27/02/11

Mein Liebe -Part 1-

Title : Mein Liebe -Part 1-
Author : Nobi Ururi
Bands : The GazettE
Genre : Romance/Angst
Rating : PG-13
Disclaimer : Cerita dibawah ini asli pemikirankuh
A/N : Ancur… Maaf kalo jelek tapi, saiia udah berusaha ..

Kepala Ruki terkulai lemas diatas meja makan, wajahnya pucat dan sejak tadi tatapannya kosong. Sudah dua jam setelah ia terbangun dari tidurnya dan kini jam telah menunjukan angka 9. Ia masih belum beranjak dari tempatnya. Dan sejak dua jam yang lalu pula, Ruki harus mondar-mandir dari kamar mandi hanya untuk sekedar mengeluarkan cairan atau sisa makanan yang ia makan kemarin.

“Reita-san.. hiks…” suara isakan kecil keluar dari bibir mungilnya.

“Kau jahat padaku… Kenapa kau melakukan ini padaku? Apa salahku…??” Ruki memejamkan matanya.

Miris.

Miris sekali jika kau bisa merasakan ini. Lelaki yang sangat kau sayangi meninggalkanmu. Ya, Ruki tau bagaimana konsekuensinya jika ia mencintai Reita.

Dicampakan.

Ditinggalkan.

Dan…

Dibuang.

Seperti pepatah ‘Habis manis sepah dibuang’. Dan Reita hanya akan memanfaatkannya, bukan demi uang. Karena reita bukanlah sesosok pria yang menginginkan sebuah kematrealistisan *A/N: bener gak nih kalimat?*, mungkin.. tubuhmu? Ah, Reita hanyalah sesosok orang yang susah ditebak akan jalan pemikirannya.

“Reita, kau membuatku menderita akan kelakuan bejatmu ini,” tangannya ia pukulkan kemeja dengan pelan. Isakan-isakan kecil terus meluncur dari bibirnya.

xxxxxxxxx

“Bagaimana tidurmu?” tanyanya lembut sambil mengusap rambut coklat madu itu.

“Um.. aku masih mengantuk..,” pemilik rambut coklat itu mengerjapkan matanya lalu bangun terduduk diatas ranjang.

Reita tersenyum manis ketika melihat sang kekasih yang masih acak-acakan karena tidurnya. “Kau manis sekali,” ujarnya berbisik ditelinga Uru yang-kini pipinya bersemu merah.

“Dasar gombal,” Uru melemparkan bantal yang ada didekatnya.

“Hey, aku serius..” Reita tertawa akan reaksi Uruha.

“Ini masih pagi dan kau.. “ tunjuknya pada Reita, “sudah mengeluarkan kata-kata romantis”

“Tapi, kau sukakan?” goda Reita.

“HENTIKAN ITU REITTAAA….” Teriak Uru.

Xxxxxxxxx

Kini jarum jam sudah tak menunjukan angka 9 lagi. Jam 12.45. Yah, kini Ruki masih tetap bertahan pada posisinya. Terdiam dengan tatapan kosong. Seperti tubuh yang tak memiliki jiwa.
Mencoba menutup matanya berharap, rasa kantuk akan membawanya kesebuh mimpi yang dapat menenngkan jiwanya.

...





“Ruki..”

Siapa?

“Berthanlah..”

Siapa kau?

“Demi aku..”

A-aku.. tak tau dirimu… siapa kau?

“Demi anak yang kau kandung saat ini.. ”







Ruki membuka matanya dan menegakan tubuhnya cepat-cepat. “Mimpi apa itu?” Ruki menggigit bibirnya pelan, mencoba menghapus kegaluan yang kini merambat masuk kedalam pikirannya.

“Mungkinkah.. “ pandangannya tertuju pada perutnya. “A-apa itu kau? Kau yang ada didalam tubuhku ini?” dengan pelan Ia mengusap perutnya.

“Apa kau ingin aku terus mempertahankanmu?” bisiknya, “Hhh.. Baiklah, aku akan mencobanya” ia menghela nafasnya pelan, senyum kecut berkembang dibibirnya.

….

….

….

“Ugh… Sepertinya kita harus makan dulu, kau mungkin lapar,” ujar Ruki lalu, ia beranjak dari tempat duduknya menuju dapur.

“Ah, hanya ada satu bungkus mie ramen ung..” ujarnya. “Yang penting aku makan saja dulu, nanti sore sebaiknya aku pergi kesupermarket saja,” Ruki mengagguk-anggukan kepalanya sambil menyiapkan alat memasak untuk merebus mie ramennya.

Xxxxxxxxxxxx

Jam 2.31 pm

“Hey, hari ini kita mau kemana Rei?” tanya Uru. Ia kini sedang menggelayut manja pada tangan Reita.

“Hm… sebaiknya kita kesupermarket dulu, persediaan makanan sudah mulai menipis,” jawabnya.

“Ok! Aku juga ingin membeli sesuatu. Kita berangkat jam berapa?”

“Sekitar 30menit lagi saja”

Xxxxxxxxxxxx

Ruki membereskan peralatan makanannya. Ia sedang mencuci mangkok kotor dengan diiringi suara merdu Ruki. Wajahnya kini tak sepucat tadi dan kini rona ceria mulai kembali kewajah imutnya walau, rasa galau dan sedih masih terpancar diwajahnya.

Kini keputusannya sudah bulat. Ini demi janin yang kini berada ditubuhnya, bukan demi dirinya juga bukan demi Reita yang kini entah hilang kemana. Ruki sudah tak mau lagi memikirkan Reita yang hanya bisa membuatnya sakit dan jatuh terpuruk lebih dalam lagi.

Reita hanya masa lalunya.

Reita hanya kesalahannya.

Reita hanya sebuah sumber rasa sakitnya.

“Hhh…” Ruki menghela nafasnya pelan, “aku akan melupakanmu..” bisiknya.







Kaki mungilnya melangkah tanpa ragu menyusuri deretan pertokoan yang berjejer dengan rapihnya. Sekali-kali matanya nampak mengawasi deretan pajangan-pajangan yang berada didepan toko-toko, entah itu barang elektronik, jam, baju atau sepatu yang bermerk terkenal. Dan kadang ia berhenti sejenak namun dengan cepat ia kembali meneruskan langkahnya.

‘Aku ragu kalo kandunganku sudah besar bisa berjalan-jalan seperti ini lagi, hihihi…’ pikirnya sambil terkikik geli.

Mungkin membayangkan Ruki dengan baju khas ibu-ibuh hamil *dan hey, Rukikan memang sedang hamil muda –dan kandunganya yang sudah besar sambil berjalan-jalan. Dan err.. mungkin dia akan seperti boneka Teddy Bear yang besar-yang bisa berjalan-jalan kesana kemari xDDD . Ok, ini tidak lucu. Dan bayangkan sendiri bagaimana wujudnya x3 .

Akhirnya Ruki sampai pada tempat tujuannya, yaitu Supermarket yang memang letaknya cukup dekat dengan apartermennya yaitu, hanya sekitar 2 blok saja.

Ruki masuk kedalam, namun sebelumnya ia mengambil kereta dorong. Matanya menyusuri setiap jejeran barisan makanan yang berjejer rapih. Ia mengambil beberapa sayuran dan buah-buahan. Tangannya dengan cekatan mengambil keperluan yang ia butuhkan selama sebulan ini.

Ruki nampak kesusahan ketika ia harus mengambil barang yang letaknya berada dipaling atas rak. Tangannya mencoba menggapainya namun hasilnya nihil. Ketika ia mencoba ingin loncat, Ruki harus mengurungkan niatnya untuk tidak membahayakan keselamatan janinnnya.

“Ung.. bagaimana ini kenapa tinggi sekali sih tempatnya?” gerutu Ruki, “Terus kenapa tidak ada orang yang lewat dilorong ini sih?? Sepi sekali” Ruki mendongakan kepalanya keatas, matanya menatap tajm kearah barang itu seakan jika dengan sebuah tatapan mata, maka akan beralih dengan sendirinya. Tapi, mustahil karena ini bukan cerita fantasy.

Namu sebuah lengan dengan cekatan mengambilnya. Ruki mengalihkan pandangannya menuju arah sampingnya. Kini seoarang pemuda tinggi, berambut coklat, dan bermata coklat, menyodorkannya.

“Ini.. “ujarnya sambil tersenyum manis.

“Ah, terimakasih” Ruki tersenyum membalasnya, ia lalu memasukan barang itu kedalam keranjang dorongnya. Dan sebelum ia benar-benar pergi dari tempat itu, ia sempat membungkukan tubuhnya.







