17/05/11

Random Fanfic

Author : Nobi Ururi
Rating : PG13
Disclaimer : Nao is Mine LOL

Title : Hair Style

Tora berdiri di ambang pintu studio dengan hawa yang tak mengenakan. Ia melotot –yah walaupun itu hal yang bias dikatakan mustahil, Tora menatap sesosok pemuda di depannya dengan tampang horror. Ia mengernyitkan dahinya tak percaya dengan sosok yang dilihatnya sekarang.

“Heyho, Shinji-kun!” sapanya. Tora menggeleng kepalanya pelan, untuk meyakinkan pada dirinya bahwa sosok yang dilihatnya saat ini adalah sebuah ilusi belaka.

“Kenapa kau menatapku seperti itu?”

“Kenapa kau memotong rambutmu sachin?” tanyanya cepat. Sachin atau lebih dikenal dengan Saga itu hanya menygernyitkan dahinya.

“Kenapa? Ini baguskan?” ujar Saga sambil merapikan poni rambutnya.

“Apanya yang bagus?” tanyanya galak.

“Kau tak suka? –“

“AKU SANGAT TAK SUKA –“ potongnya cepat dengan nada penekanan. Saga mengerucutkan bibirnya. Ia langsung memasang tampang memelasnya.

“Tapi, aku juga ingin sepertimu, Shinji –“ Saga menundukan kepalanya. “ –aku ingin terlihat manly.”

Ah, tampaknya Tora harus mengalah dengan keinginan kekasihnya ini.


Title : Kumis?

Kini Saga dan Tora sedang duduk di depan tivi yang ada di apatonya Tora. Saga melirik pemuda tinggi disebelahnya dengan tatapan yang tidak bisa dijelaskan. Sedangkan pemuda yang ada disebelahnya itu, sepertinya tidak menyadari dengan apa yang dilakukan oleh kekasihnya.

“Shinji-kun?” Tanya Saga pelan.

“Ya?” tora mengalihkan pandangannya dari layar monitor televisinya.

“Mm..” Saga menggigit bibirnya pelan.

Ada apa Sachin? Ayo katakan –“

“Tapi, kau tidak akan marah padaku kan?” tanyanya ragu.

Tora menggelengkan kepalany, “Bagaimana aku bisa marah jika kau belum menceritakannya padaku? Hm?”

“Kau tau –“ saga berhenti sejenak “ –kumis tipismu itu sangat menggoda,” ujarnya polos.

Title : Bola Bekel

Ruki. Seorang vokalis mungil nan chibi –yah walau tak sechibi dan semungil Keiyuu vokalis dari band Kra. Tapi, hey – dia mansi sekali. Jika kau tau setiap Reita dating brkunjung ke apatonya dia akan secara reflek melepas dan mengangtungkan mantel Reita pada tempatnya. Sangat maniskan?

Ruki mempunyai sifat yang err.. Childish? Tak percaya? Coba kalian perhatikan sendiri saja.

Reita bassis dari band the GazettE, tentunya dia adalah bandmate dari Ruki. Kau tau betapa Reita sangat menyayangi Ruki. Ia selalu memperhatikan tingkah laku dari pemuda mungil tersebut, yang menurutnya sangat manis. Reita menyukai semua yang ada dalam diri Ruki.

Dan kau tau menurutnya Ruki itu seperti bola bekel, akan terus memantul jika tidak ada yang mengkapnya atau menhalangi dirinya. Iya ‘kan?

Title : Manly

“Kau terlihat lebih gentle Pon,” ujar Tora sambil mengedipkan sebelah matanya. 

“Gentle?” Hiroto memiringkan kepalanya bingung. “Maksudmu apa?”

“Maksudku, kau cocok jadi seme dengan gaya rambut barumu itu.” Goda Tora.

“Souka?” tanyanya. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya tak percaya.

“Kau tanya saja pada Shou.”

