus saja menarik-narik ujung jins Shou. Namun sayangnya Shou tetap tidak bergeming dari tempatnya berdiri. Ia tertawa kecil melihat tingkah menggemaskan Mogu.

''Hey, kau kenapa?'' tanya Shou. Ia lalu berjongkok mengelus bulu putih nan halus milik Mogu.

''Guk.. Guk.. '' Mogu terus menggonggong, ia berputar-putar mengelilingi tubuh Shou dan setelah itu, Mogu berlari meninggalkan Shou yang menatap heran ke arah anjung kecil itu.

''Dasar aneh,'' kekehnya. Pemuda tinggi itu lalu berdiri dan kembali berjalan menuju kamar Hiroto.

Cekrek! Kriet!!

Shou memandang kearah sosok mungil yang tenggelam di antara selimut tebalnya. Ia berjalan kearah ranjang Queen Size milik pemuda mungil itu lalu duduk di tepi ranjang yang berseprai(?) warna biru lembut.

Shou mengusap rambut Hiroto dengan pelan. Memandang wajah polos Hiroto yang tertidur lelap disebelahnya. Senyum tipis dan lega terpancar dari wajahnya.

''Dasar bodoh, kau selalu membuatku cemas,'' bisik Shou lalu mengecup pelan dahi Hiroto sebelum ia benar-benar pergi dari kamar tersebut.

=*#:#*=

Hiroto berlari menuruni tangga sekolahnya dengan langkah tergesa-gesa. Salahkan guru biologinya yang menyuruhnya untuk membersihkan lab biologi.

''Damn, dimana dia?'' rutuknya.

Namun langkah Hiroto terhenti saat dilihatnya kini Shou sedang mengusap rambut Saga. Pemuda tinggu itu terlihat sangat bahagia. Hiroto memundurkan langkahnya, lalu berbalik pergi menjauhi kedua pemuda tersebut.

***

''Shou bodoh! Hiks.. '' Hiroto mengusap pipinya lalu beralih meremas dada kirinya yang tiba-tiba saja terasa nyeri.

Ia terus berjalan tanpa arah. Ia tidak peduli dengan orang-orang yang memandang aneh ke arahnya. Ia iri dengan Saga. Kenapa selalu pemuda tersebut yang selalu mendapatkan senyum itu? Hiroto juga ingin mendapatkannya. Tersenyum manis sambil mengusap pelan kepalanya.

Apa hal itu sulit dilakukan?

Tidak kan?

Tapi, kenapa jadi seperti ini? Siapa yang mencinta? Dan siapa yang disakiti?

Hiroto menghela napasnya. Sabar itu ada batasnya. Dan kini ia sudah yakin akan tekadnya. Menjauh dari kehidupan Shou. Berharap bahwa sosok tinggi itu tidak akan mengusik hidupnya lagi dan Membuat lukanya menjadi terbuka semakin lebar.

Tanpa Hiroto sadari kini ia sedang berjalan di saat lampu merah sedang berwarna merah. Ia tak menyadari bahwa ada mobil yang sedang berjalan dengan kecepan tinggi dari arah kiri jalannya. Pikirannya terlalu kacau untuk menyadari hal itu. Dan sedetik kemudian..

TIIIINNNNNN!!!!!!

BRUAKK!!!!

Owari~

Diary of Love -Broken Heart-

Title : Diary of Love
Author : Nobi Ururi
Genre : Hurt/Comfort
Rating : PG13
Disclaimer : milik saya, yakin deh!

Hiroto POV's

Ini kisahku. Aku terjebak diantara cinta segiempat. Karena dalam cerita ini aku lah yang sebagai pihak ke empat. Kau tau. Aku sangat mencintai seorang pemuda, ia memiliki tubuh tinggi dan tegap, parasnya cantik dan matanya bulat untuk seorang seme sepertinya.

Aku selalu menatapnya namun entahlah aku selalu merasa kalau dia selalu memandangku sebagai anak kecil. Bukan, sebagai sosok yang dapat dia cintai.

Namun, bukan hal itu yang membuat dadaku sakit, nyeri akan goresan luka yang tak ia sadari telah membuatku jatuh. Namun kenyataan pahit bahwa ia sangat mencintai orang lain. Sosok pemuda yang cantik, anggun dan baik. Sosok yang berbeda jauh dariku.