“Huft… capek,” keluhnya, sambil menghempaskan tubuhnya kesebuah sofa kecil.

“Oh, aku harus menelpon Kai-chan..” gumamnya. Dengan tangan yang lincah ia mulai merogoh-rogoh kantong jaketnya. Setelah ia mendapatkan hal yang diinginkan, cepat-cepat ia menekan tombol-tombolnya.

“Moshi-moshi..” seru orang yang ada diseberang sana.

“Ka-kai-chan.. ini Ruki,”

“Eh, ada apa Ru? Tumben sekali kau meneleponku..”

“Bi-bisakah.. ka-kau membantuku?” tanyanya.

“Akan kuusahakan semampuku”

Ruki terdiam sebentar, ia menggigit bibirnya pelan.

“A-aku.. ha-hamil.. bi-bisakah ka-kau membantuku??”

“EH? Coba ulangi lagi.”

Ruki menghela nafasnya pelan. “A-aku.. Ha-hamil.”

“EH!!?? KOK, BISA?” teriak Kai.


Bersambung ^^

Cinta Saga

Title : Cinta Saga
Author : Nobi Ururi alias bi_bichan
Chara : Alice Nine
Genre : Romance yang gaje
Rating : PG kayanya
Disclaimer : Asli ini pemikiran saia
Warning : OOC sangad
A/N : Yeah! Akhirnya bisa juga bikin fic shounen-ai walaupun gaje. Gak berplot lagi. Dan kebetulan saia lagi ngidam ama pairing ToraxSaga. Buat Ochan. Nak akhirnya ibumu ini bisa menistai suamimu *ketawa bangga* Jangan cemburu. Kamukan dah nyerain Tora ke Mieh dan beralih ke Ryosuke. Ntar kapan-kapan Ryosuke yang Mieh nistaiin :3


Saga masuk kekelasnya dengan muka cemberut. Dengan sembarangan ia melempar tasnya kearah bangku mejanya. Lalu ia duduk dan ia menenggelamkan kepalanya diatas tanggannya. ‘Ah! Senpai itu lagi’ pikirnya. Entah kenapa akhir–akhir ini, ia malah memikirkan kakak kelasnya yang dingin, jutek, dan err… tampan. Ini semua gara-gara ulah si Hiroto dan juga pacarnya yaitu Shou senpai.

“Aarghh!!!” teriaknya sambil meremas rambutnya yang membuat anak-anak dikelas itu menjadi kaget dan memandangnya heran.

“Ne, sachin. Kenapa?” Tanya hiroto yang baru datang.

“Ini semua gara-gara kamu sama Shou senpai” ujarnya sinis.

“Oh, masih mikirin kejadian yang kemarin ya?” Hiroto tertawa kecil sambil mengingat-ingat kejadian beberapa hari yang lalu.

“Ahk! Hentikan…” teriaknya “aku tak mau mengingatnya lagi” Saga mencak-mencak. Mukanya mulai memerah Karena malu.

“Ih, padahal kalian pasangan yang serasi loh!” goda Hiroto.

“Tidak”

“Iya, aku masih ingat waktu dia menangkapmu”

“Hentikan”

“Tidak, dan kuharap kalian akan bersama”

“Kau kan tau aku ini punya sifat ceroboh”

“Hey, kau tak melihat pandangan matanya waktu itu padamu?”

Saga menggelengkan kepalanya.

“Dasar bodoh. Menurut Shouku pandangannya waktu ngeliat kamu itu beda”

“Aku tak percaya” ia mengernyitkan dahinya. “dia itu orangnya dingin gak punya ekspresi”

“Tidak-tidak” bantah Hiroto “ aku juga merasakannya kok! Ia berbeda. Pandangannya agak sedikit melembut saat menolongmu”

“Aku tetap tak percaya”

“Yeee, sebenernya Sachin ngarepin dia kan??” ucapan yang membuat satu tas terbang kearahnya.

@@@@

Saga menikmati makan siangnya bersama Hiroto yang tampak gelisah menunggu Shou.

“Hey, kau ini tak sabaran sekali sih!” ujar Saga yang masih tetap mengunyah sarapannya.

“Kau tak tau rasanya sih bagaimana ditinggal kekasih”

“Lebay”

“Beuh! Bilang aja iri kan???”

“Hhhh.. Tidak Terimakasih”

“Aku belum pernah melihatmu jalan bareng sama seseorang” Hiroto memicingkan matanya.

“Pernah kok!”

“Dengan?”

“Kau dan Shou senpai”

“Bukan itu” Hiroto mulai geram dengan sikap cuek Saga. “Kau i- Shou-kun” katanya mulai terputus karena ada shou. Dan siapa itu yang dibelakangnya ..

‘Gyaa!! Senpai itu lagi’ Saga mulai panic.

“Kangen.. “ Hiroto mulai berteriak-teriak tidak jelas sedangkan Shou hanya menaggapinya dengan senyuman. Shou duduk disebelah Hiroto. Sedangkan Senpai yang tidak ingin ditemui oleh Saga duduk disebelahnya. Saga merasa kikuk. Tidak tau apa yang harus dilakukannya.

“Ne, Sachin kenapa kau diam saja?” Tanya Hiroto.

“Ah, Ti-tidak. Tidak apa-apa” jawab Saga gugup.

“Heh! Tora kau tak ingin bilang padanya?” bisik Shou.

“Nanti saja” ujar Tora.

@@@@

“Sachin, kata Shou-kun abis pulang sekolah kamu disuruh ke… um.. ruang osis katanya penting” ujar Hiroto.

“Hm.. “ Saga hanya menanggapinya dengan pendek karena ia masih berkutat dengan bukunya.

“Hei, jawab donk!’

“Iya, aku dengar”

“kau terlalu rajin” tanggapnya.

@@@@

“Hh.. Sepi” ujarnya pelan. Saga berjalan dengan gontai kearah ruang osis. Hampir semua murid sudah pulang tapi, ada juga beberapa anak yang masih ada disekolah termasuk ia.

Dengan perlahan ia membuka pintu ruang osis. Ia berharap agar senpai itu tidak ada. Ruang osis itu masih tampak sepi. Lalu Saga masuk kedalam ia mendudukan dirinya diatas kursi yang dekat dengan jendela. Memandangi anak-anak klub tennis yang sedang berlatih.

Cklek!!

Tiba-tiba saja seseorang masuk. Saga cepat-cepat mengalihkan pandangannya dan ya ampun… Saga memandannya dengan horror. Senpai itu lagi. Saga beringsut dari tempat duduknya.

“To-Tora senpai. Kenapa masih ada disini?” Tanya Saga sedikit gugup.

“Tidak, aku hanya ingin mengambil sesuatu. Kau sendiri?” Tora berjalan kearah meja yang berada didekat Saga.

“Aku hanya menunggu Shou senpai” ujarnya pendek.

Hening.

Tora tampak sibuk dengan tumpukan buku yang ada dimeja itu. Sedangkan Saga mengalihkan pandangannya melihat kearah luar jendela. Ia, tak mau melihat senpainya itu lama-lama.

Drtt.. drtt.. drtt..

“Apa Lagi?” ujarnya dingin. Saga melihat senpainya itu sedang mengangkat telpon. Tampaknya ia sedang marah.

“Tidak”

“Sudah berapa kali aku bilang. Aku tak mau”

“Kau mengerti tidak sih?” bentaknya.

“Aku. Tak. Suka. Padamu” lalu ia menutup telponnya. Saga masih memperhatikannya sampai-sampai ia tak sadar kalo senpainya itu sudah ada disebelahnya.

“Kau memperhatikanku?” Tora menaikan sebelah alisnya.

“Eh…” Saga tampak bingung. Lalu ia menundukan kepalanya “Ma’af”

“Kau pasti ingin tau siapa yang tadi menelefonku kan?”

Saga mendongakan kepalanya mencoba melihat senpainya.

“Aku benar-benar heran padanya, padahal aku sudah menolaknya berkali-kali tapi tetap saja. Padahal aku sudah menyukai orang lain” ujarnya. Pandangannya tertuju pada lapangan tempat berlatihnya anak-anak klub tennis.

“Eh..” saga hanya bisa menanggapinya dengan heran

“Kau ingin tau?” lalu tora mengalihkan pandangannya kearah Saga. Saga hanya diam ia bingung akan sikap senpainya yang menurutnya err.. aneh. Tidak biasanya senpainya ini bersikap terbuka pada siapapun. Dan ini…

“Aku menyukaimu” bisiknya pelan ditelinga Saga.