“Okey, baiklah!” stelah itu dengan cepat Hiroto pergi mencari Shou.

---8****8---

“Shou-kun~~~” seru Hiroto saat dilihatnya kini sang kekasih sedang duduk di kursi panjang studio disebelahnya ada Saga yang juga sedang memegang bassnya.

“Ada apa?” tanya Shou sambil tersenyum.

“Shou-kun malam ini aku jadi seme ya?” seru Hiroto dengan polosnya.


(-/\-) maaf yah gaje banget!! -____-‘’






Mein Liebe -part 3-

Title : Mein Liebe –part 3-
Author : Nobi Ururi
Bands : The GazettE
Genre : Romance/Angst
Rating : Pg-13
Disclaimer : Dibawah ini adalah milik saiia bukan orang lain.
Music : Mirrorcle World – Ayumi Hamasaki
Hana – Orange Range
Silent To My Pain – Lin –the end of corruption world-
Pledge – the GazettE
A/N :

===200494===

Ruki menyenderkan kepalanya pada sofa, matany tak focus untuk memperhatikan apa yang sedang ditayangkan oleh tivi plasma yang ada didepannya. Tubuhnya terlalu lemah untuk hanya sekedar menggerakan tangannya. Matanya yang dulu selalu bersinar kini redup dengan segala kesedihan yang ada dibaliknya.

Seharusnya ada yang menjaga Ruki sekarang. Tapi, siapa? Reita? Itu tak mungkin, Reita tak akan mungkin datang ke apartemennya, sekedar menelfon saja dia tidak. Ruki tak bisa mengharapkan Reita. 

Tiba-tiba matanya melebar ketika ia merasakan sesuatu cairan yang akan keluar dari perutnya. Ia menutup mulutnya dan segera berlari kearah kamar mandi.

“Hueekkkk….!!!!” Suara muntahan kembali bergema di seluruh apartemen itu.

“Hueekk…!!!” ah, betapa Ruki terlihat mengenaskan sekarang.

“Hhh.. hhh… “ deru nafas Ruki kini tak beraturan. Ia mencuci mukanya mencoba menghilngkan rasa lelah yang tergambar jelas diwajahnya.

Dan kini pandangannya tertuju pada cermin yang ada di depannya. Guratan kelelahan, sedih, dan rasa kecewa tergambar jelas di depannya. Inikah dirinya? Oh, Tuhan kuatkankanlah ia dengan segala penderitaan yang sedang dialaminya. Dan setitik air mata jatuh dari mata indahnya.


Apa yang dilakukan mantan kekasih mungilnya dari rumah sakit kini memenuhi mikiran Reita. Setahunya Ruki tidak punya penyakit yang berat dan Ruki adalah termasuk anak yang jarang sakit. Ini aneh, pikirnya.

Dahi Reita berkerut, kenapa ia memikirkan Ruki? Reita menggelengkan kepalanya. Mencoba menghapuskan pikiran-pikirannya tentang Ruki.

“Kau kenapa, Rei?” Tanya Uruha yang heran dengan sikap Reita.

“Tidak ada apa-apa,” balasnya pendek. Uru memicingkan matanya, tak yakin. “Percayalah,” senyum Reita bekembang, tangannya mengelus rambut Uru pelan.

Kini Reita dan Uru ada di taman kota yang tidak terlalu jauh dari café yang tadi mereka datangi. Reita dan Uruha duduk disebuah kursi panjang yang ada ditaman itu. Taman itu tidak terlalu ramai karena ini sudah masuk musim gugur –membuat orang malas untuk keluar dari rumahnya terbungkus selimut hangat itu lebih baik. Namun bagi Reita dan Uruha –dua orang yang sedang mencinta itu, udara dingin yang mulai menusuk tak mereka hiraukan.

Reita memeluk tubuh Uruha erat mencoba membagi kehangatannya. Uruha hanya diam menikmati kehangatan yang dibagikan oleh Reita. Menutup matanya sambil menghirup wangi maskulin yang tertangkap oleh indra penciumannya.

