16/07/11

Remember Me

Title : Remember Me
Author : Nobi Ururi
Genre : Romance, fluff, slight Angst
Rating : PG13
Pairing : ToraxSaga *seperti biasa =w=)d * ShouxSaga *jangan protes* ShouxHiroto
Warning : MPREG!!!!!!!!

TIIIINNNN~

''Inikah akhir dari segalanya?''

BRAAKKK!!!!!!!

======ooo======

''News flash hari ini, telah terjadi kecelakaan beruntun dipusat kota Tokyo. Diinformasikan bahwa 1 orang tewas sedangkan 5 lainnya mengalami kritis dan telah dibawa ke rumah sakit terdekat. Dalam kecelakaan tersebut pula, terdapat istri(?) dari aktor sekaligus musikus terkenal yang sedang naik daun saat ini yaitu, Takahashi Sakamoto istri dari Amano Shinji. Ia mengalami luka yang cukup kritis...''

BLITZ!!!

''TORA-SAN, TORA-SAN~'' panggil seseorang.

Laki-laki yang dipanggil Tora tersebut segera membalikan tubuhnya, menghadap keasal suara.

''Ya?'' tanyanya, ia menaikan salah satu alisnya. Tidak mengerti dengan maksud dari sang manager-nya.

''Apa kau sudah lihat berita untuk hari ini?'' tanyanya gelisah.

Tora menggelengkan kepalanya pelan. ''Memangnya ada apa?''

''Saga-san,'' jeda sebentar. ''Saga-san kecelakaan dan kondisinya kritis saat ini,'' serunya panik.

''Apa kau yakin?'' Tora memegang pundak wanita yang cukup manis tersebut, dan mengguncangnya cukup keras. Ia benar-benar panik dengan kondisi Saga.

''Saya yakin, Tora-san! Tadi saya melihatnya sendiri ditelevisi.''

''Nomi-san, kau tau dia ada diman?'' tanyanya cemas.

''Hai' aku tau~''

= * * * =

Tap.. Tap.. Tap..

''Maaf tuan bisakah anda tidak berlari di koridor, ini rumah sakit,'' tegur seorang suster. Tapi ia tetap tak memperdulikan perkataan suster tersebut. Yang ada dipikirannya saat ini adalah Saga, Saga, dan Saga.

''2031,'' gumamnya.

''2029, 2030, dan ah, ini dia! 2031,'' serunya.

Namun saat dia akan membuka kenop pintu yang bercat putih tersebut, keluarlah seorang dokter yang berumur sekitar 40thn-an dan dibelakangnya ada 2 orang suster.

''Sensei, apa istri saya baik-baik saja?'' tanya Tora panik.

''Tenang Tora-san, dia baik-baik saja sekarang dia pingsan karena mengalami shock akibat kejadian ini. Selebihnya dia tak mengalami apa-apa. Tak ada patah tulang, atau luka serius lainnya,'' dokter itu menepukan tangannya ke bahu milik pemuda tampan yang ada di depannya.

''Apa aku boleh melihatnya?''

''Ah, ya! Anda boleh melihatnya,'' senyum tipis terukir di bibir milik dokter tersebut. ''Ah, dan satu lagi, maaf saya tak bisa menyelamatkan janin yang ada di kandungan istri anda. Saya permisi dulu tuan.'' Dan setelah itu sang dokter beserta 2 orang suster tersebut pergi meninggalkannya.

Tora terpaku didepan pintu bercat putih dan bernomor 2031 tersebut. Ia mendesis, serta mengepalkan tangannya hingga kuku jarinya memutih. Raut wajahnya bercampur antara kesal, sedih dan kecewa. Ia tak menyangka jika harus berakhir seperti ini.

Tora menghela napasnya pelan. Mencoba menenangkan dirinya dari gejolak rasa yang bercampur aduk didalam pikirannya. Sebaiknya ia cepat-cepat masuk kedalam dan melihat keadaan Saga.

Ckrek!

Blam!

Tora melangkah mendekati tubuh Saga yang tergolek lemah diatas ranjang yang bersprei putih tersebut. Dilihatnya istrinya kini sedang tergolek lemah, dikepalanya terdapat perban dan infus mengalir ke tangan kanannya. Ia dudukan dirinya diatas kursi yang ada disebelah ranjang yang sedang ditiduri Saga. Pemuda tampan tersebut mengaitkan tangan kanannya dengan tangan milik Saga, menggenggam tangannya erat. Sedangkan tangan kirinya meraba perut datar milik Saga.

''Seharusnya yang ada disini adalah milikku, bukan dia,'' bisiknya pilu.

''Tak bisakah kau melihatku sebagai sosok suamimu?''