“Eh.. Se-senpai ma-maksudmu apa?” ujarnya terbata-bata karena pernyataan Tora yang tiba-tiba.

“Kau tak percaya” Tora memandang Saga dengan mata tajamnya. “Aku sudah menyukaimu dari sejak kau masuk sekolah ini” lanjutnya.

Saga mencoba menatap mata tajam itu. Mencari akan kebenaran yang diucapkan oleh sang pemilik bibir mungil yang kini sedang ada dihadapannya.

“Jadi?” tanyanya.

Saga tersenyum.

“Apa itu berarti iya?”

“Iya, aku juga menyukai senpai” ucapnya. Saga menundukan kepalanya karena malu. Tora tersenyum melihat tingkah Saga.

“Ayo pulang” ajaknya.

“Tapi, shou senpai… ”

“Jangan hiraukan dia. Dia itu sudah berbohong padamu” Tora menarik tangan saga, mereka lalu berjalan kearah pintu.

“Mereka menipuku” Saga cemberut. Tora hanya tersenyum melihat tingkahnya.

“Dan jangan panggil aku senpai lagi”

OWARI

Nobi : Huft… Capek!! Apa ini? Kok aneh?
Tora : *angguk2 pala*
Saga : Gak nyambung ama judul
Nao : Kok! Gw gak ada?
Nobi : Tenang tugas lu cuman nikahin saia saja hahahaha…
Nao : Ogah… (=____=;;)a *ngeloyor pergi*

A/N : Ini adalah satu-satunya fic shounen-ai yang berhasil saia selesaikan *nari para-para*. Sebelumnya saia pernah membuat fic dengan pairing KaixKeiyuu. Tapi, mandeg ditengah jalan. Tapi, ntar mo tek lanjutin. Tunggu saja bakalan tek post.

Cinta Saga Season 2

Title : Cinta Saga Season 2
Author : Nobi Ururi
Band : I ♥ Alice Nine
Genre : Romance???
Rating : PG 13 yah??? –bener ga nih???-
Disclaimer : Asli cerita dibawah ini pemikiran saia. Kalo para charanya ntu mah punyanya para fans :3
Warning : OOC sangat



Saga termangu didepan jendela yang ada dikelasnya. Matanya menerawang ke kejadian 3 bulan yang lalu saat sang senpai yang kini telah resmi menjadi pacarnya mengatakan cinta padanya. Sampai saat ini saja, Saga masih belum percaya jika ia telah menjadi kekasihnya.

Coba bayangkan saja sendiri, seseorang yang terkenal jutek, dingin, populer disekolah, pintar, dan err.. tampan. Dengan tiba-tibanya menembakamu di ruang ketua osis mengucapkan kata cinta dengan mata tajam yang terus melihatmu. Padahal seminggu sebelum itu mereka sempat mengalami incident ‘kecil’.

Tapi, Saga bersyukur dengan adanya incident itu, akhirnya mereka menjadi sepasang kekasih. Pernah tora bilang kepadanya bahwa ia berani menembaknya karena gara-gara incident itu. Padahal menurutnya itu adalah incident yang paling memalukan.

Dan waktu hiroto memintanya untuk menceritakan kejadian saat diruang osis itu padanya. Hiroto hanya bilang, “Wah! Itu manis sekali” dengan mata yang berbinar-binar. Tapi, Hey! Itu menurutnya aneh. Apanya yang manis? Itu lebih tepat disebut asem tauk! Tega-teganya Hiroto dan Shou senpai menipunya. KEJAM!!!! >___< “Tapi, ngomong-ngomong soal incedent itu…” Saga meneggelamkan kepalanya sibuk akan bayangan-bayangan kejadian beberapa bulan yang lalu. Flashback Saga sedang duduk-duduk di halaman sekolah. Ia sedang berkutat dengan buku-bukunya. Coret sana, coret sini. Sedangkan kedua orang yang duduk disebelahnya malah sedang asik berpacaran. Jahat, pacaran gak ngajak-ngajak. “Bisa tidak sih! Kalian tidak berisik. Kalian menggangguku saja” gerutu Saga. “Kenapa? Sachin cemburu??” Tanya Hiroto yang masih lengket nemplok di Shou. “Hieh!! Tidak. Terimakasih” Saga masih tidak beralih dari buku-bukunya. Daripada ngeliat Hiroto sama Shou senpai mesra-mesraan gaje. Saga kan anak polos iakan para readers??? “Terserah kau sajalah” ujar Hiroto sinis. Hening. “Heh! Shou” Panggil seseorang yang serempak membuat Hiroto, Shou, dan tentunya si Saga ikutan menoleh melihat asal suara. “Apa?” Tanya Shou. “Jangan pacran mulu. Bantuin tuh urusin berkas-berkas buat acara festival nanti” Ia berdiri melipat kedua tangannya didada. Saga kembali pada kesibukannya. “Gak ah! Enak juga pacaran” ujarnya enteng. Tora langsung memukul kepalanya. “Auh! Sakit tauk” shou mengelus-elus kepalanya dengan muka cemberut. “Mananya yang sakit?” Tangan Hiroto mulai ikut membelai kepalanya pelan. Tak menggubris akan aura yang dipancarkan oleh Tora. “Hei, berhenti melakukan itu” sergah Tora. “Kenapa? Iri ya???” Shou malah memancing amarah Tora. “Beuh! Tidak. Terimakasih” ucapnya sinis. “Tapi, Hey! Sebenarnya kau inginkan” sambil melirik Saga. Sedangkan yang dilirik terlihat masih khusuk dengan kegiatannya sepertinya dia tidak sadar “Mengaku saja lah!” Tora langsung memelototinya. “Saga” panggil Shou. Saga lalu menengok kearah Shou. “Ada apa senpai?” tanyanya. “Kau sibuk tidak??” “Oh! Aku sibuk dengan catatan-catatan festival ini. Memangnya ada apa?” sambil menyodorkan catatannya. “Oh, ya sudah tidak jadi” Saga kembali pada buku-bukunya. “Heh! Bukannya kamu ketua osisnya. Ngapain disini?” ia baru ingat kalau tora itu ketua osisnya. Dasar ketua osis gak tanggung jawab. “Err.. itu.. “ Tora menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Bilang aja lu pengen liat si- hmph…” dengan segera Tora membekap mulutnya sebelum si Shou bilang sesuatu. “hmph… hmph.. hmph.. “ Shou meronta-ronta. “Tora senpai lepasin Shou-kun” Hiroto melotot sambil menarik-narik tangan Tora dari mulut Shou. Lalu Tora dengan segera melepas tangannya sendiri dan berdiri kembali, dia tidak tega melihat Hiroto yang mukanya udah melas. Kan kasian anak orang. Saga berdiri dari duduknya ia mulai membereskan barang-barangnya. Ia merasa terganggu dengan keributan yang disebabkan oleh mereka bertiga. Dasar enggak ada kerjaan. Saga menggerutu tidak jelas. Hiroto menoleh kearah saga “Mau kemana?” tanyanya. “Pergi” ujarnya singkat. “Ya, udah! Hati-ha-” belum selesai Hiroto bilang namun.. Bruakkk!!!!! “Sachinnnn..... “ Hiroto bertriak ia melongo, shou malah cekikikan gak jelas, sedangkan orang-orang yang ada disekitar mereka malah masang tampang saia-juga-mau. Kok! Gak ada yang bantuin sih? Apa yang terjadi? Okeh! Kita lihat saja. Whattttt!!!!!!! Saga sama tora lagi tumpuk-tumpukan. Cerobohnya Saga lagi kambuh lagi. Ia malah mejamin mata sedangkan Tora matanya malah melotot tapi, kayaknya dia keenakan deh! ‘Eh, kok! Gak sakit sih. Bibirnya Sachin kok anget y? lembut lagi. Apaan nih?’ saga membuka matanya dan… “Kyaaaaaaa!!!!” Saga teriak-teriak gak jelas cepat-cepat ia bangkit. Shou malah ngakak ngeliat ekspresinya Saga ampe-ampe Hiroto juga ikut-ikutan ngakak. Sedangkan Tora malah bingung mo nampakin ekspresi yang gimana. Dengan muka merah Saga langsung membereskan buku-bukunya yang beresakan. Ia ingin cepat-cepat pergi dari tempat ini ia sangat malu. Namun sebelum pergi ia tak lupa mengucapkan ma’af. Lalu ia berlari pergi sambil mengumamkan “Akh!! Sachin malu” “Bro, gimana rasanya?” Shou menepuk pundak Tora yang masih meliht kepergian saga. Tora hanya tersenyum. Ada yang masih gak ngerti kenapa Saga jatuh? Okeh, gini ceritanya. Pas saga mau pergi dengan sengaja Shou meluruskan satu kakinya karena ia tahu kebiasaan buruknya si Saga. Dan saat ketika ia jatuh Tora menangkapnya namun karena keseimbangannya goyah. Mereka malah terjatuh. *A/N : Gomen minna~ saia gak bisa bikin detailnya T____T* End Flashback “Semuanya Jahat ma Sachin” gumamnya pelan. Dan gara-gara kejadian itulah saga ampe malu sendiri kalau ngeliat tora. “Itu kan ciuman pertamanya Sachin” teriaknya sambil memegang bibirnya sendiri. Tukk! “Apanya yang ciuman pertama?” ujar seseorang sambil tangannya mengacak-acak gemas rambutnya. Saga menoleh untuk melihatnya. Dan ia melihat Tora, kekasihnya sedang berdiri dibelakangnya. “Err.. ti-tidak..” ujarnya gugup. Cept-cepat ia mengalihkan pandangannya. Rona merah jelas tergambar pada wajahnya. ‘Jangan sampai Tora tahu. Ntar Sachin malah dirape lagi’ pikirnya yang enggak-enggak. “Kau belum pulang?” tanyanya. Lalu ia duduk diatas meja yang dekat dengan Saga. “Iya, ntar pulang. Kan Sachin lagi nungguin Tora” ujarnya polos. Ia masih tetap memandang kearah luar jendela. Tora tersenyum aneh entah apa maksudnya. “Kan sachin mo numpang pulang gratis” lanjutnya yang membuat senyum Tora hilang ia langsung menyundul kepala Saga. “Auh! Sakit~” Ia mengusap-usap kepalanya. “Kau ini masa begitu dengan pacarmu sendiri” “Biarin…” saga langsung memutar kepalanya untuk melihat Tora. “Siapa yang menyuruh Hiroto untuk menyuruhku ke Ruang Osis? Siapa yang tersenyum saja pas incident itu? Tora ga boleh berkilah” sergahnya ia kini sedang berdiri dihadapan Tora, melipatkan kedua tanganya dengan muka cemberut. “Eh.. Sudah tau” Tora, menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. “Hayo… mau jawab apa?” Saga malah tambah memojokannya. Tora menghela napasnya pelan ia lalu berdiri dari duduknya matanya mulai menajam. Saga yang melihatnya malah mulai ketakutan, takut akan sisi Tora yang satu ini karena ia belum terlalu terbiasa dengan dirinya. “Ku mau tau?” Tora mulai mendekatkan dirinya pada Saga. Sedangkan Saga sudah tak bisa mundur lagi karena terhalang tembok, ia diam lalu menutup matanya takut. Namun.. ‘Hangat’ pikir Saga. Cepat-cepat ia membuka matanya. Kini Tora ada dihadapannya sedang mencium bibirnya dengan lembut. “Aishiteru.” bisik Tora pelan ditelinga saga yang membuat wajahnya bersemu merah. Manis sekali. “Ayo pulang” ajak Tora. Ah! Ajakan itu. Saga jadi ingat kejadian 3 bulan yang lalu. Tora mengenggam tangan Saga dan menariknya untuk mengikutinya. “Tapi, kita ke Café dulu ya? Aku lapar” serunya “Hie… Bukannya tadi sudah makan diruang Osis?” “Itukan cuman makan roti bukan nasi jadi, aku masih lapar” Tora mengelus perutnya. “Dasar rakus~” “Tapi, kau juga sama” “Biarin Sachinkan gak bisa gemuk” Saga menjulurkan lidahnya. Pertengkaran-pertengkaran kecil selalu mewarnai kisah perjalanan mereka. Entah itu karena Tora yang menjahilinya atau apa. Dan. Blam!!! Pintu kelaspun tertutup. Tora selalu suka untuk menjahili Saga. Karena menurutnya itulah rasa sayang yang ia tunjukan padanya. Tak perlu kata-kata untuk mewakilinya, tak perlu hadiah yang mewah untuk memberitahukannya, cukup dengan tindakan dan semuanya beres. Karena sekarang kini ia bukanlah korban dari para pujangga. Ia hanyalah Tora yang akan selalu mencintai Saga Sampai sekarang Saga masih bingung dengan ini. Tapi, entah mengapa saat tangan besar itu menggenggamnya ada sesuatu yang mengalir dalam hatinya. Hangat. Ia berjanji untuk selalu menjaganya, menjaga kehangatan itu agar tak pergi darinya. . OWARI A/N : Huaah!!!!! Kok! Ini kayaknya lebih ancur daripada yang pertama ya??? Mana puitis saia kambuh lagi >___< . Tapi, kok nobi ngerasanya di fic ini si Saga jadi cewe y?