“Reita, I love you,” gumam Uruha.
Reita mengernyitkan dahinya. Ini seperti dejavu baginya. Pemuda bernoseband itu lalu menggelengkan kepalanya pelan. Kenapa tiba-tiba saja gambaran sosok lelaki mungil, mantan kekasihnya tersebut tiba-tiba saja terlintas dalam pikirannya?  Reita mengigit bibir bawahnya.

Lupakan dia. Ruki hanya lelaki bodoh. Ya, bodoh karena mau saja Reita mainkan perasaannya.

Dan hanya pemuda yang ada didalam dekapannya lah yang harus ia jaga. Harus. Karena pemuda inilah yang membuatnya seperti ini. Mempermaikan banyak perasaan orang. Sampai-sampai Reita tak sadar bahaw ia telah membuat sebuah ‘jejak’ pada seorang pemuda mungil diluar sana.

“I love you… I love you too so much –“ 


Jam 5.03 p.m

“Ngh…”  Ruki menggeliat pelan.  Keringat bercucuran di sekujur tubuhnya. Dengan pelan ia membuka kelopak matanya.

Ah, lagi-lagi ia tertidur di sofa.

Ruki mengusap keringat yang membasahi wajahnya. Dan dengan pelan pula ia mendudukan tubuhnya keatas sofa tersebut. Tangannya ia letakan keatas perutnya dan mengusapnya pelan.

“Jam berapa sekarang?” pemuda mungil itu lalu mengarahkan pandangannya pada jam yang tergantung diatas tivi plasmanya. “Jam 05.06 p.m,” gumamnya.

Ruki lalu berdiri dari sofanya dan berjalan pelan kearah dapur apartemennya. Rasa haus kini menyelimuti kerongkongannya. Dengan tangan gemetar Ruki mengambil gelas dan menuangkan air kedalamnya. Setelah itu dengan langkah pelan pula Ruki berjalan menuju kamar mandi apartemennya.

Pemuda mungil itu menatap nanar pada pantulan dirinya. Ah, betapa dia kini kurus. Dengan lingkar hitam yang mengitari matanya, ia tampak begitu err.. berantakan? Kehamilan ini sungguh membuatnya tersiksa.  Secara perlahan ruki mengusap perutnya.

“Hey, kau yang ada didalam sana. Selamat sore,” sapanya. “Ku harap kau tak menyusahkanku,” Ruki menggigit bibirnya, “Kau tau kan? Kita hanya berdua didalam apartement ini,” hening sejenak. “Jadi kumohon mengertilah aku sebagai ibumu,” detik itu pula terdengar suara kekehan.

Ibu?

Ruki menggaruk kepalanya dengan pelan. Ia laki-laki –yah walaupun ia kini sedang hamil, apa tidak aneh jika seorang laki-laki dipanggil ibu? Pemuda mungil itu memiringkan kepalanya. Namun, beberapa saat kemudian kesedihanlah yang tergambar jelas wajahnya.

“Hal bodoh,” gumam Ruki.

Ya, bodoh. Karena ia yakin hidupnya takan lama lagi. Mungkin ia tak akan bisa melihat wajah malaikat kecilnya. Tak akan bisa melihat pertumbuhan bayinya dan juga mungkin ia tak akan bisa mendengar tangisan pertama anaknya yang baru lahir di dunia.

==^^^^^==

“Yeah, I’m back!! I really miss my country…” teriak sesosok pemuda, ia merentangankan tangannya lebar-lebar. Menghirup udara kota Tokyo yang sangat dirindukannya selama 1tahun ia tinggalkan. Pemuda berpercing itu tak menghiraukan tatapan aneh yang ditunjukan oleh orang-orang yang ada disekitarnya.

“Ah, aku lapar,” gumamnya. Ia mengelus perutnya pelan. “Lebaih baik aku mencari makan dulu,” pemuda berpercieng itu lalu menarik kopernya, dengan langkah panjang ia lalu keluar dari bandara.