Kadang aku merasa seperti pengganggu diantara mereka. Ya, mereka. Karena yang ku tahu adalah kalau sosok pemuda cantik tersebut sudah dijodohkan oleh orang lain.

Miris saat ku lihat bahwa orang yang kucintai itu kecewa. Tapi, taukah kau. Aku lah yang paling kecewa dengan keadaan ini. Kecewa melihatnya begitu berantakan.

Ingin sekali aku memeluknya, menghapus mimik kekecewaan itu dari wajahnya. Namun apa yang aku dapatkan? Ia menolakku.

Sakit?

Ya, sangat sakit.

Namun aku tak pernah menyerah. Aku tak pernah mengharapkan cintanya karena aku tau dia masih mencintai orang itu. Aku tak pantas masuk kedalam kehidupannya. Cukup dengan ia tau bahwa ada sosok lain yang mencintainya saja itu sudah membuatku senang.

Tak perlu menatap sosokku.

Pada suatu malam dengan tekatku sudah bulat. Aku mendatanginya. Memintanya untuk melakukan hubungan intim denganku.

Awalnya ia menolaku. Tapi, aku terus mendesaknya. Memintanya dengan air mata yang berlinang. Aku seperti pelacur atau bahkan aku lebih rendah dari pelacur karena aku telah menginjak harga diriku sendiri dengan menyerahkan tubuhku kepadanya.

Malam itu kami melakukannya. Kecapan suara menggema di kamar apartemennya. Kami menyatu dengan peluh yang membasahi tubuh kami. Tak ada sehelai benang pun yang melekat ditubuhku dan dia.

Apa kau bertanya aku bahagia dengan semua ini?

Tidak, aku tetap saja jadi pihak yang kalah. Karena setelah malam itu aku tetap tidak bisa memilikinya. Malah setelah itu ia menjauh dariku.

Apa aku menjijikan?

Seandainya aku bisa memutar waktu kembali, aku tak akan melakukan hal bodoh seperti hal itu lagi. Aku kecewa dengan diriku. Merutuki semua tindakan bodoh yang aku lakukan.

Satu hal yang tak pernahku sadari. Aku tak pernah menyadari bahwa aku memiliki rahim dalam tubuhku. Ya, aku laki-laki. Tapi, hal ini bukanlah hal aneh lagi jika seorang lelaki hamil.

Disaat minggu ke 4 aku medatanginya. Kembali dengan linangan air mata. Mengatakan padanya bahwa aku telah mengandung anaknya.

Kau tau apa jawabannya?

Ia membentaku, menampar wajahku dengan berkata bahwa aku adalah pelacur. Ia mengatakan hal itu dengan suara lantang. Membuat orang-orang yang ada disekitar kami saat itu, mendengar ucapannya.

Aku menangis.

Aku malu.

Aku memang sudah menebak akan semua hal ini. Hal yang akan kudapatkan, konsekuansi dari tindakan bodohku dulu. Namun yang membuatku sangat sedih adalah ia tak mengakui anak yang ada dalam diriku ini.

Aku berjanji padanya, untuk tidak menampakan diriku lagi. Aku akan pergi jauh meninggalkan semuanya. Semua kenangan indah bersamanya. Meninggalkan kota Tokyo yang tak pernah mati.

Dan disinilah aku kini, bertahan hidup sendiri dengan malaikat kecilku. Sudah satu tahun aku menghilang dari hadapannya. Aku sudah tak peduli lagi dengan dirinya. Aku ragu apa dia masih mengingatku atau tidak.

Namun yang jelas. Disini aku bahagia. Aku dikelilingi dengan orang-orang yang menyayangiku. Menghargai diriku. Disini aku merasa benar-benar dibutuhkan.

Ah, iya. Aku berterimakasih kepada Nao-shi. Ia baik sekali memberiku tumpangan. Aku tak tau bagaimana diriku jika tidak ada dia.

''Hiroto-kun, Sora-chan menangis~'' ah, itu suara Nao-shi. Sepertinya aku harus menyudahi ini karena anakkU Sora menangis.

Tidak ada salahnya kan jika aku berharap, Shou pemuda yang kucintai itu bertemu denganku kembali hanya untuk melihat anaknya.