''Kau tak pernah mencoba... Aku sudah berusaha untuk mencoba mengerti dirimu, aku belum pernah menyentuhmu,'' tangan kiri Tora kini berpindah ke bibir pucat Saga, lalu mengelus bibirnya pelan.

''....bahkan aku belum pernah merasakan bibir ini. Aku begitu mencintaimu. Oke, aku jujur aku tidak mau kehilanganmu. Saat kau bilang ingin cerai dariku, itu membuatku terguncang.''

''Jika sekarang perceraian adalah keinginanmu...'' Tora menghentikan ucapannya sejenak, mengambil napas untuk menenangkan dirinya. ''...aku akan melakukannya. Aku berjanji jika kau sudah sadar nanti, kita akan bercerai.'' Dikecupnya tangan Saga. Setetes air mata jatuh keatas lengan Saga. Ini bukan air mata akting yang biasa ia lakukan di drama-drama yang sering ia bintangi, ini adalah air mata dari rasa sedih dan kecawanya.

Tora melepaskan genggaman tangannya, diambilnya telepon genggam yang ada di saku mantelnya. Tangannya dengan lincah mencari nomer telpon yang sudah disimpannya.

''Yujiro-san, bisa tolong urusi dokumen perceraianku dengan Saga?''

''.....''

''Ah, ya! Terimakasih.''

==....==

Ckrek!!

Tora mengalihkan pandangannya dari jendela rumah sakit. Ia memandang tanpa ekspresi pada seseorang yang baru saja datang.

''Apa dia baik-baik saja?'' tanyanya cemas.

''Ya, dia baik-baik saja. Dia hanya pingsan,'' ucap Tora dengan nada dingin. Ia melangkahkan kakinya, menghampiri laki-laki tersebut.

''Aku ingin bicara denganmu,'' Tora melangkah keluar dari kamar tersebut dan langkahnya diikuti oleh laki-laki yang baru saja masuk kedalam ruang inap Saga.

''Kau pasti sudah tau,'' desis Tora tanpa membalikan tubuhnya kearah pemuda yang ada dibelakangnya.

''Maksudmu?''

''JANGAN PURA-PURA BODOH!!!'' teriaknya dengan cepat ia membalikan badannya. ''Kau pasti tau Saga sedang hamil...''

''Haha...'' pemuda yang ada dihadapan Tora tertawa dengan Nada mengejek. ''Ternyata ketahuan ya?''

''Kau berengsek Shou. Aku tau apa yang kalian lakukan dibelakangku dan Hiroto. Aku tau, kau telah 'menyentuhnya'.'' seru Tora.

''Apa itu salah jika aku menyentuhnya?''

''Kau...'' Tora menarik kerah baju Shou. ''ARGHH!!!!!'' Tora menyentakan tangannya. Ia berbalik kesamping, namun gerakannya terhenti saat dilihatnya sesosok pemuda mungil yang sedang mematung. Matanya terlihat berkaca-kaca.

''Hiroto..'' gumamnya. Shou dengan cepat melihat kearah sosok yang dipanggil tersebut.

''Apa itu benar Shou-kun? A- Apa yang dibilang oleh Tora-kun itu benar?'' Hiroto menutup mulutnya, menahan tangis. Namun sekeras apapun Hiroto berusaha tapi tetap saja, isakan itu keluar.

Hening..

Shou menutup matanya, dan membukanya kembali. ''Ya, itu benar!''

Pluk!

Hiroto menjatuhkan buket bunga yang dibawanya. Lalu berbalik meninggalkan kedua lelaki yang sedang berdiri didepan kamar bernomor 2031, dengan langkah pelan. Tora meringis tak tega melihat kondisi pemuda mungil tersebut. Ia begitu terguncang dengan hal ini. Lalu ia lirikan matanya ke Shou. Pemuda tersebut hanya terdiam tanpa ekspresi.

''Dan asal kau tau, Saga mengalami keguguran.'' Dan setelah itu Tora masuk kedalam kamar inap Saga.

=****=

''Apa Saga baik-baik saja?'' tanya seseorang dari seberang sana.

''Dia hanya mengalami luka-luka di kepalanya, bu! Dia hanya merasa shock saja,'' Tora melirikan matanya kearah tubuh Saga.

''Syukurlah..''

''Bu...''

''Ya?''

''Aku ingin bercerai dengan Saga...''

''...''

OWARIIIIIIIIIIIII~
RALAT!!!!
TBC~ maksudnya XDDD

A/N : *goyang tipi (?)* thanks buat GO XDD tuh kan kalo gua sibuk mikirin pelajaran pasti ilham datang.