==^^^^==

Ruki meluruskan kakinya diatas karpet putih berbulu yang ada di ruang tivi. Dihadapannya terdapat banyak makanan sushi, unagi, ramen, mochi, taiyaki dan ocha terhidang dihadapannya. Ia menelan ludahnya tak yakin untuk menelan semua makanan yang terhidang didepannya. Entah kenapa ia tiba-tiba saja ingin makan makanan itu semua.

Pemuda mungil itu mengambil sumpitnya dan sedikit berpikir sebelum ia mengambil semangkok ramen.  Dengan pelan Ruki memakan ramen tersebut. Namun setelah beberapa suap ia meletakan kembali ramen tersebut dan mengambil shusi.

Tak berapa lama Ruki berdiri dan berjalan kearah dapurnya untuk mengambil toples acar yang dibelinya beberapa hari yang lalu. Ia lalu kembali duduk dan membuka tutup toples tersebut dan menuangkan beberapa isinya kedalam mangkok ramen. Ia juga menaruh beberapa unagi dalam ramennya dan mengaduk isinya pelan.

Entah kenapa tiba-tiba saja Ruki merasa kalau ia ingin sekali cepat-cepat memakan makanan tersebut. Bola matanya juga tampak berbinar-binar senang melihat makanan tersebut. Dengan sedikit terburu-buru ia lalu melahap ramennya.

“Mmm… Oishi~ “ seru Ruki. Senyum cerah tampak tergambar jelas di wajahnya.

Ting.. Tong..

Ruki menghentikan makannya dan meletakan kembali mangkok ramen yang belum habis tersebut.

Ting.. Tong..

Bunyi suara bel pintu kembali terdengar. Dengan langkah agak tergesa-gesa Ruki segera membuka pintunya.

Kriet…!!!

“A –“ Ruki membulatkan matanya saat diliatnya sesosok pemuda berpercing kini sedang berdiri sambil tersenyum kearahnya.

Bersambung ~~

A/N : ancur banget lah ni fanfic -___-‘’

10/05/11

Menunggu

Title : Menunggu
Author : Nobi Ururi
Bands : Alice Nine
Genre : Romance
Rating : PG-13
Disclaimer : Jika ada kesamaan pada fic yang pernah anda baca maka maafkan saiia :DD
A/N : ShouxOC

Sesosok wanita cantik tengah terduduk diatas kursi meja makan. Matanya menerawang kearah kaca apartemennya yang lebar, pemandangan hiruk pikuk kota metropolitan terbesar didunia. Dengan gedung-gedung tinggi menjulang seakan beradu dengan tingginya langit.

Bukan tatapan kesepian yang ia pancarkan, tapi rasa rindu yang kini bergelayut dipikirannya. Rindu kepada yang tersayang. Bukan. Bukan kepada sang kekasih, karena hubungannya kini jauh lebih intens dari sekedar status pacar. Yah-kau-tau-lah-itu.. Walau kini teknologi telah canggih dengan berbagai penemuannya dibidang komunikasi. Tapi, tetap saja jika kau tak merasakan dekap hangatnya dari yang tersayang, rasa rindu itu akan selalu ada. 

Dingin..

Berharap engkaulah yang menjadi selimut hatiku..

Dulu, pernah ia berfikir untuk berhenti, mengakhiri hubungan yang terlihat semu ini. Namun ‘sosok’ itu malah dengn sabarnya mengucapkan kata-kata manis yang mampu menyejukan jiwanya. Dan kini ia bersyukur akan hubungan dengannya yang masih berjalan dengan bahagia walau rasa cemas, cemburu, dan khawatir kadang menghantuinya.

 Tuhan tau bagaimana caranya menggantikan rasa rindu yang tak tertahankan pada sosok laki-laki itu. Jauh, lebih indah dari berlian yang berharga miliaran. Tak bisa tergantikan dengan uang. Sesuatu pelengkap diantara dirinya dan ia.