Mein Liebe chap 2

Title : Mein Liebe -part 3-

Author : Nobi Ururi

Bands : The GazettE, KRA yg lain nyusul

Genre : Romance/Angst

Rating : Pg-13

Disclaimer : Dibawah ini adalah milik saiia bukan orang lain.

A/N :



“Kandunganmu baik-baik saja, ru!” ujar Kai sambil memasukan teleskopnya kedalam kantong jas yang berwarna biru itu. “Yang penting kau harus selalu menjaga kandunganmu saja,” lanjutnya. Ruki lalu turun dari atas ranjang yang berwarna putih itu, mengikuti Kai yang kini duduk di kursi kerjanya.

“Um, okeh!” Ruki menganggukan kepalanya.

“Hahaha… Kau bersemangat sekali sih, Ru?” Kai mengacak-acak rambut coklat Ruki.

“Memangnya tidak boleh?” Ruki mengerucutkan bibirnya dan merapikan rambutnya yang berantakan karena ulah Kai tadi. Ruki jadi ingat akan ekspresi Kai saat ia menelponnya.



Flashback



Ruki menghela nafasnya pelan. “A-aku.. Ha-hamil.”



“EH!!?? KOK, BISA?” teriak Kai.



Ruki menjauhkan ponselnya dari telinganya. “Jangan, teriak-teriak, Baka. Kau membuatku tuli saja. DAN HEI, KAUKAN DOKTER? Kenapa tanya padaku? akukan tak mengerti.”



“Eh, gomen, gomen..” jawabnya sambil cengengesan. “Hahaha.. aku Cuma kaget saja. Kupikir temanku tak ada yang mengalami MPREG”



“Eh, aku pikir cuma aku saja” ujarnya polos. “Jadi, bukan aku saja ya? Yang mengalami MPREG?”



“Hahaha.. kalau kau ingin tau lebih baik kau datang saja kesini.” Tawarnya.



“Um, baiklah aku akan datang ke rumah sakit saja.”



“Oh, ya! Lebih baik kau datang saat jam 9.30 saja, aku akan memberikan waktu khusus untukmu”



“Baik, arigatou”



End Flashback



“Tapi, Ru…” suara Kai membuyarkan lamunan Ruki. Wajahnya kini beruah menjadi serius. “Biasanya yang MPREG tidak akan selamat saat ia melahirkan kemungkinannya kecil untukmu bisa bertahan hidup. Jadi..” kai terdiam sesaat. “Kau hanya punya 2 pilihan untukmu menggugurkannya atau bertahan dengan taruhan nyawamu?” tanyanya.



Ruki terdiam sesaat. Lalu ia menghela nafasnya. “Aku akan bertahan Kai, bagaimanapun kondisinya aku akan bertahan,” Ruki menundukan kepalanya, matanya mulai panas. Ini adalah janjinya pada si jabang bayi.



“Terserah kau sajalah, Ru. Percuma aku melarangmu kau ‘kan orang yang keras kepala,” ujar Kai sambil menyenderkan tubuhnya pada kursi kerjanya. “Aku hanya bisa membantumu dan memantau perkemangan janinmu saja,” sambungnya.



Ruki mengangkat kepalanya, senyum tipis terpampang dibibir mungilnya, “sankyuu~ Kai-chan” serunya sambil tersenyum lebar.



“Tapi, ngomong-ngomong kau hamil gara-gara siapa?” tanyanya sambil memicingkan matanya.



“Reita,” ujar Ruki sambil memberikan tatapan polos.



“Hah!!! Kapan kau melakukannya?” raut wajah kaget tergambar jelas di wajahnya.