….

….

….

Perlahan wanita itu berdiri dari duduknya, berjalan menuju kearah jendela kaca besar yang ia pandangi sedari tadi. Senyum tak pernah lepas dari bibirnya, mebayangkan sang suami akan segera kembali malam ini. Ingin rasanya ia berceloteh menceritakan hal-hal yang terjadi akhir-akhir ini padanya.

Kau sebagai sandaran hatiku..

Jari-jari lentik itu ia tempelkan kekaca bening yang ada dihadapannya, “dingin..” desisnya.

“Seharusnya kau ada disini.. memeluku dari belakang, membisikan kata-kata cinta kepadaku.. aku menunggumu.. Shou-kun.. “ ujarnya pelan.

Ia mengedarkan pandangannya melihat kearah bawah apartemennya. Orang-orang yang berlalu lalang tampak seperti semut atau bahkan seperti titik jika dilihat dari lantai 25.  Lalu matanya ia arahkan kearah gedung tinggi yang tidak terlalu jauh dari apartemennya.

Sebuah tempat agensi yang masuk jajaran bergengsi bagi para artis yang bernaung didalamnya.*A/N: Maaf saiia tak tau fakta asli tentang PSC*  Ya, termasuk ia yang ada didalamnya, siapa lagi kalau bukan Shou vokalis Alice Nine. Berparas cantik walaupun ia seorang laki-laki. Mempunyai suara yang merdu dan dipuja oleh banyak wanita.

“Hhh.. “ Ia menghela nafasnya pelan. Lalu membalikan badannya, berjalan kearah kamar mereka dan menutup pintunya secara perlahan.

….

….

….

Pukul 22.39

Sesosok bayangan hitam, tinggi kini berjalan masuk kedalam salah satu apartemen penghuninya. Ia berjalan mengendap-endap berusaha agar pemiliknya tidak terbangun dari kelakuannya yang mencurigakan ini.

Lalu, ia berhenti disebuah kamar dan tanpa ragu ia masuk kedalamnnya. Dilihatnya sesosok wanita cantik sedang tertidur dengan pulasnya. Sosok itu kemudian berjalan mendekatinya.

“Kawaii.. “ gumamnya sambil tersenyum.

Ia, menjulurkan tangannya. Menyibak helaian panjang rambut sang wanita untuk melihat lebih jelas. “Aku beruntung mendapatkanmu,” bisiknya pelan.

Kembali ia menarik tangannya. Dengan cepat ia melepaskan jaket dan sepatunya. Lalu, ia pun merebahkan tubuhnya disebelah sang wanita.  Mengelus pipinya pelan dan matanya tak lepas dari wajah damainya saat tidur.

“Ngh.. “ mata sang wanita terbuka pelan. Matanya sempat terbuka lebar ketika ia melihat sosok lelaki yang kini tengah memandangnya dengan senyum manis.

“Kapan kau pulang, hm?” tanyanya. Tangannya mengelus pipi sang pria dengan pelan.

“Aku baru datang, kok!” jawabnya masih samil tersenyum. “Ma’af aku membuatmu terbangun. Sebaiknya kau tidur lagi saja, jaga kesehatanmu,” tambahnya.

Ia menggeleng kepalanya pelan, “seharusnya kau yang istirahat , Shou-kun”

Pria yang dipanggil Shou itu hanya tertawa saja mendengarnya, “tidak, tidak.. kau kan calon ibu :3 jadi kau harus banyak-banyak beristirahat. Aku tak mau sesuatu terjadi dengan istri dan calon anakku ini,”  ujarnya sambil mencubit pipinya.

“Auh, sakit.. “ serunya. Ia lalu membalasnya dengan memukul-mukul dada Shou.

“Hahaha.. maaf, maaf,” dengan segera ia merengkuh sang wanita kedalam dadanya yang lebar. “Hm.. tidurlah lagi ini sudah larut malam, ingat kau harus menjaga kesehatanmu” shou mencium puncak kepalanya dengan lembut.

“Iya, iya .. kau sudah mengucapkannya berualang kali aku bosan mendengarnya tau.. “ ia memutar bola matanya bosan.

“Eh, benarkah?” tanyanya sambil melepaskan pelukannya.

“I-Y-A,” jawabnya sambil menekankan kata, iya. “Kau tau. Untuk hari ini saja kau sudah mengucapkannya sampai 10x ditambah yang tadi kau ucapkan. Dan bukan hari ini saja kau mengucapkannya tapi, sejak tiga bulan yang lalu,”

“Eh, hahaha… “ Shou hanya bisa tertawa dengan ucapan istrinya. “Maklumlah, aku akan menjadi ayah! Aku terlalu senang untuk mengetahuinya,” bisiknya. “Ayo, cepat tidur!!” ia mengecup bibirnya dengan pelan.

“Oyasuminasai, Shou-kun”

“Oyasuminasai, Sayu-chan” balasnya. “Semoga kau terus memimpikanku”

….

….
….

15 menit kemudian…

“Shou-kun..” serunya.

“Hm…??

“Kau ingin memberi nama anak kita apa?” tanyanya.

“Hm? Tidur..” suruhnya.

“Eh, kok itu?”

“Besok saja kita diskusikan”

“Ta-tapi..

“Sayu, ini sudah terlalu malam untuk kita bicarakan” ucapnya tegas.

“Kau menyebalkan” dengan segera wanita bernama Sayu itu membalikan badannya, membelakangi Shou.

“Hn,” dan Shou hanya membalasnya dengan sebuah pelukan.

Owari


My Fiance Chap 3

Title : My Fiance Chap 3
Author : Nobi Ururi
Rating : PG13 *nyari yang aman-aman aja :p #ngeles
Genre : Romance
Pairing : ToraxSaga
Disclaimer : Nao is mine :p mamah Saga milik papah Tora xDD
Warning : Shounen-Ai, abal-abal, cerita gak jelas =A=a
Music : Kodou – ClearVeil
 Make It Happen – Name Amuro ft. After School
Kimi ni Okuru Itsudemo Kienai Shi – NoGoD


===200494===

Saga berguling diatas kasur king size-nya lalu merentangankan tangannya diatas ranjang besar itu. Matanya memandang langit-langit kamarnya yang berwarna biru lembut. Ah, Saga masih memikirkan kejadian tadi sore. Pemuda manis itu lalu mengangkat tangan kirinyanya keatas dan memandangnya. Sebentar lagi dijari tengahnya akan terselip sebuah cincin, bukan cincin biasa tapi cincin pertunangan.

Apa ia sanggup dengan perjodohan yang begitu tiba-tiba ini? Hey, Saga masih berumur 18 tahun, ia masih ingin bisa bersenang-senang dengan teman-temannya. Bebas tanpa sebuah ikatan. Apalagi setelah ia lulus sekolah ia akan segera menikah.

Menikah?

Yeah, menikah. Ikatan suci yang tidak bisa dilanggar dengan seenaknya. Karena janji ini bukan hanya antara dia dan orang itu, tapi kepada keluarganya, orang-orang dan Tuhan.

Tapi Saga ragu, ia ragu jika pertunangan ini dapat dipertahankan hingga jenjang pernikahan. Saga adalah orang yang percaya akan cinta, sedangkan kini ia bertunangan dengan orang yang baru ia kenal kemarin. Rasanya begitu aneh untuknya.

Saga menghembuskan napasnya pelan dan meletakan kembali tangan kirinya. Tak ada gunannya jika ia menentang keinginan ayahnya. Sesuatu yang mustahil untuknya, ia memang sangat mengagumi dan menyayangi sosok ayahnya tersebut. Apa salahnya jika ia mencoba dan mengorbankan cintanya demi ayahnya?