“Sekitar dua bulan yang lalu, sebelum aku dan Reita putus,” Kai menernyitkan dahinya atas peranyataan yang dilontarkan oleh Ruki.



“Ck.. kau bodoh, Ru!” celetuk Kai sambil menopang wajahnya.



“Eh..” Ruki mengernyitkan dahinya. “Maksudmu?” tanyanya bingung.



“Iya, kau bodoh. Mau saja diperbudak oleh Reita yang brengsek itu. Kau tau ‘kan sifat dia itu seperti apa?”



“Ya, ta-tapi..”



“Ck.. percuma aku ngomong panjang lebar tentangmu dan Reita, karna kau itu terlalu polos, ru. Kau terlalu naïf untuk menyadarinya”



Ruki menundukan wajahnya, merasa kalau memang ia terlalu bodoh mau saja diperdaya oleh Reita. Tapi, sesungguhnya ia terlalu mencintai lelaki itu. Mungkin cintalah yang telah membutakannya. Padahal belum tentu Reita mencintai dirinya.



“Aku tau aku terlalu bodoh, Kai. Tapi, aku juga terlalu mencintainya…” ucap Ruki sambil menggigit bibir bawahnya.



“Yayaya…” Kai memutar bola matanya, “dan dia juga terlalu bodoh karena tak mnyadari betapa besar cintamu padanya, Ru” ucapnya sinis.



----



“Rei, mau kemana kita hari ini?” ujar Uruh sambil bergelayut manja di lengan Reita.



“Menurutmu bagaimana?” godanya sambil mengelus rambut coklat madu milik Ururu. “Bagaimana kalu kita ke hotel?” bisiknya, senyum licik berkembang dibibirnya. Sedangkan Uruha hanya tersipu malu dengan ucapan Reita.



“Kau ini, masih tidk cukup yang tadi malam?” tanyanya sambil memukul lengan Reita pelan.



“Hahaha.. aku hanya bercanda,” kekehnya sambil mengacak rambut Uru.



“Kau merusak tatanan rambutku, Rei!” Uruha mengerucutkan bibirnya, sambil merapikan rambutnya kembali.



“Maaf, tapi bagaimana kalau kita ke café saja?” usulnya.



“Baiklah.. Tunggu disini sebentar aku akan mengambil mantel terlebih dahulu.”



-----



Cklek…



Sebuah kepala menyembul dari balik pintu. Membuat Kai dan Ruki menghentikan pembicaraan mereka dan menoleh kearah pintu. Sesosok lelaki mungil dan manis tampak sedang menatap kearah mereka berdua. Tampaknya lelaki itu merasa tak enak hati karena telah menganggu mereka.



“Ah, apa aku mengganggu kalian?” tanyanya sambil mengigit bibir bawahnya.



“Tidak, kemarilah,” jawab Kai sambil tersenyum lembut. Dengan ragu-ragu ia mulai melangkahkan kakinya yang mungil kearah Kai. Lelaki itu bahkan lebih mungil dari Ruki, tingginya saja mungkin sekitar 155cm berbeda sekitar 6-7cm dari Ruki. Dan Ruki terus memperhatikan pemuda itu.



“Ru, kenalkan ini Keiyuu pacarku,” rona merah jelas tergampar dipipinya saat Kai memperkenalkan dirinya sebagai pacarnya.



Ruki lalu beranjak dari tempat duduknya dari atas ranjang rumah sakit.



“Namaku Takanori Matsumoto, tapi kau bisa memanggilku Ruki,” ujarnya memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangannya.



“Aku Keiyuu, senang berkenalan denganmu,” Keiyuu membalas uluran tangan Ruki sambil tersenyum manis.



“Hahaha… Kalian ini sungguh manis sekali,” Ruki terkekeh pelan.



“Apanya yang lucu, Ru?” tatapan tajam Kai langsung terarah ke Ruki.



“Tidak,” ia menggelengkan kepalanya pelan. “Sepertinya aku harus pulang,” lanjut Ruki.



“Kau tak mau makan siang bersama kami, Ru?”



“Um.. sepertinya tidak, aku tidak mau mengganggu kalian,” ia tersenyum manis. “Ada yang harus aku kerjakan, bersenang-senanglas,” goda Ruki sambil mengedipkan matanya dan ia pun keluar dari ruangan Kai.



---



“Kau mau pesan apa, Rei?” Tanya Uru sambil melihat buku Menu.



“Hem.. Aku minta Capupccino dan Strawberry Shortcake saja,” ujarnya.



“Tumben kau pesan makanan manis, Rei?” uruha mengerutkan dahinya dan menatap Reita aneh.



“Tiba-tiba saja aku ingin makan manis, Ru,”



“Oh..!”



Reita memandang keluar jendela, udara hari ini sungguh dingin walaupun belum memasuki musim dingin. Dengan orang berlalu-lalang dengan mantel-mantel mereka yang hangat. Nmun matanya tak sengaja menatap sesosok pemuda mungil yng berjlan tertatih-tatih, tanganya tampak sedang memegang perutnya kelur dari rumah sakit. Wajahnya tampak pucat, tatapannya kosong namun senyum tak terlepas dari bibir mungilnya.



Ya, pemuda mungil itu adalah Ruki, mantan kekasihnya. Ia tampak sangat berantakan ketika terakhir kalinya ia bertemu dengn mantan kekasihnya yang mungil itu, sekitar 2 bulan yang lalu. Ada rasa sesak ketika ia melihat sosok itu, begitu rapuh. Apakah ia merindukannya? Reita menggelengkn kepalanya. ‘Itu tak mungkin. Aku tidak mencintainya,’ pikir Reita.



“Rei, kau dengar aku tidak sih?” ucapan kesal menydarkn Reita dari lamunnny.



“Ah, Gomen-“ maafnya, “-kau bicara apa, Ru?”



“Tidak jadi,” kesal Uru. Reita mengedipkan bahunya tidak tau. Saat ia kembali menolehkan pandngannya pda sosok itu, pemuda mungil itu hilang.



‘Apa yang kau lakukan di rumah sakit itu, Ru?’



---



Ruki menyenderkan kepalanya kepinggir jendela bus, matanya menatap kosong kearah luar jendela dan tangannya mengusap-usap pelan perutnya. Kata-kata yang diucapkan Kai tadi seperti kaset rusak yang terus ,mengulang-ulang perkataan Kai tadi.



“Biasanya yang MPREG tidak akan selamat saat ia melahirkan kemungkinannya kecil untukmu bisa bertahan hidup. Jadi..”



“Kau hanya punya 2 pilihan untukmu, menggugurkannya atau bertahan dengan taruhan nyawamu?”



Ruki mengigit bibir bawahnya rasa galau, kesedihan, cemas, dan bingung kini melanda dirinya. Peratanyaan akan bagaimana jika anaknya lahir dan dirinya telah tiada kini berputar-putar dibenaknya.



“Tuhan, kuatkanlah diriku,” daan setetes air mata jatuh dari mata indahnya.



-bersambung-

26/02/11

Saga Love Shinji, Forever

Title : Saga Love Shinji, Forever
Author : Nobi Ururi
Genre : Romance
Rating : PG-15
Pairing : ToraxSaga xP
Disclaimer : NAO IS MINE xDDD
Warning : Genderswitch!


“Shinjii.. “ panggil Saga pelan.

“Shinjii…” Panggilnya lagi, namun masih tak ada respon dari sesorang yang ia panggil dengan nama Shinji, yang kini tertidur didepannya.

“Shinjii.. Shinjii.. Shinjii...” rengeknya.

“Hm..?” respon orang tersebut.

“Shinjiiiii…” Tora membuka matanya cepat-cepat, di depannya kini terlihat istrinya yang tersenyum senang memandang kearahnya.

“Ada apa?” Tanya Tora lembut. Yang dibalas dengan gelengan Saga.

“Shinjiii…” kini tubuh Saga beringsut mendekati tubuh Tora.

“Ada apa?” Saga masih tetap menggelengkan kepalanya.

“Hey, Lady Saga!” ditatapnya sang istri yang kini sedang terkikik geli. “Kau mau menggodaku ya?” Tora merangkak naik keatas tubuh Saga. Kedua tangannya ia letakan disebelah tubuh Saga untuk menopang berat badannya.

“Apa maumu nyonya Amano?” Saga menggelengkan kepalanya. Namun, Tora masih tetap memandang tajam mata Saga yang kini berada dibawahnya. Tangan Saga kini dengan nakalnya mengelus-elus dada telanjang Tora.

“Hihihi..” wanita cantik yang ada didepan Tora hanya terkikik geli.

Tora mengerutkan dahinya melihat tingkah aneh sang istri yang sedang kambuh(?). Seringai nakal kini keluar dari bibir Tora. Ia menenggelamkan wajahnya di leher Saga. Mencoba menghirup wangi tubuh sang istri yang amat sangat dicintainya.

Kecupan dan hisapan-hisapan lembut mendarat di leher Saga. Tora tersenyum senang saat didengarnya desahan pelan yang keluar dari bibir manis Saga. Ia mengangkat wajahnya dari leher istrinya setelah ia puas memberi kissmark dilehernya. Kini wajah Saga memerah karena ulah sang suami bibirnya membuka pelan mencoba mencari oksigen sebanyak-banyaknya. Seringai nakal msih tergambar jelas diwajah Tora. Tanpa babibu lagi Tora langsung menyerang bibir mungilnyaa.

“Ngh…,” desah Saga saat lidah Tora masuk kedalam mulutnya. Tangannya yang nakal menjelajahi tubuh istrinya yang hanya memakai baju tidur tipis.

“Ngh~ Shi.. SHINJIIII…” teriak Saga saat tangan nakal Tora meremas dada kirinya.

“Hehehe…” kekeh Tora. Ia lalu bangun dari atas tubuh Saga. Dan duduk disebelahnya.

“Kau ini,” ujarnya sambil memukul lengan Tora pelan dan mengerucutkan bibirnya.

“Maaf,” ujarnya sambil mengacak-acak ramut istrinya dengan sayang.

“Shinjii.. aku lapar,” rengeknya.

“Hah, tumben sekali inikan..” pandanngannya ia alihkan kearah jam yang terletak di atas meja kecil yang berada disebelah ranjang. Matanya membulat kaget saat dilihatnya jam menunjukan 00.39. “oh, ya ampun ini bukan kebiasaanmu, Sachin,” lanjutnya.

“Tapi, aku lapar Shinjiii… Lapar..” Saga memanyunkan bibirnya.
Tora POV

“Hah, tumben sekali inikan..” kulihat jam yang ada disebelah ranjang. What?? Jam 00.39. “oh, ya ampun ini bukan kebiasaanmu, Sachin,” selama aku menikah dengannya satu tahun ini, aku yakin dia tak punya kebiasaan seperti ini. Haish, merepotkan saja.

“Tapi, aku lapar Shinjiii… Lapar..” rengeknya manja padaku.

“Hhh… Baiklah,” aku menghela nafasku pelan. Percuma saja jika aku menolaknya. Aku lalu lalu turun dari atas ranjang king size, “Ayoo..,” ajakku sambil mengulurkan tanganku padanya.

“Asssiiik, Shinjii baik!” ia tersenyum senang dan langsung menggenggam tanganku.

“Tapi, tunggu..” ku edarkan pandanganku padanya, baju tidur yang tipis yang ia pakai ini tidak baik untuknya. Ku lepaskan genggaman tangannya dan lalu aku berjalan kearah lemari baju.

“Pakai, ini,” ujarku sambil menyerahkan sebuah mantel padanya.

“Kenapa aku pakai ini?” tanyanya dengan wajah kebingungan.

“Lihat, sekarang kau pakai baju tipis dan aku tak mau kamu sakit,” kupegang kedua pipinya dan kutatap ia dengan pandangan tajam. Ah~ dia memang wanita yng berbeda dari yang lainnya. Kukecup dahinya. “Sekarang pakai,” dan ia hanya mengangguk pelan sambil tersenyum padaku. Manis.

End Tora POV

=ooooo=

“Kau mau makan apa?” Tanya Tora.

“Omlete,” jawab Saga dengan senyum yang cerah.

“Biarku panggilkan Bibi Sachiko dulu,” ujarnya, namun ketika Tora akan pergi Saga menahan tangannya.

“Aku mau masakanmu,” ia gelengkan kepalanya pelan.

“Tapi-“

“Ayolah, Shinjii..” potong Saga, “… ini demi anak kita,” rajuknya.

Tora memandang perut Saga yang belum membesar. Ia letakan tangannya diatas perut Saga. Dan mengelusnya dengan pelan.

“Oke, tapi kau juga harus membantuku,” kecupan hangat mendarat di dahi Saga.

“Asiik~ aku sayang Shinjii,” senyum lebar berkembang di bibir mungil Saga.

=oooooo=

Saga mengeluarkan bahan-bahan untuk membuat omlete dari kulkas. Tepung, telur, dan susu. Dan menyodorkan bahan-bahan itu kepada Tora. Sedangkan Tora hanya memandang aneh pada bahan-bahan yang disodorkan oleh Saga.

“Kau yakin, Sachin?” Tanya Tora ragu.

Saga menganggukan kepalanya,”aku yakin, To-kun.”

“Tapi, aku ragu dengan hasil masakanku,” raut cemas tergambar jelas diwajahnya.

“Ih, Shinjii~ cepat buat makanannya,” bentaknya.

“Eh, iyaiyaiya..” dengan segera Tora berjalan kearah meja dapur dan meletakan bahan-bahan itu diatasnya. Ia mengambil beberapa peralatan yang dibutuhkan seperti mangkok yang berukuran besar dan alat pengocoknya *A/N : Sorry, saya kagak ngarti pas bagian ini, maklum saya jarang masuk dapur xDD*. Dengan sigap ia memasukan tepung terigu, telur, dan susu tidak lupa garam secukupnya. Sedangkan Saga hanya berdiri disampingnya sambil sesekali menginstruksikan pada suaminya hal apa yang harus dilakukannya.

Grep!!

“Eh, kau sedang apa Sachin?” Tanya Tora heran.

“Tidak apa-apa, aku hanya ingin begini,” Saga menenggelamkan wajahnya kebalik punggung Tora. Senyum tipis tanpa Tora sadari terukir dibibirnya.

“Kau tidak kedinginan, shinji?” Tanya saga polos.

“Aih, ini bagaimana Sachin?” Tora tak menggubris pertanyaan Saga karena sekarang ia kebingungan bagaimana cara memasak Omlete yang benar. Saga menyembulkan kepalanya dari balik tubuh Tora.

“Apanya?”

“Bagaimana cara memasaknya?” Tora menunjuk-nunjuk pada adonan yang telah dibuat.

“Ooh~ tuangkan adonan secukupnya, jangan terlalu banyak terus goyangkan wajannya hingga adonanya merata diatas wajan,”

“-ish, itu terlalu banyak,”

“Aih, shinjiiii… kau dengar penjelasanku tidak sih?”

“Iya, aku dengar kok!” Wajah Tora kini berubah masam.

“Makanya buatnya dengan cinta,” ucap saga ngeyel.

“Dimana-mana masak itu bikinnya dengan tanga, Sachin -____-“

“Terserah aku dong,” Saga mengerucutkan bibirnya lucu.

“Shinjiiii… omletenya gosong,” Saga panic.

“Aah~” =____=a


“Enak?” Tanya Tora pada Saga yang kini sedang duduk didepannya sambil memakan hasil Omlete yang tadi dimasaknya.

“Nyuuu~ Enaaak… o( ≧▽≦)b” ucap Saga sambil terus memakan Omletenya. Tora yang ada didepannya hanya bisa memasang tampang jijik melihat istrinya memakan hasil masakan yang menurutnya aneh. Bagaimana tidak? Omlete gosong dengan sedikit siraman sirup Melon, Strawberry, toping coklat dan SAUS CABEEE. *A/N : gueee pengen muntah -____-*

Hueek!!! Rasanya Tora ingin muntah melihatnya. Oh, Tuhan beginikah cara makan orang hamil? Sungguh sangat menjijikan melihatnya, mungkin untuk 7 bulan kedepan ia harus sabar melihat pola makan istrinya yang ekstrim.

“Kau mau ini?” Tanya Saga yang membuyarkan lamunan Tora, ia menyodorkan satu tusuk garpu kehadapannya.

“Aah~ Ti-Tidaak, kau saja Sachin,” cepat-cepat Tora menolaknya sambil meringis aneh.

“Tapi, ini enaaak~”

“Tapi, aku tak sukaaa…” ucap Tora cepat-cepat.

“Oh, ya sudah,” Saga kembali memakan Omletenya dengan tenang.

=oooooo=

Tora mengecup dahi Saga yng kini sedang menyandarkan kepalanya diatas dada telanjang miliknya. Tora memeluknya erat seakan-akan sedang menjaga nyawa kedua yang ada dibalik perut Saga. Dua insan yang saling mencinta itu kini sedang berbagi kehangatannya.