Ya, tak ada salahnya. Hanya perlu mencoba dan sedikit pengorbanan dari rasa sakit hatinya.

“Tora– “

===200494===

Tora mencoba memejamkan matanya. Namun bayangan akan sosok manis dari pemuda calon tunangannya itu selalu saja mengusiknya. Entah sejak kapan, dadanya selalu berdegup kencang jika ia mengingat paras cantiknya –ah, tidak! Bukan hanya karena mengingatnya saja tapi jika ia memandang wajahnya saja sudah membuat jantungnya berdegup kencang.

Apa ini yang namanya jatuh cinta?

Mungkin.

Mungkin saja kan? Tapi ia belum pernah mengalami ini. Walau ia sering dikelilingi wanita-wanita cantik tapi, ini benar-benar lain. Ada sensasi tersendiri yang menggelitik hatinya. Rasa sesak yang selalu menghimpit dadanya. Namun entah kenapa ia selalu menikmati rasa itu.

Tora berguling kesamping. Hari pertunangannya memang kini sudah bisa dihitung dengan jari. Ya, beberapa hari lagi ia akan diikat oleh sebuah cincin yang akan melingkar manis dijari tangan kirinya. Tora memejamkan matanya.

Cinta.

Kata itu yang kini menjadi polemik antara dirinya dan Saga. Apa awal mereka seperti ini bisa tumbuh benih-benih cinta dengan sendirinya? Namun ia yakin cinta itu bisa datang dengan sendirinya. Karena cinta datang dengan sendirinya, ya kan?

===200494===

Pagi yang cerah dikediaman keluarga Sakamoto. Seperti hari-hari lainnya Nyoya Sakamoto selalu membuatkan sarapan untuk suami dan anak-anak tercintanya, yah walaupun ia memeliki pembantu dirumahnya tapi, tidak ada salahnya kan?

“RUKIIIIII~~~ ” teriak Saga dari arah kamarnya, lalu disusul dengan suara derap langkah cepat.

“AAA~~~ ADA MONSTER BANGUN– “ teriak Ruki tak kalah kencangnya. Suara teriakan mereka berdua memang sudah tak asing lagi untuk para penghuni rumah besar tersebut.

“Aku seperti mempunyai anak berumur 10 dan 8 tahun di rumah ini,” ujar Tuan Sakamoto pada istrinya.

“Ya, mereka tak pernah berubah selalu ribut dengan hal-hal sepele,” Nyonya Sakamto tertawa pelan. Hal ini bukanlah hal baru bagi keluarganya. Mungkin bagi keluarga-keluarga elit lain selain keluaraganya, hal seperti ini mungkin akan sangat jarang ditemui. Ah, betapa ia sangat mencintai keluarganya.

“Ayah?” panggil Nyonya Sakamoto.

“Ya?” Tuan Sakamoto lalu mengalihkan pandangannya pada istrinya yang kini duduk diseblahnya. “Ada apa?”

“Mmm… Bagaimana kalau kita memberikan sebuah mobil untuk calon menantu kita, Shinji?”

“Apa kau yakin?” Tanya Tuan Sakamoto, ia sedikit membenarkan letak kacamatanya.

“Aku yakin, yah!”

“Tapi, kau tau kan Shinji itu anaknya bagaimana? Dia mungkin tak akan mau menerima pemberian kita.”

“Ya, dia memang keras seperti ayahnya, apa sebaiknya kita menanyakan terlebih dahulu kepadanya?”

“Itu lebih baik- ”

“IBUUUUU~~” teriak Ruki. Nyonya Sakamoto memandang suaminya yang dibalas dengan senyum kecil dan gelengan kepala.

“Aku rasa setelah ini kita perlu pergi ke dokter THT,” canda Nyonya Sakamoto sambil tertawa pelan.