“Tidur,” bisik Tora. Yang dijawab dengan gelengan kepala dari Saga. Sang macan hanya bisa menghela napasnya pelan.

“Terimakasih kau sudah memberikanku sesuatu yang tak bisa kubeli dengan uang,” bisiknya lagi, “tolong jaga dengan baik ya?” lanjutnya, dengan lembut ia mengecup dahi Saga.

“Aku juga akan selalu menjaganya, untukmu Shinjii,” Saga mengeratkan pelukannya. Memejamkan mata bulatnya dan mengenang masa lalunya dulu bersama Tora sebelum kini ia menikah dengannya.

Cinta. Sesuatu yang tidak akan diketahui oleh kita dengan siapa kita akan mencinta. Tak pernah pandang bulu memberikan rasa kehangatannya untuk siapa saja. Dan cintaku kini bersama Shinji untuk selamanya.

Saga love Shinji, forever.

More Than You chap 1

Title : More Than You
Author : Nobi Ururi
Genre : Romance/Humor
Rating : berhubung bahasanya gak baik rating dinaikin jadi PG16
Disclaimer : ko-ki punya drum, Iv punya bass *loh, apa hubungannya... cerita dibawah ini milik saya :D
Summary : Iv si pemuda imut-imut bin mungil yang punya tingkat narsis tinggi...

-----

"Ugh... Aku unyuu~ banget sih!" ujar Iv narsis. Kini Iv sedang berdiri disebuah cermin yang besar. Ia dengan PeDenya terus memuji-muji dirinya sendiri dengan gaya yang sok cool.

"Pantas saja ko-kichan tergila-gila padaku," serunya. "Apa coba yang kurang dari diriku. Aku tampan, imut, cool..."lanjutnya samil memperagakan pose-pose yang ia bilang tadi. Namun beberapa detik kemudian wajahnya berubah horor, "oh, Tidaaakkk~ Tinggi badankuu..." Iv berteriak histeris sambil lari-lari keliling kamarnya. "Ko-kichan lebih tinggi daridiriku," teriaknya.

Tok.. Tok.. Tok..

"Iv-kun kau sedang apa? Kenapa teriak-teriak seperti itu?" tanya ibunya yang membuat Iv berhenti brlari-lari dan kembali ke mode cool-nya.

"Ah, tidak ada apa-apa bu!" seru Iv, "aku hanya sedang berlatih untuk drama saja," ujar Iv bohong sambil memeletkan lidahnya dan tentunya sang ibu tidak bisa melihat kelakuan nakal sang anak tercinta.

"Oh, ku pikir kau sedang apa," Iv yakin kini sang ibu sedang mendesah lega, "ya sudah lanjutkan saja," dan terdengarlah suara langkah kaki yg menjauh dari kamarnya.

"Huft.. Untung saja," Iv mendesah lega dan ia lalu mendudukan dirinya diatas ranjang queen sizenya. "Kalo ibu tahu kelakuan anaknya yang ajaib ini pasti ia akan mentertawaiku," ia mengerucutkan bibirnya lalu sesaat kemudian ia menghempaskan tubuhnya keatas ranjang dan memejamkan matanya.

-esoknya-

"Pagi, bu!" sapa Iv pada ibunya yang kini sedang duduk di kursi dan sedang mengolesi roti bakar yang sudah disiapkannya. Sebelum Iv duduk dan menarik kursi meja makan ia sempat mencium pipi ibunya.

"Pagi," balas sang ibu dengan senyum manis dan suara lembutnya.

Iv mengambil roti bakar yang sudah di persiapkan oleh sang ibu. "Kapan ayah pulang bu?" tanya Iv, ia lalu memasukan roti itu kedalam mulutnya dan mengunyahnya pelan.
"Iv-kun kau tidak boleh makan seperti itu," tegur ibunya. "Mungkin nanti malam dia aka pulang," ujarnya senang.

"Iyayaya, bu!" Iv memutar bola matanya pelan dan mempercepat makannya.

"Kau itu anak lelaki, gak baik makan lambat seperti itu."

"Iya, bu! Iv, tau kok!" ucapnya sambil mengembungkan pipinya, lucu. Iv, lalu melihat kearah jam tangannya. "Sebaiknya aku berangkat sekolah," dengan cepat Iv meminum susunya dan beranjak dari kursinya. Dan sebelum ia benar-benar pergi ke sekolah ia tak lupa mencium pipi ibunya lagi.

"Sampai jumpa, bu!" serunya.

"Hati-hati dijalan."

"Ya, bu!"

---

Sebuah sedan mewah berwarna hitam keluaran terbaru meluncur masuk dan berhenti di parkiran sebuah sekolah yang cukup elit di jepang. *A/N : ribet amat nih kalimat -____- * . Lalu keluarlah sesosok pemuda tampan nan mungil xDD kluar dri mobil itu dengan efek bling2 karena tertimpa cahaya matahari.

"KYAAAAAA....!!!! Iv-kun cakep banget!!"

"Aduh imutnyaaa...."

Yah, teriakan sperti ini sudah menjadi rutinitas umum bagi sekolah tersebut. Karena memang yang bersekolah disekolah itu adalah anak-anak orang kaya yang punya duit berjuta-juta. Jadi wajarlah kalo murid-muridnya pada cakep-cakep plus cantik-cantik soalnya mereka punya modal buat nyalon berjam-berjam.

Iv yang jelas-jelas punya tingkat narsis tinggi gak ketulungan kaya bapaknya, rasanya ia pngen senyum-senyum tapi, berhubung jaim dan harus cool jadi dia cuman bisa senyum dikit doank gak bisa lebar-lebar kaya Takeru anak kelas 2-3, pas ngedengerin nama dia di elu-elukan ama cewe-cewe satu sekolah.

Iv berjalan dengan santainya ke arah kelasnya yang ada di lantai 2. Iv itu disekolah emang terkenal banget soalnya dia imut, manis, tampan dan blablabla.. Jadi wajarlah kalo banyak cewe yang nyapa dia. Tapi, berhubung Iv udah punya pacar yang cakep bin bahenol jdi pas ada yg nyapa dia cuman bisa senyum kan berabe kalo si Au- *ralat mksudnya Ko-ki liat kan gak enakan. Biarpun si Ko-ki itu polosnya gak ketulungan.

====

"Iv-kun," sapa seseorang yang membuat Iv ngedenger suaranya aja udah pengen terbang ke bulan. Suaranya lembuuuuut banget penuh kasih sayang *oke, yg bagian ini terlalu lebay. Sapa lagi kalo bukan ayayangnyanya Iv tercinta yaitu AUTHOOOOR *ralat maksudnya KO-KI, gak mungkin deh kalo author jadi pacarnya #abaikan.

"Ah, ko-kichan," Iv ngasih senyum yang menurutnya maniiiiis banget biar bisa nyaingin senyum pacarnya yang-menurutnya-bisa nerangin pulau jawa-madura-ampe-bali yg kalo di itung-itung bisa nyampe 1juta watt atau lebih -,- .

Ko-ki tiba-tiba nyamperin si Iv yang masih berdiri didepan kelas terus narik tangannya buat duduk di bangku mereka. Dalam hati si Iv ngerutukin kenapa pacarnya ini si ko-ki kulitnya bisa lembut kaya kulit bayi?

Iv ngerasa kalo deket-deket ama ko-ki itu sebuah ujian untuk ngelawan napsu bejadnya. Gimana kagak, tadi pan si Author udah bilang kalo si ko-ki itu bahenol alias seksoy. Jadi, kalo aja bapaknya si ko-ki itu gak galaknya naujubileh percaya deh 1bulan setelah mereka pacaran si ko-ki udah bunting alias berbadan dua, hamil maksude. Dari pada ntar dia diiket dibawah pohon toge atau semanggen, ih ogah gak elit boo!! XDD . Jadi si Iv cuman bisa ngeliatin bibirnya yang tipis, bodinya yang kaya gitar spanyol plus dadanya yang gede ntu xDD *ups inget PG17. Sabar, Iv masih ada 2 tahun lagi buat ngawinin ko-ki xDD

"Iv-kun udah makan?" sebuah suara lembut yg tentunya milik ko-ki, ngebuyarin fantasy gak pentingnya si Iv.

"Eh, iya.. Apa yang?" tanya Iv karna dia gak ngeh ama omongannya si ko-ki tadi.

"Udah makan?" ujar ko-ki sambil ngelus rambutnya Iv pelan.

Aduh, rasanya bener deh si Iv pengen banget narik ko-ki ke kamer buat manja-manja berdua. Biarpun mereka udah pacaran 1tahun tapi sentuhannya ko-ki bener2 bisa bikin deg-degserr~ xDD . Kadang si Iv ngerutukin sifat bapaknya yang nurun ke Iv. Secara bapaknya si Iv itu mesum gak ketulungan kalo udah deket ama emaknya yg tersayang. Padahal Iv kalo bisa dilahirin lagi sih pengennya kaya emaknya yg polos itu. Tapi, polosnya ya jangan polos-polos amatlah, bisakan? Ah, tapi sama aja tu sifat gak ada yang bener -,- .
Si Iv dalam hati cuman bisa bilang sabar-sabar, pohon toge masih berjejer(?) nanti aja klo pohon toge udah musnah semua si ko-ki mau dibuntingin juga gak papa coz, pasti bapaknya ko-ki gak bisa ngiket dia di pohon toge xDDD. Iv ngikik gara2 pikirannya tentang pohon toge.

"Iv-kun kenapa? Kok senyum-senyum sendiri sih?" alaaamaaaaak!! Si Iv lupa kalo disebelahnya masih ada au- *ko-ki maksudnya.

"Eh, iya gak kenapa-kenapa kok! Cuman ke inget tadi pagi okasan kelakuan anehnya lagi kambuh," ujar Iv ngeles sambil cengengesan gaje. Biasalah jaim gitu loh! Gak mungkinkan dia bilang lagi mikirin pohon toge XDD .

"Udah makan Iv-kun?" tanya si ko-ki sekali lagi.

"Udah, yang"

"Oh, makan apaan tadi?" eh, pada tau kan gimana orng pacaran? Nah, gaya pacarannya si Iv ama ko-ki itu standar lah kaya orang lain tapi bedanya no free sex . Sms nanya kabar, nelpon nanya lagi ngapain yah gitu-gitu aja sih gak ada yg lain. Paling cuman frekuensi ciuman aja yg durasinya lebih panjang daripada orang lain xDD . Menurut Iv bibirnya si ko-ki itu terlalu sayang kalo dilewatin, ibarat kata udah kaya jadi candu yang memabukan. Sekali coba pengennya terus ajaa, kaya narkoba gitulah! Jadi sabar-sabar deh kalo udah ngadepin bibirnya ko-ki.

"Biasalah yang, makan roti gitu," Iv megang tangan ko-ki.

"Ooh~ Masih laper gak?" ko-ki bales genggam tangan Iv.

"Nanti aja pas jam istirahat deh," Iv ngelus-ngelus tangan ko-ki. Ko-ki cuman senyum aja liat kelakuan Iv yang menurutnya mirip anak kecil. Sekarang tangan Iv ganti ngelus-elus lengan ko-ki. ko-ki masih aja senyum belum nanggepin salah satu kelakuan Iv yang tergolong mesum itu.

PLAAAK!!!

"Adaaaaw!!!!!" dengan reflek Iv megang kepalanya.

"Eh, kalo mau mesum liat-liat tempat si lo!" Iv ngelirik orang yang tadi mukul kepalanya trus ngedumel gak jelas. Yah, si tante girang datang.

"Apaan si lu, no? Ganggu aja," Iv ngerucutin bibirnya. Napsu bo! Lagi enak2 ngegrepe2 ko-ki juga. Dasar Reno si paha budugan *author diplototin ama Reno* cewek centil gak ketulungan xD, pawangnya mana lagi?

"Lu tu ye, ini sekolah woy! Bukan tempat maksiat," Reno berdiri disamping Iv sambil memelototinya.

"Yaelah! Sapa juga yg bilang ini apartement?" Iv udah mule jengkel ama kelakuan Reno yg sok suci. Padahal, beuh! Si Reno tiap hari suka bermesum ria bareng Ryouga ayayangnya dari kelas sebelah. Mana kalo istirahat noh bocah berdua gak tau ilang kemana. Bikin fitnah aja.

Iv merengut. Ko-ki diem aja disebelahnya, cuman bisa ngeliatin mereka.

"Ih.. Terserah lu deh!" Reno memutar matanya jengkel. "Yang sabar ya ko-kichan," Reno ngasih semangat yg berunsur sebuah sindiran buat ko-ki yg dibalas dengan senyuman ko-ki tentunya. Iv ngelirik ke ko-ki bentar. Setelah itu Reno berlari keluar kelas mungkin ke kelasnya Ryouga. Ah, bodo amat deh tuh bocah kemana.

Reno itu suka bikin sebel Iv, soalnya Reno suka protektif sama ko-ki. Reno ama ko-ki itu BBF eh- BFF ding! alias best friend forever. Jadi, kalo si ko-ki kenapa-kenapa pasti yg kena sembur dulu itu Iv-yaealah secara Iv itu pacarnya ko-ki gitu. Iv selalu ngejek Reno dengan cewek jadi-jadian soalnya dia hobi manjat pohon kecuali pohon toge tentunganya. Pohon toge mana bisa dipanjat bisanya buat ngancem orang kalii..!! Trus udah gitu ya Reno itu centil, masa ya pake rok 10-15cm diatas lutut coba?

"Udah yang jangan ditanggepi omongannya si Reno," ih, suara malaikat. Iv cepet-cepet nengok ke arah ko-ki yg lagi senyum.

Duh, senyumnya ko-ki udah kaya oase ditengah padang pasir. Adem bener!! Bikin kadar marah dalam diri turun. "Iya, enggak."

"Yang ntar malem kerumahku yak?"

"Kenapa emang?"

"Oka-san ulangtahun aku disuruh ngajak kamu kerumah," ko-ki nyibak poninya Iv.

"Sip!" ketemu camer, "Reno dateng?" tanya Iv.

"Gak yang aku cuman disuruh ngajak kamu doank!" Sebenernya Iv curiga masa cuman dia doang yg diundang. Pasti ada udang dibalik bakwan yang artinya ENAK!!

----

Iv lagi glundungan dikasurnya udah dari satu jam yang lalu dia nyampe dirumahnya. Badmood. Iya, si Iv lagi Badmood gara-gara pas dateng-dateng disuguhi pemandangan yang rusak iman. Apa lagi kalo bukan bapaknya yang lagi nyosor emaknya.

Flashback

"Tokun~ jangan... Ngh.!!" Iv celingak-celinguk pas denger suara-suara yang bikin merinding.

"Sst~ "

"Nanti Iv ta-ah.. Bagaimannhh!!?"

"Biarkan saja," uajr sebuah suara yang terdengar berat.

Iv merengut, pasti ini kerjaan bapaknya yang kalo pulang dari luar kota atau luar negeri pasti ujung-ujungnya nyosor ke emaknya. Udah gitu kalo nyosor gak tau tempat lagi. Iv memutar pandangannya keseluruh ruangan nyari sesuatu.

Aha!! Tiba-tiba aja diatas kepalanya Iv kaya ada lampu 5 watt yg lagi nyala xDD . Dengan menjentikan jarinya. Iv ngambil majalh punya emaknya yang ada diatas meja ruang tamu lalu menggulungnya. Iv berjalan dengan langkah pelan kaya maling jemuran. Tapi, bedanya Iv bukan maling jemuran soalnya maling jemuran itu gak cocok buat imagenya Iv yang kiyuut itu.

Iv melongokan kepalanya saat ia sudah berada di area dapur, nahan napas sebentar lalu dengan kecepatan jet tempur Sukhoi type SU-30MK2 terbaru milik tentara angkatan udara Indonesia yang baru dateng september tahun lalu kemaren.

PLAAAKKK!!!!!

Dengan naas sang bapak memegang kepalanya.

"IIIVV... DASAR KAU ANAK DURHAKAAA...." Iv ngakak dibelakang tempat duduk emaknya.

"DASAR SETAAAN...!!!" maki sang bapak, keliatan jelas banget muka sang bapak yang merah nahan napas, tatapan matanya tajem. mau melotot juga susah soalnya sipit jadi percuma kalo melotot-melotot. Sebelum bapaknya ngomong macem-macem lagi Iv langsung ngibrit lari kekamarnya.

"Anakmu tuh!" sindir Shinji.

"Tapi, kamu kan yng nyumbang paling banyak?" ucapnya polos.

"Iya sih!" Shinji garuk-garuk kepala. "Bikin lagi yuuk, Sachin?" ujarnya genit disertai senyum mesum.

End Flashback



OWA~~~~

BERSAMBUNG