===200494===

Saga berjalan ke kelasnya sambil mengerutkan dahinya dan mengerucutkan bibirnya, kesal. Pagi-pagi dia sudah diganggu setan kecil yang tidak punya kerjaan. Dasar Ruki bantet, rutuknya. Gak tau apa ya kalo Saga lagi mimpiin pangeran berkuda putih –eh, pangeran berkuda putih? Tora? Saga menggeleng-gelengkan kepalanya, gak mungkin. Lagian juga pemuda yang ada di mimpi Saga itu masih samar. Yang ia ingat, pemuda itu tinggi, lebih tinggi darinya. Dan bukan hanya Tora saja yang tinggi, tapi ‘dia’ juga tinggi –yah walaupun masih kalah tinggi dengan Tora.

Tanpa sadar kini Saga sudah berdiri di depan kelasnya. Ia lalu melangkah masuk kedalam dan duduk di bangkunya yang dekat dengan jendela. Saga menenggelmkan kepalanya diantara kedua tangannya.

Hening.

“Sachiiin~~ ” panggil seseorang memecah kesunyian dikelas tersebut yang sudah Saga hapal suaranya. Saga memutar bola matanya, bosan.

‘Satu lagi pengganggu di pagi ini,’ ucapnya dalam hati. “Ada apa?” tanyanya dengan ketus.

“Mood mu sedang jelek?” Saga cepat-cepat mengangkat kepalanya. Dilihatnya sesosok pemuda tinggi nan tampan kini sedang berdiri di sebelah mejanya.

“SHOU-KUUN~~ ,” teriak Saga. Ia cepat-cepat berdiri dari duduknya. “Minggir kau Hipon,” serunya galak. Hiroto yang ada disamping duduknya lalu memundurkan kursinya dengan muka cemberut.

“Bagaimana kabarmu?” Tanya Saga. Shou tertawa pelan dengan reaksi Saga.

“Aku baik-baik saja,” ia mengacak-acak rambut pemuda cantik yang ada dihadapannya dengan pelan. “Bagaimana denganmu?”

Hiroto memandang sendu kearah kedua pemuda yang kini asyik dengan perbincangan mereka. Ada rasa sakit saat dilihatnya orang yang ia cintai, sedang berbicara dengan sahabatnya sendiri. Ada tatapan lain diantara keduanya. Cinta mungkin? Yah–Cinta diantara keduanya memang bukanlah rahasia lagi baginya. Hiroto tau itu.

Hiroto memang sesosok pemuda polos. Namun ia juga tau bagaimana rasanya disakiti oleh keduanya, berulangkali malah.

“Kacang mahal,” gumam Hiroto. Dengan raut muka kesal ia lalu mengambil iPhone-nya. “Lebih baik aku melihat foto Mogu yang aku foto kemarin,” serunya riang.

“Pon?”

“Ya?” Hiroto menengadahkan kepalanya.

“Hari ini aku tidak pulang bersamamu ya?” ucap Shou meminta ijin. “Hari ini aku mau pergi dengan Saga, bolehkan?”

Hiroto menganggukan kepalanya, menahan rasa sakit yang kini makin membesar dihatinya.

“Terimakasih, Hipon,” seru Saga sambil memeluk tubuh Hiroto.

“Asal kau mengembalikannya dengan utuh saja,” Hiroto mengedipkan sebelah matanya.

“Tenang saja aku akan menjaganya, untukmu.”

Hiroto menghela napasnya, sampai kapan ia akan begini?

===200494===

Saga membuka pintu rumahnya dengan pelan. Hari ini benar-benar menyenangkan baginya. Seharian dengan Shou memang menyenangkan, pikirnya.

“Darimana saja kau, Takashi?”

====





A/N : ceritanya makin gak jelas ya? .__. Gaya penulisan saya makin ancur -____- ya sutralah! Saya kasian ama si Tupay dibikin merana gara-gara cinta.

Kenapa hatiku cenat-cenut setiap ada kamu? xDDDb lagu ini cocok buat papah Tora yang lagi kasmaran :p